Chapter-3

327 24 0
                                    

Sebelum kejadian di lorong.

Wendy POV

"tunggu! aku akan pergi ke toilet sebentar, tunggu aku disini oke!" pamit ku pada mereka saat kita berjalan di lorong.

Mereka mengangguk dan aku segera pergi untuk mencari dimana letak toilet di kampus ini.

"Aisshh mengapa kampus ini begitu luas!? Toilet dimana kau?" kataku

Saat aku tengah mencari - cari dimana letak toilet kampus ini, tiba - tiba ada seseorang menarik lenganku hingga tubuhku terbawa olehnya.

"Yak!! Siapa kau?" Tanyaku marah, berani- beraninya dia menarik ku saat aku sudah sangat ingin pergi ke toilet.

Ya tuhan.

Seorang laki - laki bertubuh tinggi memakai pakaian kasual dan memakai kacamata hitam, dan juga masker yang menutupi wajahnya.

"Kenapa ka—" Ucapan ku terpotong saat dengan sigap dia membekap mulutku dengan tangannya.

Aku panik dan mencoba melepaskan bekapannya. saat aku memberontak pria tersebut mengeluarkan suaranya.

"Diamlah!" Ucapnya dengan berbisik.

Aku seketika terdiam.


"aku mengenali suara itu" batinku.


"P-paman? Ucapku ragu.

Pria itu melepaskan bekapannya dan membuka masker yang menutupi wajahnya, aku menutup mulutku karena terkejut.

ini tidak mungkin.



"Hai Wendy" Ucap pria itu dengan senyuman khasnya.

Detik selanjutnya adalah aku berhamburan memeluk pria tersebut dengan penuh suka cita dan tanpa sadar air mataku jatuh saat tangan kekar milik pria itu membalas pelukanku.

"Bagaimana mungkin ini terjadi? apa kau nyata?" tanyaku pada pria tersebut dengan air mata yang terus mengalir.

Aku sangat merindukannya.

Aku merindukan pria tua ini.



Pria itu terkekeh dan melepaskan pelukannya dan mengusap air mataku "Mengapa kau jadi cengeng seperti ini?" Ucapnya.

Aku tidak memperdulikan pertanyaannya, aku terus menangis yang membuatnya kembali memelukku dengan erat.

"Berhentilah menangis!" Ucap pria itu dengan lembut sambil mengusap punggungku.

"Aku merindukanmu paman, Aku sangat merindukanmu" Ucapku dengan suara bergetar menahan isak tangis.

"Aku juga merindukanmu Puteriku" Ucap pria itu yang membuatku semakin menangis karena mendengar kata puteriku yang keluar dari mulutnya.

"Sudah hentikan! Aku kesini akan memberikanmu tugas penting" Ucapnya sambil melepaskan pelukannya.

Aku menatapnya bingung, lalu dia memegang bahuku dan menatap langsung ke mataku.

"Tugas penting apa paman?" Tanyaku penasaran.

"Bisa-kah kamu melakukannya?" paman bertanya lalu menatap mataku.

aku mengangguk tanpa syarat.



-------------

ini sudah 30 menit aku meninggalkan mereka di lorong itu.

Why Should You? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang