Chapter 28

132 10 0
                                    

"Kau melakukan pekerjaan dengan baik. Ini hadiahmu!" Seseorang melemparkan sejumlah uang pada pria muda di depannya.

Pria itu tersenyum congkak saat melihat sejumlah uang yang diberikan padanya.

"Ada tugas lain?" Pria muda itu bertanya.

Seseorang yang memakai pakaian serba hitam dan memakai masker untuk menutupi wajah serta topi itu hanya diam sambil memandang entah kemana.

"Untuk kali ini hanya itu saja. Kau bisa pergi" Dia berkata pada pria muda itu.

Pria muda itu membungkuk lalu pergi dengan senyuman yang terpatri di bibirnya.  Seseorang itu tampak membuka maskernya dan menghirup  sebatang rokok yang telah di nyalakan sebelumnya.

Dia menyedot semua asap masuk ke dalam tubuhnya lalu dia keluarkan dengan kecepatan yang sama. Asap mengepul mengelilingi tubuh dan wajahnya, dia terus melakukan itu hingga beberapa kali. Dan akhirnya rokok itu habis.

Dia menatap ke langit lalu mengeluarkan sebuah foto di sakunya. Dia tatapan sebentar sebelum meremasnya dengan kuat.

"Maafkan aku lisa.. Mereka berdua target selanjutnya" Katanya menatap foto tersebut.

--------------------

Suasana di ruangan tempat lisa di rawat cukup tenang, tapi tidak dengan perasaan ibunya yang semakin cemas memikirkan keadaan suaminya di luar sana.

"Kau baik-baik saja Mrs. Manoban?" Jennie bertanya saat dia mendekatinya.

Mrs. Manoban tersentak lalu kembali mendapatkan posturnya dan menatap jennie "Aku baik-baik saja.." Mrs. Manoban menjawab sambil mengelus lengan jennie dan memintanya untuk duduk.

"Kau tidak tampak baik, ada yang sedang kau pikirkan Mrs. Manoban?" Jennie kembali bertanya.

Mrs. Manoban terkekeh lalu mengusap kepala jennie dengan lembut.

"Mommy saja..aku sudah memintamu untuk itu kan?" Kata Mrs. Manoban mengalihkan pembicaraannya.

Jennie mengangguk dengan malu-malu lalu menjawab "Baik Mrs—Maksudku..Mommy" Kata jennie.

Mrs. Manoban tertawa saat melihat wajah gugup jennie. Mr. Jeong, Chaeng dan teman-teman lisa sudah pulang, sedangkan jennie memilih untuk stay disana sebentar. Di ruangan itu hanya ada jisoo, seulgi, jennie dan Mommy mereka. Tentunya ada lisa yang sedang beristirahat.

"Welcome jennie.." Kata jisoo yang tiba-tiba datang.

Jennie mengerutkan keningnya tidak mengerti dengan maksud jisoo.

"Kau sudah diterima di keluarga ini terhitung mulai hari ini, jennie.." Kata seulgi menjawab pertanyaan di kepala jennie.

Jennie terkejut "A-Apa?" Katanya menutup mulutnya.

Jisoo terkekeh lalu mengacak-acak rambut jennie karena berpikir sangat lelet "Mom dan Dad sudah tahu bahwa lisa menyukaimu dan mereka merestui kalian" Kata jisoo yang membuat jennie membeku.

"Aku tahu lisa itu sedikit menyebalkan dan sangat tidak peka, aku bahkan tidak merekomendasikan kamu untuk menerimanya. Tapi karena lisa adalah adikku jadi aku akan mendukungnya.." Kata seulgi yang membuat Mommy nya menatapnya dengan tajam.

"Seulgi! Kamu harus mendukung adikmu.." Mommy nya mengingatkan.

Seulgi terkekeh dan berjalan ke arah lisa untuk memeriksa bahwa lisa masih bernafas. Haha

Mrs. Manoban menatap jennie yang hanya diam saja sejak tadi, dia mengerti dengan keterkejutan jennie dan tidak akan memaksakan perasaan jennie juga.

"Mommy mengerti perasaanmu.. Ikuti kata hatimu. Jika kamu tidak memiliki perasaan yang sama terhadap lisa, katakan saja padanya. Dia akan mengerti" Mrs. Manoban berbicara dengan lembut pada jennie.

"Aku tidak tahu.. Aku masih belum mengerti dengan perasaanku" Kata jennie dengan sedih.

Mrs. Manoban hanya tersenyum lalu mengangguk paham.

"Masih banyak waktu, jangan terburu-buru jennie.." Katanya.

Jisoo dan seulgi yang berada di samping lisa hanya bisa tersenyum bahagia menatap ke arah jennie dan mommy nya yang tampak akrab walaupun baru bertemu beberapa jam yang lalu.

"Andai kau melihat ini lisa.." Kata jisoo sambil menatap ke arah sofa tempat duduk mereka berdua.

"Dia akan berteriak dengan gila jika mengetahui ini" Seulgi merespon dengan menatap lisa.

----------------------

"Lepaskan aku!" Marco berteriak pada para pria bertubuh besar yang menyeretnya ke suatu tempat tersembunyi.

Para pria itu terus menyeret Marco, kepalanya di tutup dengan kain hitam dan tengannya di ikat di belakang. Mereka sampai di sebuah ruangan kecil yang terdapat meja kecil dan dua kursi disana.

"Lepaskan!" Marco terus memberontak.

Mereka mengikat Marco di kursi dan meninggalkannya tanpa berniat membuka ikatannya.

Setelah lima menit terus memberontak, akhirnya dia diam dan menenangkan diri. Seseorang masuk yang dapat di dengar oleh Marco.

"Lama tidak bertemu.. Teman" Kata pria itu duduk di depan Marco.

Marco hanya diam sambil mengingat seseorang dengan suara yang sama.

Pria itu membuka ikatan Marco dan juga penutup di kepalanya. Awalnya Marco memberontak lalu saat menatap pria itu dia terdiam.

"Kau?!" Dia berkata dengan marah.

"Kau masih mengingatku? Aku sangat tersentuh." Pria itu tersenyum ke arah Marco.

Marco menggertakkan giginya "Apa yang kau inginkan, Jeong?" Kata Marco.

Mr. Jeong tertawa saat melihat tatapan marah dari Marco.

"Tenanglah.." Dia berkata.

Mr. Jeong berdiri dan mengelilingi Marco "Aku hanya ingin minta maaf padamu, Marco. Atas perbuatan anakku Hanbin pada putri" Kata Mr. Jeong.

Marco mengerutkan keningnya "Apa maksudmu? Aku bahkan tidak mengerti apa yang kau katakan." Kata Marco.

Lagi-lagi Mr. Jeong tertawa. Dia kembali duduk dan mengeluarkan beberapa lembar kertas dan beberapa foto lalu menunjukkannya pada Marco.

"Aku sudah tahu semuanya, Marco. Kau memiliki istri dan tiga orang putri bersamanya" Kata Mr. Jeong dengan tenang.

Dia menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi dan menatap Marco.

"B-Bagaimana kau—"

"Aku memiliki banyak orang untuk melakukan itu, Marco" Mr. Jeong memotong ucapan Marco.

Marco berdiri dan meraih kerah baju Mr. Jeong, para penjaga yang melihat itu akan menghentikannya tapi di tahan oleh Mr. Jeong.

"Jika kau menyakiti istri dan putri-putriku, aku bersumpah padamu bahwa kejadian masa lalu yang kau tuduhkan padaku akan aku lakukan padamu. Saat ini juga" Kata Marco mengancam.

Mr. Jeong hanya menatap Marco dengan tenang dan melepaskan cengkraman di kerahnya.

"Kau memiliki Putri-putri yang sangat cantik, Marco" Kata Mr. Jeong memprovokasi.

"JEONG!! Kau sudah melewati batasanmu!!" Marco kembali mencengkram kerahnya lalu mengepalkan tangannya bersiap untuk memukul.

Para penjaga dengan sigap menghentikan aksi Marco dan menariknya ke belakang lalu mengunci tangannya.

"LEPASKAN AKU! SIALAN!" Marco terus memberontak.

"AKU AKAN MEMBUNUHMU! JEONG, AKU BERSUMPAH AKAN MELAKUKAN ITU JIKA KAU SEDIKIT SAJA MENYAKITI KELUARGAKU" Marco lepas kendali dan terus memberontak.

Para penjaga tampak kewalahan. Tetapi Mr. Jeong hanya berjalan ke arah Marco dengan santai.

"Aku yakin kau tidak akan melakukannya, Marco. Kau tidak sekejam itu" Kata Mr. Jeong.

Marco menatapnya dengan marah.

"Kau masih seperti Marco yang dulu. Marco yang lemah dan mudah untuk di bodohi. Kau salah memilih lawan Marco, kau sangat salah telah menghindariku selama 10 tahun terakhir ini" Kata Mr. Jeong.


:
:
:
:
Next

Why Should You? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang