Chapter 18

185 13 1
                                    

Jennie Pov

Saat kelas selesai aku secara praktis keluar dari kelas dan segera pergi untuk mencari lisa. Aku mulai mencari di kelasnya dan itu sudah kosong, tetapi aku tidak menyerah. Aku mencarinya di tempat lain seperti kantin kampus, lapangan dan dimanapun aku biasa melihatnya dan aku semakin cemas karena aku tidak menemukannya.

"Apakah dia sudah pulang?" aku bertanya pada diri sendiri saat berjalan di lorong.

Aku mulai menyerah saat secara kebetulan atau tidak aku melihat bobby berjalan ke arah yang berlawanan denganku. aku sempat berpikir untuk menyapa dan menanyakan lisa padanya tetapi egoku terlalu tinggi untuk itu. Aku tidak terlalu mengenalnya, dan juga menanyakan lisa padanya akan menyebabkan kesalahpahaman.

Bobby melewatiku begitu saja, karena memang kami tidak pernah menyapa satu sama lain meskipun aku tahu dia mengenalku.

Bobby semakin menjauh dan aku masih dengan mempertahankan egoku yang tinggi untuk tidak bertanya padanya.

Ya tuhan, apa aku harus bertanya padanya?

Atau tidak?

Tetapi jika bukan pada bobby, aku harus mencari lisa kemana?

Dan tidak mungkin aku harus meminta bantuan teman-temanku karena mereka pasti akan berpikir yang tidak seharusnya mereka pikirkan.

AKU TIDAK BISA


"Bobby!" aku akhirnya memanggilnya.

aku memejamkan mata saat akan berbalik dan mulai melihatnya yang juga menatapku dengan bingung.

"Ya? Kau memanggilku?" tanyanya bingung.

Aku berjalan mendekatinya, dia terus memperhtikanku saat aku hanya diam saja berdiri disana.

"Ada apa?" katanya mencoba menarik perhatianku.

Aku membersihkan tenggorokanku saat akan mulai bicara.

"Emm..Apa kau tahu dimana lisa sekarang? Aku bertanya seperti ini karena ada hal penting yang aku ingin katakan pada lisa" kataku dengan gugup.

Bobby mengangguk seperti mengerti maksudku.

"Begini jennie, sejujurnya aku tidak tahu dimana lisa dan yang lainnya karena aku baru saja keluar dari kelas, dan sepertinya mereka meninggalkanku." katanya sedikit tertawa yang membuatku menghela nafas kecewa.

Aku mengangguk mengerti dan akan pamit ketika dia kembali bicara.

"Mengapa kau tidak menghubunginya saja, dan tanyakan dimana dia sekarang. Aku yakin kau memiliki nomornya, bukan?" katanya menggodaku.

Aku bertaruh jika bobby juga mengetahui tentang perasaan lisa padaku. meskipun lisa tidak menyatakannya secara langsung padaku, anak kecil pun akan langsung tahu karena dia terlalu jelas.

"Aku sudah melakukannya tetapi tidak ada balasan bahkan jawaban dari telponku." kataku menyerah.

Bobby tampak menggerutu terhadap hal yang tidak aku ketahui.

"Si bodoh itu melewatkan kesempatannya" katanya yang ku dengar dari beberapa gerutunya.

"Apa?"

Dia tersadar dan seperti berpikir untuk menyusun kata-kata yang ingin dia ucapkan.

"Tidak ada" katanya dengan senyum yang menunjukkan giginya.

"Kalau begitu aku akan per—"

ucapanku terpotong saat ponselnya berdering. Dia tersenyum meminta maaf lalu mengangkat telponnya dengan kesal.

Why Should You? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang