Happy reading:)
Pagi-pagi sekali motor Elvano sudah terparkir di halaman rumah Aya.
Aya keluar dengan menggunakan hoodie abu-abu untuk menutupi luka di kepala maupun di tangan nya, dengan bantuan Elvano Aya bisa duduk dengan baik di atas motor nya.
Aya tipe orang yang jarang memulai pembicaraan lebih dulu sampai saat ini tidak ada yang berbicara di antara mereka berdua hingga tiba di sekolah.
Elvano dan Aya sama-sama berjalan di koridor kelas hingga menimbulkan bisik-bisik yang sangat tidak enak di sdi dengar, baru saja arka lewat dengan keisa kini Elvano yang bersama dengan Aya.
"Kenapa Lo bisa bareng Aya?" Tanya arka yang sudah berada di dalam kelas Aya sedari tadi dengan yang lain nya.
"Kalau Lo bisa bareng keisa kenapa gue gak bisa bareng Aya?" Elvano terkekeh kecil.
"Bajingan lo ya. Dari awal gue udah bilang jauhi Aya" Arka mencengkram kuat kerah baju Elvano.
"hey, yang bajingan di sini tuh Lo." Balas Elvano dengan santai nya.
"Arka! Lo bisa berenti gak sih" bentak Aya membuat semua mata tertuju pada mereka bertiga.
"Lo ngebela dia ay?" Sorot mata arka berubah menjadi tajam.
"Gue gak tau siapa lagi yang bakal gue percaya ka, Lo buat gue binggung sama hubungan kita."
"Arka maksud dia apa?" Tanya keisa.
"Dia! Lo gak cerita apa pun soal dia ke gue" tunjuk Aya pada keisa.
Teman aya maupun Arka tidak ada yang bicara sediki pun hanya menyaksikan apa yang terjadi di hadapan mereka.
"Gue tunggu waktu yang tepat buat jelasin semua nya ay!" Jelas arka.
"Tunggu waktu yang tepat? Atau tunggu gue nyerah?" Aya menahan air mata nya agar tidak jatuh di hadapan teman-teman nya.
"Malam ini datang ke rumah, bunda mau ketemu." Arka pergi dengan tidak melihat sedikit pun mata Aya.
Semua nya terasa berantakan, hari-hari yang di lalui terasa berat, dunia seakan memaksa untuk terus terlihat tegar, berdiri di atas reruntuhan pasrah dengan keadaan menunggu waktu yang tepat untuk jatuh ke bawah.
Hidup dalam keterpaksaan seperti ini nyaris membuat ku membenci takdir ku sendiri.
"Ka, lo seharus nya bisa nyelesain ini dengan kepala dingin." Ujar nevan.
"Van, Lo mikir deh kita temenan udah lama walau gue gak terlalu kenal Elvano kaya gimana seharus nya dia gak kaya gini." Emosi arka.
"Bukan nya gak kenal tapi Lo gak niat buat kenal orang di sekitar lo.
Lo egois!" Daffa yang jarang ikut campur masalah kini kata-kata nya mampu membuat Nevan dan Angga melonggo. Dengan santai nya Daffa pergi meninggalkan ketiga teman nya di dalam kelas."Egois?" Arka tersenyum sinis
Kini pertemanan mereka sedang tidak baik-baik saja, saling tuduh-menuduh, egois, dan tidak ada yang mengalah membuat mereka sulit untuk berdamai.
"Lo siapa nya arka?" Tanya keisa.
Seolah semua orang di sekitar nya tidak mengizinkan Aya untuk bernafas dengan tenang.
Aya mengabaikan pertanyaan dari keisa dan berjalan ke meja belajar nya.
"Lo tuli hah." keisa mengikuti Aya dari belakang.
"Dia pacar nya Arka, jadi Lo jangan kegatelan." Tegas Reva
Aya menenggelamkan wajah nya di lipatan tangan. dia tidak menutup mata nya sama sekali, Aya menggigit bawah bibir nya hingga menimbulkan bekas di sana dengan sekuat tenaga dia menahan sakit di hati dan di sekujur tubuh nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DISTAND SKY
Teen FictionSebuah kisah epilog tanpa prolong, sebuah kisah yang sudah berakhir namun tidak pernah ada kata di mulai. Ombak nya begitu pelan dan terdengar damai, langit nya seperti lukisan ketika terkena sinar matahari yang terbenam. Dibawah rintik hujan menjad...