Happy reading:)
Tatapan mata Aya terlihat sangat redup tidak ada pancaran kebahagiaan lagi di mata nya.
Kematian Adnan, kedatangan keisa membuat hidup nya tidak tertata rapi.
Banyak luka di tubuh nya maupun batin nya yang tersiksa."Ka, kenapa harus orang lain yang jelasin ke gue? Kenapa bukan Lo"
Gumam Aya.Aya mengambil mawar putih yang di berikan Arka selama beberapa Minggu mereka pacaran. Seperti biasa Aya akan meratapi hidup nya di bawah langit malam di balkon kamar nya, tidak ada yang dia lakukan selain menatap langit malam yang di hiasi bintang-bintang.
Saat itu rasanya bintang bersinar lebih terang dengan cahaya bulan yang terasa hangat. Angin malam yang menyapu wajah Aya yang pucat pasi, menghirup udara dalam-dalam lalu mengembuskan nya. Aya membenci dunia luar tapi di rumah lebih menyeramkan dari yang dia bayangkan.
Pikiran nya benar-benar kacau, dia ingin sekali lari dari masalah nya saat ini juga dan pergi menghilang tapi itu mustahil tidak ada tempat persembunyian terbaik selain kematian di mana yang pergi tidak akan pernah kembali.
hari-hari yang terasa berat, hati yang sakit, tubuh yang semakin lemah.
"Aya." Panggil Anaya yang berdiri tidak jauh dari Aya.
Tidak ada jawaban dari Aya, melihat pun tidak ada sama sekali.
"Di bawah udah di siapin makanan, Lo bisa turun makan sekarang." Perintah Anaya.
Anaya tetap berdiri di tempat nya menunggu jawaban dari Aya, tapi percuma wanita itu terus diam menatap langit. Anaya menjatuhkan air mata nya melihat keadaan Aya yang semakin memburuk, Aya yang selalu membatasi diri nya dari sekitar membuat Anaya tidak mengerti dengan diri nya.
♡♡♡
Aya tertidur semalaman tanpa makan sedikit pun, kini matahari pagi mulai menyapa wajah nya. Perlahan-lahan aya mulai mengusap mata nya agar mudah melihat sekitar dengan jelas.
Jalanan terlihat dari atas sana masih sangat sepi, Aya berniat pergi ke sekolah pagi-pagi sekali agar tidak bertemu dengan siapa pun.
Setelah siap dengan seragam sekolah nya Aya berjalan menyusuri jalan untung saja ada taksi yang lewat dia segera menghentikan nya dan pergi ke sekolah.
Koridor sekolah nampak sepi belum ada satu pun kelas yang terbuka, Aya pergi ke kantor untuk menggambil kunci kelas nya yang tergantung di sana.
Saat sampai di kelas bahkan wibu akut pun kalah cepat dengan Aya yang datang pagi-pagi sekali.
Seperti biasa Aya menjadi sangat malas dari biasa nya, semenjak dia di tuntut untuk mendapat nilai bagus bukan nya belajar Aya malah sering bolos dari kelas.
Dia meletakkan tas di kursi nya dan duduk dengan tenang melihat ke depan, udara pagi yang sangat menusuk itu tidak sedikit pun di rasakan oleh Aya, badan nya seakan mati rasa tidak ada lagi rasa sakit yang di rasakan nya.
Tuk..tuk..tuk
Terdengar langkah kaki seseorang mendekati kelas, Aya bisa menebak itu adalah askara si wibu akut. Setelah sampai di muka pintu baru lah Aya sadar bahwa tebakan nya salah, di sana berdiri seorang perempuan yang belakangan ini membuat nya overthinking siapa lagi kalau bukan keisa.
"Tumben Lo" sapaan pagi yang menjengkelkan dari keisa.
Aya mencoba untuk tenang tidak memperdulikan apa pun kata-kata dari keisa karna dia tau bagaimana kalau dirinya sudah marah.
"Lo anak nya om arseno raditama kan." Tebak keisa.
Tebakan tersebut berhasil membuat Aya melirik ke arah keisa.
KAMU SEDANG MEMBACA
DISTAND SKY
Teen FictionSebuah kisah epilog tanpa prolong, sebuah kisah yang sudah berakhir namun tidak pernah ada kata di mulai. Ombak nya begitu pelan dan terdengar damai, langit nya seperti lukisan ketika terkena sinar matahari yang terbenam. Dibawah rintik hujan menjad...