HANCUR 35

16 1 1
                                    

happy reading:)

Pagi-pagi sekali Elvano sudah siap dengan pakaian rapi dengan  menggunakan sepatu putih yang sering dia gunakan untuk keluar.

Alex yang binggung lalu bertanya "Lo mau kemana?"

"Bukan urusan Lo," Jawab Elvano jutek.

Elvano pergi begitu saja tanpa menghiraukan keberadaan Triska di meja makan, sementara Mahendra yang belum pulang setelah membuat kekacauan semalaman.

Pria itu melajukan motor nya meninggalkan rumah dengan suasana hati yang kacau, hanya kekosongan yang mengisi pikiran nya, dia sendiri bahkan tidak tau apa yang dia inginkan, yang dulu nya memiliki cita-cita yang besar kini malah hilang arah.

Elvano memakirkan motor nya di tempat parkir yang sudah di sediakan, dengan mengumpulkan semua keberanian yang ada di dalam diri nya, Elvano perlahan berjalan menuju ke tempat yang di penuhi dengan bau obat-obatan.

Tempat di mana Aya membawa nya, hari ini Elvano kembali datang namun hanya sendirian. Kaki nya berhenti melangkah di depan ruangan yang terlihat tidak berpenghuni.

"Elvano yah?" Tanya seseorang yang membuat nya kaget bukan main.

"Iya dok,"

"Ayo masuk!"

"kamu masih anak SMA yah." Tanya dokter naira basa basi.

"Iya dok," jawab Elvano kaku.

"Coba ceritain apa keluhan kami belakangan ini"

Elvano menceritakan semua nya dari awal, tanpa sadar dia bahkan menceritakan permasalahan yang sedang di hadapinya di dalam keluarga.

Sebagai seorang dokter psikologis Naira mendengarkan dengan seksama sekali-sakali merasa kasian dengan Elvano.

Naira hanya memberikan beberapa pengarahan dan obat yang harus di konsumsi Elvano sebagai tahap awal pengobatan nya. Elvano di minta untuk datang setiap Minggu agar bisa cepat sembuh.

Naira tau bahwa Elvano mengalami depresi berat dan trauma yang mendalam terhadap masa lalu nya dan kehilangan orang yang sangat dia cintai, Naira memberikan obat tidur agar dia bisa mengonsumsi pada saat di butuhkan saja.

"Terimakasih dok" ucap Elvano sambil menunduk.

"Sama-sama, kamu harus rutin datang yah, dan harus semangat!" Lanjut dokter naira " dan ingat obat tidur hanya bisa kamu konsumsi saat di butuhkan saja."

"Iya dok" jawab Elvano patuh.

elvano pergi meninggalkan rumah sakit dengan beberapa obat di tangan nya. Saat di jalan Elvano berpapasan dengan seorang wanita yang hampir mirip dengan Aya.

"Apa cuman halusinasi gue dong" batin Elvano.

Elvano kembali melanjutkan perjalanan nya menuju kesuatu tempat yang sangat sering dia kunjungi, tempat itu sudah seperti rumah kedua baginya.

"Hallo cantik, gue datang lagi. Nih bunga kesukaan Lo."

Elvano merasa heran dengan taburan bunga yang baru di makan Aya, taburan bunga tersebut masih segar seperti nya ada orang yang baru saja datang.

"Ohh iya Aya, gue hari ini kerumah sakit buat berobat, gue bukan nya ada niat buat lupain Lo, tapi gue ngerasa terlalu jauh dari diri gue yang dulu, gue perlu menata hidup gue kembali.
Gue gak tau bakal sembuh apa enggak, doain gue yah dari atas sana, dan gue bakal doain Lo dari sini biar tenang di sana."

setelah puas dengan mencurahkan semua isi hati nya, Elvano menaburkan bunga dan menyirami dengan air yang dia bawa. Elvano yang selalu datang membawa bunga membuat Makam Aya selalu terlihat sangat indah setiap hari nya dengan bunga mawar putih di atas nya.

Elvano beranjak dari sana setelah mencium nisan Aya, hal yang tidak pernah dia lupakan setiap berkunjung ke makan wanita itu.

Tiupan angin yang damai menyapa wajah pucat pasi Elvano, mata yang sendu menatap ombak yang menyapu di pinggir pantai. Tatapan kosong nya tertuju di tengah laut yang terlihat sangat damai dengan gelombang kecil nya, di temani dengan ikan-ikan kecil yang melompat kesana-kemari.

Pasir putih yang halus kini menjadi tempat duduk favorit bagi Elvano ketika sendirian, berkat seseorang dia menyukai pantai, matahari yang hampir terbenam terlihat indah dari tepi pantai, Elvano sadar bahwa semua yang datang akan pergi dan datang kembali seperti matahari saat ini, tapi tidak dengan Aya yang pergi tak akan pernah kembali.

"Lo ngapain di sini." Sapa seseorang dari kejauhan.

Tanpa menoleh sedikitpun Elvano sudah sangat familiar dengan suara tersebut.

Tanpa permisi daffa sudah duduk di samping Elvano saat ini, dan mengikuti arah tatapan Elvano tertuju. Mata dari kedua nya hanya menatap matahari yang sudah hampir tenggelam dan di gantikan dengan kegelapan malam.

"Lo minum itu?" Tanya Daffa saat tak sengaja melihat obat yang di genggam oleh Elvano.

"Hmm"

"Obat tidur cuman mengembalikan jam tidur bukan yang sudah tidur."  Ucap daffa sembari memberbaiki posisi duduk nya.

"Jadi gini yah rasanya di tinggal seseorang saat dia menghadap sang ilahi, dunia seakan berenti berputar tapi, aneh nya itu cuman terjadi di dunia gue daf." Jelas Elvano. " Segitu nya dunia benci gue, sampe gue gak di biarin rasain sepercik kebahagiaan."

"Lo harus coba kenal orang baru, biar bantu Lo lupain dia" Daffa memberi saran.

"Gak! Biarin waktu berjalan seperti biasa nya, waktu akan merubah segala, dan gue gak mau manfaatin orang baru demi keuntungan gue."

♡♡⁠♡

Malam yang lebih dingin dan sepi seperti biasa nya, dan bulan yang sempurna menggantung di luar jendela.

Elvano yang duduk melamun di sudut kamar nya menatap sendu ke luar jendela. Kamar kosong yang hanya di penuhi kenangan bersama Aya, hanya kenangan yang kini tersisa. Aya hanya menjadi bintang yang semakin jauh dari genggaman nya.

Saat Elvano menutup mata wajah Aya terlihat begitu jelas di hadapan nya.

"Gue benci saat gue bangun dan sadar kalau Lo udah gak ada di dunia ini, gue selalu berharap gue gak akan pernah bangun lagi." Ujar Elvano dengan depresi berat yang di hadapi nya.

dada nya terasa begitu sesak seiring dengan air mata yang menetes membasahi lantai kamar nya, Elvano sekuat tenaga menyimpan rasa sakit nya sendirian tanpa mau berbagi dengan orang lain.

Tangan nya sudah menggengam beberapa butir obat yang siap untuk di telan nya, dengan tangan yang sedikit bergetar Elvano mulai memasuk kan nya kedalam mulut dengan satu tegukan air.

"Gue merasa sedikit lelah Aya, gue akan tidur sebentar, Lo harus genggam tangan gue kaya gini terus ya, gue akan segera bangun." Ucap Elvano dengan pandangan nya yang mulai samar-samar hingga membuat nya berhalusinasi.

Alex dan triska yang melihat nya dari ambang pintu membuat hati kedua nya merasa terpukul, pria yang terlihat dingin dan cuek menyimpan begitu banyak penderitaan.

Kehidupan Elvano yang tadi nya hanya mengikuti kemauan ayah nya kini tidak menentu arah entah kemana kaki nya akan melangkah, semua nya terasa berat dan pahit untuk bisa di jalani dengan baik.

Terima kasih sudah membaca

Jangan lupa vote

Follow Ig : asyh_azlea01

Next part guys....

DISTAND SKYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang