Happy reading:)
Mata sembab nya sedikit demi sedikit terbuka menatap cahaya lampu yang menerangi kamar minimalis nya.
Tok..tok..tok
Terdengar suara pintu yang di ketuk pelan dari seberang sana.
Karna tak ada jawaban Daffa langsung menerobos masuk tanpa memperdulikan penghuni kamar nya.
"Lo gak sekolah?" Tanya Daffa pada Elvano yang terus berbaring layak nya orang kehilangan harapan untuk hidup.
"Gak." Jawab Elvano singkat.
"Hari ini ada pertandingan basket masa Lo gak datang."
"Bilangin ke arka gue mudur dari Ketua tim basket."
"Kalau Lo gak datang kita bakal kalah ngelawan kakel El." Bujuk Daffa yang sedari tadi berdiri menatap Elvano.
"Gue gak perduli lagi." Tolak Elvano.
"Demi Aya, tunjukin kalau Lo bisa El."
"Hahaha,, apa lagi yang harus gue tunjukin orang nya udah gak ada." Elvano tertawa miris tanpa sedikit pun menatap ke arah Daffa.
"Minimal buat keluarga Lo. Ini yang terakhir gue janji gak bakal maksain Lo buat ngelakuin hal yang Lo gak suka." Daffa menarik paksa lengan Elvano hingga dia bangkit dari tempat tidur nya.
Dengan sangat terpaksa Elvano bangkit dan pergi ke kamar mandi nya dengan tubuh yang sangat lemah.
Hanya butuh waktu beberapa menit Elvano sudah siap dengan baju basket nya dan siap untuk bertanding walau rasanya dia hanya ingin mengurung diri di kamar.
"Ayok." Ajak Daffa yang sudah stay di dalam mobil nya.
"Gue bawa motor aja."
"Keadaan Lo lagi gak stabil bareng gue aja."
"Sotoy Lo. Yuk cabut entar telat."
Elvano sudah lebih dulu pergi meninggal Daffa di halaman rumah nya.Semua kembali seperti semula setelah kepergian aya. Sorakan terdengar di seluruh lapangan SMA bunga bangsa. Kali ini pertandingan nya dilakukan dilapangan terbuka agar semua orang bisa menonton dengan bebas.
Masing-masing semua orang mendukung tim kebanggan mereka."Ayo Arthur Lo pasti bisa." Teriak Atikah dengan heboh nya di tengah-tengah penonton.
"Sejak kapan Lo jadi pecicilan kek gini?" Ledek Salna.
"Sejak kemarin." Balas Atikah.
Tim yang di ketuai oleh Elvano kini sudah memasuki lapangan di ikuti dengan tim lawan yang di ketuai oleh Arthur.
"Sini El." Perintah arka namun tidak di perdulikan oleh Elvano.
Selama permainan berlangsung Elvano terus di teriaki oleh penonton karna egoisan nya, namun tidak di perdulikan oleh dirinya, walau begitu di babak pertama dimenangkan oleh tim Elvano.
"Lo kenapa sih El?" Tanya Nevan kesal.
"Kalian berdua kalau ada masalah selesain cepet jangan sampai berpengaruh di tim kita."
Elvano hanya diam saja dengan sebotol air di tangan nya, dirinya hanya terus menatap ke arah lapangan dan mengingat kembali di tempat di mana Aya berdiri karna di hukum.
Semakin mengingat nya membuat dada nya semakin sakit, setiap momen melekat kuat di kepala Elvano dan semakin susah untuk di lupakan.
"Ayo. Singkirin ego kita masing-masing untuk saat ini." Daffa mengingatkan pada semua teman-teman nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DISTAND SKY
Teen FictionSebuah kisah epilog tanpa prolong, sebuah kisah yang sudah berakhir namun tidak pernah ada kata di mulai. Ombak nya begitu pelan dan terdengar damai, langit nya seperti lukisan ketika terkena sinar matahari yang terbenam. Dibawah rintik hujan menjad...