HANCUR 33

12 2 10
                                    

Happy reading:)

Sebuah kenyataan benar-benar menampar keras diri Elvano membuat nya tidak sadar bahwa Aya sudah tidak ada di dunia ini.

Walau dia mencoba tidak akan merubah takdir bahwa orang tercinta nya sudah pergi menghadap sang ilahi.

Mulai dari teman sekolah dan teman terdekat nya, kini berkumpul di rumah kediaman arseno raditama menunggu kedatangan jenazah dari Aya.

Elvano yang tak kunjung datang kini menjadi tanda tanya bagi Daffa, kenapa Sahabat nya itu belum juga datang ke rumah duka.

suara ambulance kini terdengar sangat menyakitkan di telinga sahabat nya, pasal nya Aya yang kabar nya belakangan ini tidak terdengar kini datang dengan berita duka.

Arseno yang tidak menunjukan wajah sedih dan juga bahagia berdiri di tengah-tengah kerumunan yang sedang menyambut kedatangan putri nya itu.

Sementara Jihan mencoba menenangkan Anaya yang sedari tadi menangis histeris.

Kini seorang wanita terbujur kaku di tutupi kain batik bercorak cantik,
Tengah berbaring seolah putri tidur yang menunggu kedatangan sang pangeran.

Arka yang datang dengan keisa dan kedua orang tua nya terpaku di tempat nya dengan menggenggam setangkai bunga mawar putih.

"Seharus nya gue datang malam itu ay." Batin arka.

Kelopak bunga yang tadi nya berwarna putih cerah, kini berubah warna merah karna tetesan darah yang jatuh dari tangan arka akibat duri yang menusuk jari jemari nya, Tapi yang merasakan sakit adalah hati nya seakan tertusuk duri yang lebih tajam.

"Ini bukan Aya kan."
Suara serak Elvano kini menjadi pusat perhatian dari semua orang.

Elvano yang datang bersama alex dan Triska kini berdiri di depan jenazah Aya.

"Aya masih hidup. KENAPA SEMUA ORANG TUTUPIN DIA PAKE KAIN INI!!" Elvano menarik kain batik yang menutupi diri aya dan dicegah oleh Daffa.

"Lepasin gue daf, Aya kedinginan, badan nya dingin."

"DIA UDAH GAK ADA EL!" bentak Daffa.

"gak daf. Dia cuman tidur kan."

"Sadar El, Aya udah meninggal dia udah ninggalin kita semua."

"Kenapa? Kenapa Lo ninggalin gue di saat kaya gini? Kenapa Lo ninggalin gue di saat gue udah benar-benar jatuh cinta sama Lo." Lirih Elvano. "Ini terlalu tiba-tiba, gue gak siap."

Elvano menggengam erat jari jemari mungil Aya, seolah tidak ikhlas melepaskan wanita itu.

"Lo janji setelah pulang sekolah lo bakal ajak gue." Isak Anaya. "Kenapa di saat hubungan kita udah baik-baik aja Lo malah pergi ninggalin gue."

"Siapa yang bakal ngajak gue berantem tiap hari nya. Aya gue minta maaf karna gak pernah ngerti penderitaan Lo selama ini."

Satu persatu sahabat nya mendekat dan melihat Aya sebelum di mandikan dan akan di kafani.

"Di saat Lo ada masalah gak cerita ke kita. Kita merasa gagal jadi Sabahat Lo Aya, bukan nya kita sahabat ya?" Ucap Reva.

Hanya satu orang yang tidak melihat nya yaitu arseno, pria yang berhati iblis itu menolak untuk melihat putri nya untuk yang terakhir kali.

Selang beberapa menit jenazah Aya sudah terbungkus rapi dengan kain putih yang melingkar di tubuh nya dan siap untuk di kebumikan.

Semua orang mengatar Aya ke tempat peristirahatan terakhir nya. Dengan senyum kemenangan keisa dan Jessy hanya melihat dari kejauhan dan tidak berani mendekat ke arah pemakaman.

Satu persatu semua orang mendoakan nya, begitu pula satu persatu orang sudah pergi meninggalkan pemakaman karna cuaca yang cukup panas.

Tak terkecuali teman-teman terdekat nya yang masih berdiri di samping makam nya.

"Gue bawa bunga yang Lo minta ay, gue gak bisa ngomong apa pun. Gue nyesel, gue juga berada dalam situasi yang sulit." Ucap arka dengan menaruh bunga mawar putih di atas makam nya.

"Hallo aya, gimana rumah baru nya?
Lo selalu binggung dengan kata pulang, bukan nya sekarang Lo udah pulang. Tapi Lo pulang gak bakal balik lagi ke kita, Yang tenang yah Di sana semua orang bakal doain yang terbaik buat Lo." Ujar Daffa.

"Hari ini semua orang datang Aya, semua orang ingat Lo, tapi beberapa Minggu kedepan semua nya bakal lupain Lo, tapi gue gak akan pernah lupain Lo, atau bahkan gak akan pernah bisa lupain Lo." Elvano terus- terusan berbicara seakan aya akan membalas perkataan nya.

Kini hanya tersisa Elvano dan Alex yang masih menunggu kakak nya itu sampai puas berbicara dengan makam yang ada di hadapan nya.

Alex benar-benar tidak menyangka kakak nya yang tertutup selama ini kini menangis karna kehilangan seorang perempuan yang belum lama di kenal nya.

"Ohh iya gue lupa hari ini Lo ulang tahun yah. Padahal gue seneng banget kalau gue bisa rayain bareng Lo. Minum kopi bareng, ke pantai."

"Lo suka pantai kan, gue punya impian bangun rumah dekat pantai dan tinggal bareng Lo."

"Ayo pulang kak." Ajak Alex

"Kita udah janjian buat cafe bareng, Lo suka kopi kan gue bakal buat Kopi yang banyak buat Lo." Kata Elvano yang terus tidak memperdulikan ucapan Alex.

"Kak dia udah gak ada dan gak bakal jawab semua perkataan Lo."

"Dia masih di sini Lex."

"Iya. Jiwa nya, tapi tubuh nya udah gak ada di sini." Alex tidak tahan lagi dengan kakak nya yang seperti orang gila yang terus berbicara tak karuan. "Gue mohon ikhlasin dia. Biarin dia tenang."

"Tapi gue gak tenang Lex." Keadaan Elvano benar-benar berantakan sejak tadi.

Elvano meremas gundukan tanah di hadapan nya, mental nya seakan rusak seketika dan kehilangan semangat untuk hidup.

Taburan bunga menghiasi makan cantik dengan nisan yang bertuliskan shanaya raditama.

Langit kini menjadi saksi bisu atas cinta di pertemukan namun tak akan pernah bersatu.

"Gimana gue bisa biasain diri gue tanpa Lo, gimana gue bisa terima fakta kalau Lo udah gak di sini?" Ringis Elvano menahan sakit yang menyerang dada nya.

"Ayo kak, semua orang udah gak ada." Paksa Alex dengan membantu Elvano bangkit.

Sepanjang perjalanan Elvano hanya menatap kosong ke luar kaca mobil, cuaca yang begitu cerah, tapi tidak dengan hati nya saat ini.

Dunia ilusi yang dia inginkan dulu kini lenyap terkubur bersama tubuh Aya. Kebahagiaan, cinta, dan juga impian ikut menghilang seiring kepergian Aya.

Terima kasih sudah membaca˘⁠︶⁠˘

Jangan lupa vote

Follow Ig : asyh_azlea01

Next part guys....

DISTAND SKYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang