Jangan lupa follow, vote, comment okay!
🎀
Uranus kembali ke kelasnya dengan kedua tangan mengepal erat pada sisi tubuh dan dadanya semakin bergerak naik turun terasa sesak sehingga sulit untuk bernapas.
Dia kembali dengan mata memerah seperti menahan tangis.
Bugh!
Uranus memukul meja dengan punggung tangannya melampiaskan emosinya setelah melihat sepasang kekasih tengah berpelukan di belakang sekolah.
Ingin rasanya Uranus menghampiri dan melampiaskan amarahnya pada kedua orang itu, tapi sebisa mungkin Uranus menahannya. Dia benar-benar marah dengan keduanya yang tidak tahu diri dan tidak tahu malu berpelukan di area sekolah walaupun di belakang. Cih!
Tebe, Randi dan Putra yang sedang duduk di pojokkan dan tadinya sibuk dengan aktivitasnya masing-masing melirik satu sama lain seolah saling bertanya ada apa dengan Uranus? yang tiba-tiba kembali ke kelas dengan keadaan kusut.
"Kenapa sih, tuh anak?" tanya Putra berbisik dengan mata mengarah pada Uranus.
Tebe berdecak. "Ya, biasalah. Sekolah dua belas tahun kenal cinta jadi bodoh."
"Wah... kenapa lagi, ya? Sama, tuh dua orang?" tanya Randi yang kepo.
Mendengar suara meja yang dipukul cukup kencang membuat teman sekelas Uranus tersentak kaget dan langsung melihat ke arahnya termasuk Putri yang baru saja kembali dari kantin bersama teman-temannya.
Tanpa berpikir panjang takut Uranus memarahinya karena melampiaskan amarahnya, Putri justru semakin gencar mendekati Uranus.
Perempuan itu menduga sesuatu yang tidak diinginkan baru saja terjadi sehingga Uranus kembali memukul meja seperti kejadian waktu lalu dimana Putri mengobatinya.
"Uranus lo kenapa? Tangan lo pas—"
Uranus menepis tangan Putri yang ingin menyentuhnya. Dia menatap Putri dan mengangkat tangannya agar putri berhenti untuk berbicara dan bertanya-tanya padanya.
"Diam."
🎀
Seza turun dari motor raka dengan tersenyum-senyum sendiri sambil membawa setangkai bunga mawar di tangannya memasuki rumah begitu laki-laki itu sudah pergi.
Perasaannya hari ini sangat senang sekali dan tak sabar menyambut halaman baru di dalam hidupnya yang akan ia isi dengan kebahagiaan-kebahagiaan yang tercipta selanjutnya.
Baru ingin membuka pintu kamarnya dan Uranus, tiba-tiba pintu itu sudah dibuka dari dalam. Dengan mimik wajah bahagia yang tak bisa disembunyikan, Seza melangkah masuk dan mendekat dengan seseorang yang tadi membuka pintu.
Uranus mengalihkan tatapannya dan membuang napas kasar. Dia bisa melihat wajah bahagia Seza yang dari kemarin-kemarin tidak ia lihat. Bahkan senyum perempuan itu tidak pernah luntur dari bibirnya. Segitu bahagianya, kah?