Jangan lupa follow, vote, comment okay!
🎀
"Planet ini sebenarnya kita mau ke mana sih? Gue laper banget ini," rengek Seza sedari tadi seperti orang yang tidak makan 1 minggu. Si paling lapar!
"Kan, gue udah bilang tadi kalau kita numpang makan aja." Uranus terkekeh sambil melirik Seza yang sejak tadi sudah mengeluh selama perjalanan.
"Iya di mana? Jangan bilang perusahaan papa mama lo bangkrut? Makannya kita harus numpang makan gini? Astaga... gue belum siap kalau harus numpang tidur juga di orang lain." Seza menggeleng seraya mengangkat kedua tangannya tanda menyerah.
"Dengan sangat terpaksa gue bilang iya. Dan kita harus numpang di orang lain dulu selama gue belum dapet kerjaan."
Seza terdiam beberapa saat sambil menatap wajah Uranus yang terlihat sendu dan menyedihkan. "Kenapa lo baru bilang? Kita, kan bisa tinggal di rumah ortu gue kalau memang rumah lo ikut disita juga."
"Gue baru bilang karena gue baru ada niat bohongin lo tadi hahaha..."
"AW!" ringis Uranus begitu mendapatkan cubitan sayang dari Seza di pinggangnya.
"Lo menyebalkan, Planet. Gue udah sedih banget mikirin masa depan kita gimana ke depannya, taunya lo malah jailin gue lagi dengan tampang sendu lo yang menipu itu?!" Seza melipat kedua tangannya dan membuang muka ke arah depan. Sungguh dia tak habis pikir.
Uranus terkekeh melihat Seza yang sudah cemberut. "Gak usah mikirin yang jelek-jelek. Pikirin aja kalau kita akan selalu bahagia sampai akhir nanti."
"Cih! Dari sekarang aja udah ketahuan kalau lo doang yang bahagia sedangkan gue banyak menderita dijailin lo!"
"Masa sih sayang? Terus aku harus apa biar kamu bahagia?" goda Uranus sambil berseri-seri.
"Menghilang seperti teman lo Pluto."
Uranus tertawa sambil melirik Seza yang masih saja menatap lurus dan enggan untuk melihat ke arahnya. "Yakin?"
"Sangat yakin."
"Gak bakal kangen?"
"Gak."
"Kalau gue yang kangen nanti gimana?"
"Bukan urusan gue."
"Kal—"
"Planet! Ngomong sekali lagi gue marah lama!" Seza semakin sewot.