Jangan lupa follow, vote, comment okay!
🎀
Selama pembelajaran mata pelajaran sejarah berlangsung Seza sesekali terus menguap menahan kantuk yang menyerangnya.
Suara guru yang tengah menerangkan sesuatu di depan sana ibarat diva yang sedang menyanyikan sebuah lagu tidur hingga mampu membuat Seza tertidur pada akhirnya karena tidak kuat mendengar suara merdunya itu yang sudah seperti mantra sihir yang membuatnya tertidur.
Ditambah dinginnya AC di dalam ruangan membuat Seza terhanyut semakin jauh ke dalam mimpinya. Melupakan segala apapun yang terjadi pada dirinya yang tadinya mati-matian tetap terjaga agar tidak mendapat amarah dari guru killer itu.
"SEZA!"
Seza tersentak kaget dan terbangun dengan posisi nyawanya yang belum terkumpul sepenuhnya. Kedua matanya beberapa kali mengerjap berusaha melihat guru yang berdiri di depannya dengan muka yang sudah merah padam menatapnya.
Detik itu juga Seza baru tersadar. Bisa-bisanya gue tertidur di jam guru galak ini?!
"Kamu bukannya dengarin penjelasan ibu malah tidur, Seza?! Sebagai hukuman kamu keluar jangan ikut pelajaran ibu hari ini!" serunya lalu melangkahkan kakinya kembali ke depan dengan jalannya yang tergopoh-gopoh menahan beban hidup bercampur berat tubuhnya yang gendut.
"Ugh! Menyebalkan," rutuk Seza sambil mengusap seluruh wajahnya. Matanya menatap sinis Pricil yang duduk di sampingnya dan melirik sekilas Lira dan Gita yang tengah melihat ke arahnya juga sambil tertawa kecil menertawainya.
Seza mendengus kesal dengan mereka yang tidak ada satupun yang berbaik hati melindungi atau minimal membangunkannya begitu guru galak itu ingin menghampirinya. "Kenapa lo bertiga nggak ada yang bangunin gue!" cicit Seza dengan suara kecilnya takut kembali dimarahin karena tak kunjung keluar kelas.
Pricil memutar bola matanya malas. "Lo tidur kayak orang mati tahu nggak? Seandainya nih kelas ada gempa terus bangunannya runtuh niban lo juga lo nggak bakalan sadar dan tetap tidur," ucapnya berlebihan.
"Seza kenapa masih belum keluar juga?! Keluar sekarang."
Lagi Seza mendengus. Mau tidak mau dia berdiri dari tempatnya duduk dengan perasaan yang berat. "Gue tandain lo bertiga!" Seza mengerucutkan bibirnya dan berlalu pergi ingin ke kamar mandi.
Masih untung teman-teman sekelasnya tidak ada yang meneriaki dirinya karena tertidur tadi. Kalau tidak, tidak bisa dibayangkan semalu apa nantinya dirinya ditertawakan.
Membasuh wajahnya di wastafel lalu menatap pantulan dirinya di cermin toilet membuat Seza teringat kegiatan semalam di mana ia terus memaksa Uranus agar mau menonton film bersama dirinya. Bahkan laki-laki itu sudah memperingati Seza dan memberitahunya untuk tidak tidur terlalu malam.
Tapi namanya Seza, tetaplah Seza. Dia akan melakukan hal apapun itu semau dirinya hingga berujung Uranus ikut menemaninya menonton sampai pukul dini hari mereka baru tertidur.