Jangan lupa follow, vote, comment okay!
🎀
"Queen hari ini bisa menemaniku ke makam Mama, Papa?"
"Bagaimana kalau kita menghabiskan waktu bersama di rumah?"
"Bagaimana kalau malamnya? Bisa kita pergi sekadar makan malam berdua?"
Riuh gemuruh suara musik bercampur interaksi para penonton yang ikut menyuarakan suaranya dan musisi yang menyanyikan lagu favorit penonton, semakin membuat mereka berteriak menyanyi menikmati hiburan. Bahkan ada penonton lainnya yang tak lupa mengangkat handphonenya untuk mengabadikan momen konser ini.
Seza yang berdesak-desakan dengan ribuan orang yang tengah bernyanyi bersama di konser musik ini hanya bisa terdiam menikmati alunan musik dengan isi kepalanya yang melayang ke mana-mana.
Berbeda dengan Raka yang sesekali ikut bernyanyi dan menggerakan tubuhnya menikmati tiap alunan nada, lirik, dan aransemen musik yang memanjakan indra pendengarannya.
Seza kembali melihat jam di salah satu pergelangan tangannya. Kembali teringat dengan Uranus yang sudah terlalu banyak dia bohongi hari ini hingga rasanya Seza merasa tidak enak hati pada laki-laki itu yang selalu percaya pada dirinya.
"Gila keren banget nggak, sih?!" Raka bersuara sambil menoleh pada Seza yang sejak tadi lebih banyak diam. Padahalkan Raka niatnya ke sini ingin bersenang-senang bersama Seza.
Seza mengangguk tanpa mengeluarkan sepatah kata apapun sebagai jawaban. "Awh!" Seza bertumpu pada tubuh Raka begitu dirinya kehilangan keseimbagan hingga terhuyung jatuh ke dalam pelukan Raka akibat seseorang yang tidak sengaja menyenggolnya karena terlalu asyik melompat-lompat menikmati acara konser.
"Sorry," ucap si penonton yang terlalu heboh menikmati beat lagu begitu menyadari Seza yang hampir saja terjatuh jika tidak ada Raka yang selalu sedia menjaganya selama konser berlangsung.
"Woi! Hati-hati dong. Kalau cewek gue kenapa-napa gimana?!" peringat Raka dengan tatapan matanya yang menajam.
Seza berusaha kembali berdiri pada posisinya dengan bantuan kedua tangan Raka. Dirinya sempat terperangah mendengar pengakuan Raka yang tiba-tiba itu.
"Calon cewek gue maksudnya," bisik Raka sambil terkekeh menyadari perubahan mimik wajah Seza.
Seza tersenyum hambar menanggapi dan kembali bergerak tidak nyaman di tempatnya berdiri. Ingin rasanya Seza cepat-cepat pergi meninggalkan tempat itu dan kembali pulang ke rumahnya jika tidak mengingat janjinya pada Raka.
Bagi Seza percuma saja dirinya ada di sana tapi pikirannya ada di mana-mana. Begitu juga dengan perasaannya yang semakin lama semakin tidak enak tak menentu. Seza hanya berharap semoga apa yang ia sembunyikan dan takutkan tidak menjadi kenyataan.