Jangan lupa follow, vote, comment okay!
🎀
Uranus sejak tadi tak henti-hentinya terus melihat ke belakang berharap Seza-nya berubah pikiran dan menyusulnya sekarang ke bandara sekadar memberi salam perpisahan.
Tinggal beberapa menit lagi pesawatnya akan berangkat dan tidak ada tanda-tanda Seza akan datang. Uranus tahu, Seza hanya berbohong soal tidak enak badan pada Tante Fera saat diajak untuk mengatarkan dirinya ke bandara. Dia hanya beralasan saja.
"Ranu kamu kalau udah sampai kabarin Tante, ya?" Fera menatap sedih karena Uranus sudah dia anggap seperti anaknya sendiri.
Uranus tersenyum hangat. Dia memeluk Fera yang sudah sama seperti Mama-nya. "Iya. Ranu gak akan lupa."
Firman yang berdiri di dekat Fera bergantian memeluk Uranus dan menepuk-nepuk pelan punggungnya. "Belajar yang benar. Jangan macam-macam di sana. Dan jangan lupa hubungin Om jika ada sesuatu yang kamu butuhkan."
"Jangan lupa untuk selalu memberi kabar pada Seza. Karena perempuan terkadang mudah marah hanya karena masalah itu. Jangan sampai kamu pulang dari sana sudah kehilangan Seza karena dia merasa kamu sudah tidak mempedulikan dirinya lagi," bisik Firman.
Uranus mengangguk-anggukkan kepalanya mengerti. "Aku titip Seza, Om, Tan."
Tante Fera mengangguk dan tersenyum berseri. "Pasti, Sayang. Untuk urusan itu kamu tenang saja."
"Lo juga bisa titip Seza ke gue, Nu. Tentu gue dengan penuh jiwa dan raga senang hati menjaganya." Tebe bersuara sambil cengar-cengir walaupun sudah mendapatkan tatapan dari Uranus.
"Gue nitip cewek bule dong satu. Oh, atau gak lo tunjuk-tunjukin aja foto gue ke cecan-cecan di sana, Nu. Siapa tahu ada yang nyantol satu." Randi terkekeh.
Tebe berdecih. "Gak ada yang nyantol. Foto lo kayak jamet semua. Gak bakal ada yang mau."
"Sialan! Belum tahu aja pesona gue." Randi menoyor Tebe tidak terima karena telah mengatainya.
"Sering-sering balik kalau lagi liburan. Gue malas main cuma sama dua teman rada-rada lo ini," canda Putra.
Randi mendelik. Ia mendengus sambil menyipitkan matanya menatap Putra yang pura-pura tidak merasa bersalah dengan perkataannya. "Oh, lo mau kita kick dari circle ini?"
Uranus tersenyum kecil. Belum ditinggalkan saja ketiganya sudah ribut, bagaimana dengan nanti? Apakah mereka akan lebih sering ribut?
"Gue berangkat." Uranus bersalaman dan tos berpamitan pada ketiga temannya yang begitu solid ikut mengantarkan dirinya ke bandara juga.
Uranus menghela napasnya. Pengumuman mengenai pesawatnya sudah dipanggil .Dia akhirnya melangkah pergi sebelum langkahnya berhenti di tengah jalan untuk membuka handphone-nya dan mengetik sesuatu di sana.