Jangan lupa follow, vote, comment okay!
🎀
Bel pergantian jam pelajaran baru saja berbunyi. Seza yang disuruh mengembalikkan kembali buku paket yang baru saja kelasnya pakai untuk pembelajaran ke perpustakaan membagi dua tumpukan buku tebal itu agar Lira membantu membawanya.
"Eh, Za! Gue kebelet pipis banget, deh," rengek Lira di pertengahan koridor dengan kedua kaki yang ia rapatkan untuk menahannya.
Seza berdecak. "Ah, yang benar aja, deh, Ra! Masa gue bawa buku paket sebanyak ini sendirian."
"Aduh, Seza! Tapi ini udah di ujung banget. Emang nanti kalau gue pipis di sini lo mau tanggung jawab?!" protes Lira yang semakin tidak tahan. Rasanya dia ingin lari ke toilet dan melemparkan buku paket yang ada di tangannya.
"Hailah! Ya udah sana," ucap Seza mau tidak mau dia harus membawa tumpukan buku paket ini sendiri.
Lira tertawa lebar. Tanpa sungkan dia meletakkan buku paket yang ia bawa di atas tumpukkan buku paket yang dibawa oleh Seza. "Thankyou so much, Beb!" serunya dan langsung berlari pergi begitu saja.
Seza berdesis. Tahu gitu dia akan mengajak Pricil atau Gita saja!
Tumpukan buku paket yang berat dan menutupi sebagian wajahnya membuat Seza tidak bisa melihat sesuatu yang ada di depannya.
Dengan sangat pelan dan hati-hati Seza melangkahkan kakinya kembali menuju perpustakaan. Dia berjalan hanya mengikuti naluri hatinya saja.
BRUK!
Semua buku berserakan dan berjatuhan ke mana-mana, sambil menghela napas dengan cepat Seza langsung berjongkok mengambil buku-buku paket itu dan merapihkannya kembali menjadi satu tumpukan.
"Maaf," ucap si penabrak sambil mengembalikan satu buku yang ada di tangannya setelah ikut membantu merapihkannya tadi.
Seza mendongak. Mendengar suara yang amat sangat Seza rindukan berbicara dengannya kembali membuat Seza terdiam mematung beberapa saat di tempatnya menatap lekat Uranus. "Planet..." lirihnya.
Uranus mengalihkan tatapannya setelah tersadar orang yang dia tabrak adalah Seza. Tadi dia tidak melihat jalan dan terlalu fokus membaca buku yang baru saja ia pinjam dari perpustakaan sehingga tidak tahu dan tidak sengaja menabrak perempuan itu.
Dengan diamnya, Uranus bangkit berdiri dan melangkah pergi begitu saja tanpa mengucapkan apapun lagi pada Seza. Jangan, kan mengajaknya bicara lagi sekadar basa-basi, meliriknya pun tidak.
"Planet mau sampai kapan kamu diamin aku?" lirih Seza sambil menatap lekat punggung Uranus yang semakin lama semakin jauh.
Sekarang dia hanya bisa mengamati Uranus dari kejauhan dan menerima segala sikap laki-laki itu yang mengacuhkan, mengabaikan dan menganggap dirinya tiadak.
KAMU SEDANG MEMBACA
SWEET COUPLE?
Ficção AdolescenteDijodohin sama planet? Ini gila! Cover: Pinterest.