Jangan lupa follow, vote, comment okay!
🎀
Semenjak teman-temannya pulang Seza merasa kesepian kembali. Niatnya yang pulang ke rumah karena ingin menyendiri sehari di kamarnya yang sudah lama ia tinggalkan, berakhir menjadi berhari-hari.
Itu semua bisa terjadi karena kedua orang tuanya sedang ada perjalanan bisnis ke luar kota, sehingga Seza dapat dengan bebas dan leluasa untuk tinggal di rumahnya kembali. Kalau ada orang tuanya, sudah pasti mereka tidak akan mengizinkan dan membiarkan Seza berpisah lama dengan Uranus.
Berbicara Uranus, Seza jadi kesal sendiri karena semenjak kejadian waktu itu, laki-laki itu bahkan tidak mencari ataupun sekadar mengiriminya pesan untuk mengetahui keberadaan dan keadaan dirinya. Dasar menyebalkan!
"Aku benci kamu Uranus! Benci. Benci. Benci," seru Seza setelah mendudukkan dirinya di kasur dan baru saja melihat ponselnya.
Dan lagi-lagi dari sekian banyaknya pesan masuk, tidak ada pesan dari Uranus. Padahal Seza sejak kemarin-kemarin selalu menunggu dan mengecek handphone-nya setiap saat.
"Apa sekarang aku harus jadi Putri supaya bisa dicintai kamu lagi?" gumamnya.
Seza meringis dan menghela napas kasar. Bisa-bisanya dia berpikir konyol seperti itu disaat beberapa detik yang lalu mengatakan benci pada Uranus.
"Ternyata benar, nggak ada cowok yang benar-benar cinta sama satu cewek," lirih Seza yang teringat akan dirinya yang selalu ingin menjadi satu-satunya hingga ia selalu menolak banyak cowok hanya karena takut kalau dia bukan satu-satunya, tapi salah satunya.
Seza memilih untuk tidur walaupun sebenarnya dia tidak bisa tertidur dengan nyaman dan nyenyak. Beberapa kali dia terbangun, melihat jam dan tertidur kembali sampai saat di mana Seza sudah mulai masuk ke alam bawah sadarnya.
Seza bergerak-gerak gelisah merasa terusik dengan tidurnya. Perlahan dia membuka matanya dan langsung mengernyit keheranan mendapati seseorang yang tengah tertidur dengan damai sambil memeluk dirinya.
Kalau saja yang memeluknya hantu-hantu berwajah seram yang pernah ada di bayangannya, tentu Seza akan berteriak dan melompat dari tempatnya tidur detik itu juga.
Tapi yang ia lihat sekarang adalah laki-laki berwajah tampan dengan wajah teduhnya yang sudah lama Seza rindukan. Planet?
Seza memejamkan mata sebentar lalu membukanya, ingin memastikan bahwa apa yang ia lihat tidak salah. Walaupun lampu kamarnya mati dan hanya terbantu lampu tidur yang menyala, Seza rasa dia tidak mungkin salah. Siapa yang matiin lampu kamar, sih?!
Baru Seza hendak bangun dari tidurannya menjadi terduduk untuk menyalakan lampu kamar dan ingin memastikan kembali, tiba-tiba tubuhnya tertidur kembali karena seseorang itu menarik Seza dan membawanya ke dalam pelukannya.