🎀
Jangan lupa follow, vote, comment okay!Kalau ada yang bertanya apa yang ada di pikiran Seza saat ini, tentu Seza akan menjawab dengan menyebutkan nama Uranus Dirgantara.
Selama di perjalanan pulang pikirannya selalu dipenuhi oleh laki-laki itu yang sejak tadi tidak mengangkat atau bahkan membaca pesannya. Seza yakin pasti Uranus sedang dalam mode marah karena telah ia bohongi.
Sebenarnya Seza tidak bermaksud untuk membohongi Uranus, ia hanya mencegah terjadinya masalah atau perdebatan setelah ia tahu Uranus tidak terlalu menyukai Raka.
Daripada nantinya terjadi keributan, terpaksa Seza berbohong. Ini semua Seza lakukan karena semalam Raka mengiriminya pesan untuk mengajaknya bertemu karena ada hal penting yang ingin dia sampaikan dan dengan terpaksa Seza memberikan alasan kebohongan pada Uranus agar ia bisa pergi menemui Raka.
Dan lihatlah Seza si tidak pandai dan tidak cantik dalam bermain kebohongan, dia harus pake acara ketahuan segala. Kalau tahu bakal begini, Seza akan memilih jujur saja. Toh, dua-duanya sama-sama menyebabkan Uranus marah.
Brak!
"Planet!" seru Seza dengan napas terengah-engah karena berlarian dari halaman rumah ditambah harus menaiki tangga hingga terdengar seisi ruangan kamar, terkecuali Uranus yang masih saja bergeming.
"Planet gue bisa jelasin. Gue nggak bermaksud mau bohongin lo, kok. Gue terpaksa nggak bilang lo karena pasti nanti lo nggak ngebolehin gue buat ketemu Raka."
Seza masih terdiam di depan pintu kamar karena Uranus masih saja tidak peduli akan kehadirannya. "Planet..." panggilnya lalu melangkah mendekat.
Seza terperangah begitu melihat Uranus dari jarak dekat. Pantas saja laki-laki itu sejak tadi hanya diam tanpa sepatah katapun. "Fix bodohnya natural," katanya mengatai dirinya sendiri.
Melihat Uranus yang duduk di pinggir sandaran sofa menghadap jendela kaca besar kamar dengan megenggam sebuah buku yang tengah dibaca dan AirPods yang terpasang di telinganya mengalunkan sebuah lagu, membuat Seza mengatai dirinya sendiri. Sejak tadi lo ngajak ngomong siapa, Seza?! Angin?!—rutuknya kembali.
Seza berdiri tepat di depan Uranus yang tengah terduduk. Tapi laki-laki itu masih saja tetap diam dan sibuk dengan kegiatan membacanya, seolah tak menganggap dan tak mau peduli akan kehadirannya.
Beberapa detik berlalu, Seza yang tidak sabaran dan paling tidak suka didiamkan, melepaskan salah satu AirPods Uranus hingga mampu membuat reaksi dari laki-laki itu yang sejak tadi terus saja cuek.
Uranus mengangkat wajahnya melihat Seza sekilas sebelum fokusnya kembali membaca buku yang ada di tangannya. "Planet?"
"Planet..."
Uranus tetap diam.
"Planet..." panggil Seza lagi dengan wajah bingung yang tercetak jelas di wajahnya.
Uranus masih saja diam.
"Planet... jangan marah dong."
Masih tidak ada tanggapan.
Seza yang sudah lelah menghela napasnya. Ia meraih dagu Uranus dan mengangkatnya agar kedua mata itu hanya fokus untuk melihat pada dirinya saja. "Semenarik itukah buku itu hingga ngalahin posisi gue? Kalau gue ngomong itu lihat gue, Planet," ucapnya dengan nada manja.
Uranus melepaskan tangan Seza dari dirinya. "Ada apa? Ada yang mau dibicarain? Atau ingin berbohong kembali? Oke, gue akan luangkan waktu untuk mendengarkan kebohongan lo kembali. Ayo," ucap Uranus sekaligus menyindir dan menutup bukunya bersiap mendengarkan Seza.
"Planet jangan kayak gitu. Gue nggak maksud buat bohong, kok. Gue cuma takut kalau lo nggak bolehin gue ketemu Raka," jujur Seza. Entah mengapa dia kehabisan kata-kata dan mendadak blank untuk menjelaskan secara detail.
"Ngapain tadi ketemu dia?" tanya Uranus masih terlihat datar dan berusaha santai.
Seza berpikir sejenak, ia di ambang kebingungan. Antara memilih jujur dengan risiko Uranus bisa marah, atau berbohong dengan risiko Uranus akan kembali marah. Rasanya tidak ada pilihan yang menguntungkan dan berpihak padanya.
"Raka... dia nembak gue tadi," ucap Seza dengan cepat sambil memejamkan kedua matanya sebentar setelah sempat melihat reaksi Uranus yang sedikit terkejut.
"Terus? Lo tolak, kan?" tanya Uranus dengan sedikit desakan agar Seza menjawab sesuai apa yang ia harapkan.
Dengan perasaan bersalah, Seza menggelengkan kepalanya pelan sambil menunduk. "Gue gantung. Gue bilang nanti gue pikirin lagi," katanya dengan suara pelan.
"Dipikirin? Di saat lo seharusnya nolak? Lo mau jadian dan jadi pacar dia?" Uranus mendengus sambil mengusap seluruh wajahnya hingga rambut.
"Apa perasaan gue kurang terlihat selama ini hingga lo masih belum bisa memahami dan merasakannya? Kasih tahu gue, gimana caranya memiliki perasaan lo?" desak Uranus dengan wajahnya yang sudah menengang menatap Seza.
"Sehina itukah gue sampai lo nggak mau ngakuin gue?" Uranus tersenyum kecut.
"Planet gue—"
Belum sempat Seza menyelesaikan ucapannya, Uranus sudah lebih dulu berdiri dari duduknya dengan kedua matanya yang masih terpusatkan pada Seza. "Jangan pernah lo sia-siain orang yang sepenuh hatinya untuk l0," Uranus menghembuskan napas berat.
"Gue gak mau marah sama lo. Jadi lebih baik kita pisah dulu," kata Uranus lagi dengan wajahnya yang sudah menggelap.
Dia hanya berharap setelah kejadian ini dan sikapnya nanti, Seza belajar dari kesalahan dan tak mengulanginya kembali.
Rasanya Uranus ingin sekali meluapkan amarahnya pada Seza, tapi sebisa mungkin ia menahannya karena tidak ingin membuat perasaan perempuan itu terluka.
Bagaimana bisa Seza tidak menolak Raka disaat dirinya sudah memiliki Uranus dan seluruh hatinya? Rasanya Uranus ingin sekali menghajar Raka dan berteriak padanya jika perempuan yang ia sukai adalah miliknya.
"Lo bisa kembali ke gue setelah menemukan jawaban untuk siapa perasaan lo itu."
"Planet..." lirih Seza guna mencegah Uranus yang kian menjauh memilih keluar dari kamarnya.
"Planet maaf..." monolog Seza sambil memejamkan matanya sebentar dan duduk di sofa yang tadi Uranus duduki.
"Bagus Seza. Jangankan diri lo yang bertanya untuk siapa perasaan lo ini, bahkan sekarang Uranus juga," gumam Seza sambil mengusap kasar wajahnya. Kembali bingung dengan dirinya dan segala perasaannya.
🎀
Find me:
Instagram: ronafryll
Bye!
KAMU SEDANG MEMBACA
SWEET COUPLE?
Ficção AdolescenteDijodohin sama planet? Ini gila! Cover: Pinterest.