8🐈

1.8K 197 5
                                        

Jungwon menemui Permaisuri yang mengadakan acara pertemuan, di sana juga ada Ibu Suri dan Ibu Suri Agung. Ia hanya diterima baik oleh Ibu Suri Agung serta para pelayannya, berbeda dengan Ibu suri dan pelayan-pelayan nya.

"Apa kau dekat dengan salah satu putra menteri Park?" Tanya Ibu Suri Agung.

Ia mengangguk membenarkan. "Kami berteman sejak kecil."

Ibu Suri Agung tersenyum. "Seharusnya kau bisa sepertinya sebelum menikah, tapi kami melakukan itu demi kebaikan mu, melindungi mu dari komentar seseorang." Ujarnya dengan tatapan yang masih lembut pada Jungwon.

"Memang seharusnya seorang Putri Kerajaan, istri Putra Mahkota, Permaisuri, Ibu Suri, Ibu Suri Agung harus bersikap baik. Demi nama baik Kekaisaran." Ujar Ibu dari Kaisar dengan nada angkuh.

Yang lebih tua mengalihkan pandangannya menjadi menatap menantu nya tersebut. "Bukan demi nama baik Kekaisaran, kau hanya takut istri cucu mu lah yang membuatmu jatuh."

"Mana—"

"Daripada mengurusi Sejabin, seharusnya kau memberitahu para dayang mu bagaimana mereka harus bertingkah. Jangan hanya keluarga kerajaan dan bangsawan saja yang harus menjaga sikap, mereka semua yang tinggal di istana harus bisa menjaga sikap. Bagaimana jika orang luar istana tahu jika kita mempekerjakan seseorang yang memiliki kelakuan seperti gisaeng?"

Jungwon tidak paham siapa yang Ibu Suri Agung maksud. Apakah pelayan yang pernah dikatakan oleh Sunghoon? Apa pelayan itu pelayan Ibu Suri?

"Halma mama…." Minghao mencoba menenangkan nenek suaminya. Ia pikir Jungwon belum mengetahui kelakuan Jongseong.

"Seorang Kaisar pasti bermain-main, seperti putra anda."

"Apa kau tidak pernah bercermin kenapa putra ku lebih memilih selirnya dibandingkan istri sahnya sendiri?"

"Halma mama, masih ada Sejabin di sini." Minghao mencoba menenangkan kembali, tidak mungkin hari pertama Jungwon setelah menikah harus melihat keributan keduanya.

Jungwon hanya tersenyum simpul. Di saat Minghao masih berbicara dengan Ibu Suri Agung, ia memperhatikan pelayan Ibu Suri. Mereka memang memasang ekspresi angkuh padanya, tapi seorang gadis yang mungkin memiliki usia lebih muda darinya seperti sedang tersenyum meledek.

"Jadi dia?" Batinnya bertanya.

Ia balas senyuman itu dengan senyuman ramahnya, agar gadis itu tetap menganggap nya sebagai seseorang yang lemah. Tapi percayalah, Jungwon memilki ambisi untuk mendapatkan sesuatu yang telah dijanjikan untuknya. Kaisar, Permaisuri maupun Ibu Suri Agung harus membayar masa kecil dan masa remajanya yang tidak mendapatkan kebebasan.

Setelah perjamuan itu, Jungwon memilih pergi ke danau

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah perjamuan itu, Jungwon memilih pergi ke danau. Ia duduk di sisi bebatuan dengan para pelayan menunggu di belakang nya. Ingin sekali memanggil Sunghoon, tapi ini baru hari pertamanya dan akan membuat Sunghoon khawatir.

"Bagaimana perjamuan dengan Junjeong mama, Daebi mama, dan Wangdaebi mama?" Tanya seseorang yaitu Jaeyoon. "Hamba harus bertanya hal ini agar seseorang yang sedang menunggu di rumah tidak terus khawatir."

Jungwon menghela nafas. "Daebi mama dan Wangdaebi mama bertengkar."

"Anda sudah melihat orang itu?"

"Sepertinya iya."

Jaeyoon mengangguk paham, ia mengambil sesuatu yang dibawakan oleh Kyungjun. "Sunghoon menitipkan ini padamu, dia pergi ke kuil pagi tadi dan berharap dengan itu kau akan dilindungi saat dia tidak bersama mu."

Ia mendapatkan sebuah kalung, sebisa mungkin menahan air matanya. "Gomawo-yo, aku akan menjaganya dengan baik. Titip salamku pada Sunghoon hyung, tolong beritahu padanya untuk tidak terlalu mengkhawatirkan ku dan harus menjaga kesehatannya."

"Akan hamba sampaikan." Jaeyoon melirik ke sekitarnya, ia melihat sosok Jongseong tengah berjalan ke arah danau. "Hamba akan beritahu cara meluluhkan nya. Permisi."

Diikuti Kyungjun ia pergi menghampiri Jongseong dan sempat mengobrol sejenak, barulah Jongseong menghampiri nya diikuti para pelayan.

"Berhati-hatilah, kau bisa terjatuh."

"Terima kasih sudah mengkhawatirkan."

Jongseong melihat kalung yang sepupunya katakan diberikan oleh anak dari menteri Park. "Kenapa kau di sini?"

"Hanya mencari udara segar, karena waktu seperti ini tidak pernah saya dapatkan."

"Kenapa kau tidak lari?"

Jungwon mengalihkan pandangannya menjadi menatap sang Putra Mahkota, ia tetap mempertahankan senyum ramahnya. "Jika saya bisa, sudah sejak awal saya lari dan tidak akan berada di kondisi seperti ini."

Seorang pelayan yang memang menemani Jungwon sejak kecil mulai khawatir, takut-takut Jungwon akan marah dan membentak sang calon Kaisar nanti.

"Tidak ada seseorang yang ingin hidup terkurung, melakukan hal yang tidak di sukainya, harus membuang mimpinya, dan hidup tanpa dicintai." Jungwon turun dari bebatuan tersebut, ia memberi hormat sebelum pergi. 

To be continued….

Family SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang