15🔒

1.1K 144 9
                                    

Jaeyoon tengah menemani si Putra Mahkota yang sedang berlatih. "Kau tau, bayi dalam kandungan bisa mendengar kita. Dia akan merespon nya nanti."

"Jangan membodoh bodohi ku." Jawab Jay tidak minat.

"Eiy aku lebih dulu menjadi calon ayah, tentu lebih berpengalaman darimu. Jika tidak percaya yasudah, kesempatan ini langka." Jaeyoon melirik ke arah asisten nya dengan eskpresi menahan tawa.

Kyungjun memberikan kedua ibu jarinya. Iya, mereka sedang membodoh bodohi Jongseong. Hanya karena perkataan Sunghoon semalam yang mengatakan anak dalam kandungan akan merespon jika ayah dari si bayi berinteraksi, tapi ada waktunya.

"Dan satu lagi, dia hanya merespon ayahnya. Jika tidak membalas, berarti kau bukan ayahnya." Tambah Jaeyoon meyakinkan, jika Sunghoon dengar sudah habis dirinya di marahi.

"Aku tidak peduli. Kau di sini bertugas untuk mengawasi, bukan untuk mengganggu." Balasnya dengan ketus.

"Sayang sekali, menyia-nyiakan hal yang jarang terjadi." Jaeyoon menggengkan kepalanya, masih berusaha meyakinkan. "Ayah yang buruk, bukankah kau ingin menjadi sosok ayah yang baik??"

"Ah baiklah." Jaeyoon berhenti menjahili sepupunya tersebut.

Jongseong melirik pemuda Shim tersebut, kelakuannya selalu berubah-ubah. Terkadang tegas dan terkadang menjadi seseorang yang suka bercanda.

"Dimana sejabin?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Dimana sejabin?"

"Sejabin mama sedang di paviliun danau."

Jongseong segera pergi ke tempat yang diberitahukan, di sana ia melihat Jungwon tengah mengobrol dengan anak-anak. Terlihat sedang asik menceritakan sesuatu.

"Cantik, bukan?" Datanglah Riki yang langsung menggoda sang kakak.

"Mwo?"

"Ah, hyung-nim. Jangan mengelak, dia memang cantik untuk seorang laki-laki. Apa yang kau harapkan dari seorang pelayan?"

"Rik—"

"Seorang Kaisar memang akan memiliki selir, bahkan seseorang yang hanya memiliki harta banyak pun. Tapi, kau dengan sejabin masih dalam proses pendekatan. Kalian tidak akan dekat jika yang kau pentingkan pelayan itu."

"Jangan seperti—"

"Memang kenapa jika aku lebih berada di pihak Jaeyoon hyung-nim? Hyung-nim, sejabin juga memiliki hati. Dia sendiri tidak mau ada posisi ini, tapi pihak kekaisaran lah yang memaksanya. Jika hyung-nim saja tidak mau hidup di atur, bagaimana dengan sejabin yang sejak kecil melakukan sesuatu yang tidak diinginkan olehnya?" Kali ini Riki sudah tidak berbicara dengan nada normal.

Jongseong terdiam, selain Jaeyoon, Riki juga menjadi orang yang sangat berani kepadanya. "Kau berujar seperti itu seperti kau tau apa yang di rasakan."

"Dengan melihat saja orang-orang pun sudah tau semenderita apa dia, bagaimana jika dia tau hubungan gelap mu dengan seorang pelayan, Seja?" Kakak beradik tersebut saling bertatapan dengan tajam.

"Keputusan keluarga Shim untuk mendukung mu ada pada menantu mereka, jika Sejabin disakiti sedikit saja bersiaplah terguling dari posisimu. Bagaimanapun kuasa keluarga Shim itu besar di Kekaisaran. Mereka bahkan bisa menguasai Kekaisaran hanya saja mereka tidak ingin itu."

"Lalu kenapa kau mendukung calon pengkhianat."

"Lebih baik mereka yang memerintah, daripada keluarga gila yang sialnya aku termasuk dalam keluarga itu." Riki pun pergi meninggalkan sang kakak begitu saja.

Pemuda berusia 19 tahun tersebut kembali lagi. "Perlakuan sejabin dengan baik, atau ku jadikan kepala pelayan kesayangan mu itu sebagai hadiah kenaikan mu menjadi Kaisar." Ancamnya sebelum kembali pergi.

Jungwon terbangun dari tidurnya karena merasa sesuatu, ia melihat Putra Mahkota yang sedang mendekatkan telinga nya ke perutnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jungwon terbangun dari tidurnya karena merasa sesuatu, ia melihat Putra Mahkota yang sedang mendekatkan telinga nya ke perutnya. "Apa yang sedang anda lakukan, Seja?"

Jongseong langsung bersikap normal. "Hanya memastikan sesuatu."

"Memastikan apa?"

Si Putra Mahkota mengalihkan pandangannya dan mencoba mencari alasan agar tidak mempermalukan dirinya. Tapi, ternyata tidak ada sama sekali.

"Ee itu…." Jungwon memperhatikan nya penuh tanya, lucu. Tapi, harga dirinya yang jatuh itu tidak lucu sama sekali. "Jaeyoon mengatakan jika ayah dari bayi masih dalam kandungan mengajak bicara, bayi nya akan merespon.

Sebisa mungkin Jungwon menahan diri untuk tidak tertawa mendengarnya. "Jika bayi nya sudah besar, sekarang dia belum berbentuk apapun masih gumpalan daging kecil."

"Jadi, aku tertipu?"

"Menurut anda?"

"Sialan kau, Shim Jaeyoon." Gumamnya menahan kesal. "Setelah membersihkan diri, jangan lupa untuk makan. Maaf mengganggu tidur mu."

Ia mengusap kepala Jungwon dan membubuhkan ciuman di pucuk kepalanya, setelah itu dirinya pergi untuk mencari keberadaan anak bungsu keluarga Shim yang telah mempermalukan dirinya.

Tapi, ternyata Jaeyoon sudah menunggu di depan dan terlihat sedang tertawa. Sepertinya Jaeyoon sudah tau apa yang terjadi tadi, dan tidak ada rasa takut karena berani membohongi sosok Putra Mahkota.

"Kau berbohong?" Tanya nya datar

"Begini seja, jika kau menggunakan otakmu mana ada bayi yang masih kecil sudah bisa merespon? Seorang anak pasti mendengar atau merasakan apa yang di rasakan orang tuanya meskipun masih dalam kandungan."

Jaeyoon mencoba menghentikan tawanya. "Otakmu hanya berhubungan dengan pelayan saja sampai menjadi bodoh, semoga negeri ini baik di tangan pemimpin seperti mu."

To be continued….

To be continued…

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Family SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang