24❤️‍🩹

1K 128 3
                                    

Jongseong menghampiri seseorang di dekat danau, sepertinya danau adalah tempat kesukaan dari sang istri. Setiap kali dia melewati danau, sering kali terlihat Jungwon di sana.

Entah sedang menikmati suasana di sana, memperhatikan pelayan-pelayannya bermain, dan masih banyak kegiatan yang dilakukan Jungwon di sana.

"Bagaimana keadaanmu?"

Jungwon terkejut, dia berbalik dan menunduk. "Ada apa, Seja?"

"Bagaimana keadaanmu?" Masih dengan pertanyaan yang sama, Jongseong berharap Jungwon tidak akan mengalihkan lagi.

"Apa Anda—"

"Sejabin, aku bertanya keadaan mu."

Jungwon diam, dia tidak suka ditanyakan keadaan nya. Apa masih perlu ditanyakan? Seharusnya semua orang tau keadaannya berada di posisi ini.

"Kandungan hamba baik-baik saja."

"Keadaan mu?"

"Itu bukan hal yang terlalu penting untuk Anda ketahui, Seja."

Jongseong melangkah mendekat, tapi Jungwon juga melangkah mundur. Keduanya sama-sama diam di posisi masing-masing, Jongseong benar-benar tidak bisa meraih sosok dihadapannya.

"Apa Anda tidak ada kegiatan? Mustahil dengan keadaan istana sekarang, Anda tidak ada kegiatan sama sekali, Seja."

"Datanglah ke kamar ku malam ini."

"Sepertinya Anda memilih orang—"

"Yang Jungwon."

Jungwon terdiam saat namanya untuk pertama kali disebut oleh Jongseong, karena selama ini dirinya terus dipanggil 'Sejabin'.

"Baiklah."

Jongseong menatap ke arah yang lebih muda. Namun Jungwon langsung membalikan tubuhnya, kembali menatap ke arah danau.

Orang-orang disekitar tidak akan sadar dengan senyuman yang sangat tipis terbentuk pada wajah tampan sang Putra Mahkota, hanya dirinya sendiri yang sadar akan hal itu.

Jongseong pun pergi dari sana, dia kembali melanjutkan tugasnya yang harus menggantikan sang ayah meskipun posisinya masih seorang Putra Mahkota saja.

Jungwon menatap ke arah danau yang tenang. Ia terus meyakinkan dirinya untuk tidak pernah jatuh hati pada sosok ayah dari anak yang sedang dikandungnya, jangan pernah.

 Ia terus meyakinkan dirinya untuk tidak pernah jatuh hati pada sosok ayah dari anak yang sedang dikandungnya, jangan pernah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Malam telah tiba. Sesuai permintaan Jongseong siang tadi, Jungwon benar-benar datang ke kamar yang sempat dia tempati juga dalam beberapa bulan.

"Aku pikir kau tidak akan datang."

"Hamba tidak akan mengingkari perkataan yang telah hamba katakan." Jawaban yang cukup menohok untuk Jongseong yang sering sekali mengingkari perkataannya.

Jongseong mencoba meraih tangan Jungwon, tapi lagi-lagi Jungwon menghindari dengan menarik tangannya dan mencoba bersikap biasa.

"Seja, dengan keputusan hamba seharusnya Anda senang."

Benar. Jongseong tau itu, tapi kenyataannya dia tidak merasa senang sama sekali. Dirinya berada di posisi yang sangat membingungkan, sulit mengungkapkannya.

"Seharusnya Anda tidak perlu peduli pada hamba, Anda bisa fokus pada diri Anda sendiri tanpa memikirkan apapun termasuk hamba."

"Seharusnya Anda senang, seharusnya yang Anda panggil sekarang bukan hamba, seharusnya yang Anda temui bukan hamba, seharusnya yang Anda tanyai keadaannya bukan hamba."

"Tapi, hatiku yang menyuruhku melakukannya." Ujar Jongseong dengan ekspresi wajah yang sulit diartikan, seperti keadaan hatinya.

"Kau benar. Kau benar."

"Disaat semua orang tau dan bahkan kau mengizinkan, aku ragu untuk melakukannya. Aku ragu bukan karena reaksi eomma mama, aku tidak tau apa yang membuatku ragu."

"Entah pola pikir ku yang berubah atau aku sedang berada di masa bosan."

Jungwon pun menjadi bingung, dia tidak pernah berpikir jika Jongseong akan seperti ini. Ia pikir Jongseong akan sesuai dengan perkataannya.

"Aku tidak bisa gila, aku harus memimpin kekaisaran. Aku harus melanjutkan posisi ayahku dan mempertahankan keturunannya."

Yang lebih muda meneguk air liurnya. "Seja, Anda mabuk?" Tanyanya ragu-ragu.

Jongseong menggeleng, dia membenarkan duduknya. "Bermalamlah di sini."

"Aku mohon."

Jungwon yang akan menolak pun segera mengurungkan niatnya, dia cukup ragu untuk menerimanya. Tapi, tidak terlalu tega meninggalkan Jongseong setelah mendengar perkataannya barusan.

"Baiklah."

"Bolehkah aku memelukmu?"

Jungwon mengangguk kaku. Jongseong mendekat dan langsung memeluknya dengan erat meskipun tidak membalas, Jungwon memegang erat pisau dalam lengan hanbok nya yang  ia bawa untuk berjaga-jaga.

Jungwon mengikuti apa yang telah diajarkan Sunghoon pada malam sebelum pernikahannya, Jungwon sangat mengingat pelajaran yang diberi nama 'cara bertahan hidup di istana'.

Senjata yang ia dapatkan juga dari Sunghoon dan bisa lolos karena ada obrolan antara Sunghoon dengan mertuanya sendiri yang memiliki kuasa pada keamanan di istana. Meskipun begitu, bukan berarti dia akan aman-aman saja.

Karena itu, semenjak kematian ayah mertuanya, dia selalu menyelipkan pisau pada hanbok nya dengan dibantu Jiheon.

To be continued….

To be continued…

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Family SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang