40❤️‍🩹

797 64 3
                                    

Seperti biasanya, Jongseong akan beristirahat dahulu dari pekerjaannya dan bermain dengan kedua anaknya yang selalu bersama dengan Jungwon.

Kali ini dia sedang menemani Seongjung belajar kuda, anak berusia 4 tahun tersebut ingin sekali berkuda dan terus meminta pada sang ibu untuk membiarkannya menaiki kuda.

Tentu saja mereka diawasi pelayan dan pengawal masing-masing, tentu saja anak termuda keluarga Shim itu juga di sana.

"Anda pernah seperti ini dan tuan muda sekarang sudah bisa mengendarai kudanya sendiri." Ujar Kyungjun menatap senang pemandangan di depan, tidak sadar dengan lirikan maut tuannya.

"Tuan muda bahkan— maaf, tuan." Kyungjun langsung menunduk setelah menyadari. Beruntung dia tidak menyebutkan tempat tinggal mereka.

Jongseong menggendong sang putra karena sesi berkuda telah selesai, Seongjung sempat berontak dan memeluk kudanya.

Namun sang ayah bisa membujuknya, dia sekarang tengah duduk di bahu Jongseong. "Eomma mama tolong! Aku akan jatuh!"

Jungwon hanya tertawa melihatnya, Seongjung benar-benar pintar berpura-pura. Padahal anak itu senang di gendong di bahu sang ayah.

Jongseong sempat memutar tubuhnya untuk menjahili anak sulungnya tersebut, membuat Seongjung tertawa senang.

Seongjung melihat salah satu penjaga yang wajahnya pernah ia liat di sebuah lukisan dan pernah diberitahu sang ibu. "Paman Jaeyoon, paman tidak membawa anak paman untuk bermain denganku?"

Tanpa rasa bersalah dia bertanya, membuat kedua orang tuanya saling bertatapan karena terkejut. Jongseong melihat sepupunya yang biasa memasang tampang serius kali ini terbentuk senyum.

"Dia tidak bisa datang, lain kali akan saya bawa untuk bermain dengan Anda, Daegun."

"Harus, Seongjung bosan bermain dengan Aba mama."

Jongseong menurunkan sang anak. "Bosan? Jika tidak ada ayahmu, kau akan bermain dengan siapa?" Ia mencubit gemas pipi Seongjung.

Sempat mengobrol sejenak dengan Jungwon sebelum dia kembali melanjutkan kegiatannya sebagai seorang Kaisar.

Saat sedang memeriksa surat-surat, dia sesekali melirik sepupunya yang berdiri dengan posisi yang masih sama sejak awal.

"Anakmu berusia berapa tahun?"

"6 tahun."

Jongseong yang akan memberi stempel langsung berhenti. Berarti anak pertama Jaeyoon baik-baik saja? Kenapa ada kabar jika anaknya meninggal setelah dilahirkan?

"Kemana dia?"

Jaeyoon menoleh pada sang Kaisar dengan alis terangkat.

"Aku hanya bertanya saja, aku tidak ada maksud sesuatu. Sekarang, aku bukan hanya menjadi boneka Halma mama dan ayahmu saja, aku menjadi boneka Permaisuri ku juga."

Jongseong segera membela diri, dia sangat amat yakin jika Jaeyoon mencurigai dirinya yang mungkin memiliki niat jahat.

"Dia ada di rumah kami."

"Ada yang mengatakan rumah Anda di Gangwon-do sudah terlihat tidak ditinggali lagi."

Kedua sepupu tersebut bersamaan menoleh ke arah seorang sejarahwan. Orang seperti dia darimana mendapatkan berita itu? Kenyataannya masih ada pelayan dan pengawal di kediaman keluarga Shim di Gangwon-do yang keluar masuk dan berinteraksi dengan orang-orang sekitar.

Setelah makan malam dengan selirnya tanpa melakukan apapun yang seharusnya dia lakukan, tetapi Jongseong memilih kembali ke kamarnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah makan malam dengan selirnya tanpa melakukan apapun yang seharusnya dia lakukan, tetapi Jongseong memilih kembali ke kamarnya.

Tanpa ada pelayan dan pengawal yang menyadari kepergiannya. Berjalan-jalan sembari melempar-lempar batu kecil.

"Dia sebenarnya sudah memaafkan ku atau belum?"

Yang Jongseong pikirkan, jika Jaeyoon mau kembali mengemban tugas sebagai pengawal pribadinya itu tandanya dia sudah dimaafkan. Tetapi, sikap anak termuda pamannya itu terlihat masih marah.

Bugh

Beberapa orang berpakaian tertutup tiba-tiba muncul dari belakangnya dan memukul belakang kepalanya yang sedang tidak dalam waspada, seketika dia tidak sadarkan diri dan dibawa pergi.

Beberapa orang berpakaian tertutup tiba-tiba muncul dari belakangnya dan memukul belakang kepalanya yang sedang tidak dalam waspada, seketika dia tidak sadarkan diri dan dibawa pergi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kekaisaran sedang dibuat bingung akan menghilangnya sang Kaisar. Kim Jiyeon pun disalahkan karena dialah yang terakhir bersama Kaisar.

Jaeyoon telah memerintahkan seluruh prajurit mencari ke setiap sudut Ibu Kota tanpa diketahui oleh rakyat, mereka prajurit asli istana.

"Tidak ada yang mencurigakan sama sekali." Kyungjun datang melapor pada Jaeyoon dan Yeonjun yang tengah mengobrol.

"Pelakunya pasti sangat mengetahui seluk beluk istana." Ujar Yeonjun sembari memperhatikan sekitar. "Hilangnya Kaisar akan memberi kesempatan untuk mereka yang ingin menguasai Kekaisaran."

"Kita harus bagaimana, tuan?"

Jaeyoon menunggu sang kakak menjawab, pencarian Kaisar dipimpin oleh Yeonjun bukan dirinya meskipun menjabat sebagai pengawal pribadi Kaisar.

Tidak ada yang menyalahkan Jaeyoon, semua orang telah hafal dengan waktu pulang anak bungsu keluarga Shim tersebut. Tidak ada yang berani juga menuduhnya.

"Selama di Gangwon-do, apa kau menemukan sesuatu yang mencurigakan?" Yeonjun menatap sang adik.

Jaeyoon mengangguk. "Gangwon-do lebih aman."

"Itu karena mereka takut padamu." Yeonjun menatap malas yang lebih muda.

"Takut untuk apa? Aku di sana hanya prajurit biasa dengan status menantu keluarga Park. Kenyataannya tidak ada kejahatan sama sekali yang terjadi, kalaupun karena adanya aku seharusnya hilang secara perlahan bukan satu malam."

"Intinya?"

"Kemungkinan mereka telah dibayar oleh seseorang untuk melakukan sesuatu, pastinya akan sulit kita cari tahu jika mereka bukan berasal dari Ibu Kota."

Yeonjun mengangguk setuju, itu masuk akal. "Awasi orang-orang mu, pastikan mereka menemukan Kaisar atau cari benda yang memberikan petunjuk."

"Baiklah." Jaeyoon bersama Kyungjun pergi menemui pasukan mereka yang mencari di istana. Sesuai rencana.

To be continued….

Family SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang