17🔒

1.1K 122 4
                                    

Jaeyoon yang tengah berjalan menuju kamar milik Pangeran Agung, Riki. Ia sudah ke kamar yang ditempati oleh Jongseong dan Jungwon, tapi seorang pelayan mengatakan jika Putra Mahkota sudah pergi.

Hanya tersisa beberapa langkah lagi, dirinya melihat kakak beradik itu tengah bertengkar. Dimana Riki tanpa takut melawan sosok sang kakak yang berstatus Putra Mahkota.

"Apa maksudmu melakukan hal itu!?"

"Memangnya kenapa? Dia mengadu padamu? Cih, pengadu."

"Jaga bicaramu."

"Bukankah harusnya hyung-nim? Kenapa kau membelanya? Dia hanya pelayan Ibu Suri dan pelayan nafsu mu, kenapa jika dia melayani orang lain juga? Hyung-nim, kau tidak tau jika semalam dia menikmatinya."

Plak

"Bagaimana orang seperti mu menjadi seorang Pangeran?"

Riki tertawa mendengarnya. "Lalu, bagaimana denganmu hyung-nim? Bagaimana bisa orang seperti mu menjadi seorang Putra Mahkota dan akan menjadi Kaisar nantinya?"

"Karena itu aku membelanya, karena dia rakyat ku."

Alis sang adik terangkat, lalu meludah sembarangan. "Apa kau sudah pernah keluar? Memang, rakyat yang tinggal di Ibu kota kebanyakan orang-orang berkecukupan, orang-orang dari kota besarpun sama. Tapi, apa kau pernah melihat perkampungan di dekat perbatasan?"

"SEBELUM MENGURUSI JALANG SIALAN MU, LEBIH BAIK KAU URUSI RAKYAT MU TERLEBIH DAHULU, WANGSEJA!!"

Pedang Jongseong yang terangkat dengan niat melukai sang adik tertahan oleh seseorang, Shim Yeonjun. "Membunuh seseorang tidak akan menyelesaikan masalah, yang ada namamu sebagai Putra Mahkota akan tercoreng."

"Semua orangpun tau bagaimana bodohnya Putra Mahkota mereka." Ujar Riki sinis.

"Heeseung, bawa Riki—"

"Aku belum memutuskan hukuman untuknya." Potong Jongseong masih dengan sorot mata yang memancarkan kemarahan.

"Biarkan ini dibicarakan dengan—"

"Asingkan saja aku atau kau bisa mengusir ku dan saat kau sekarat nanti, aku akan tertawa paling keras. Aku melakukan ini untuk melindungi mu, orang-orang terdekat mu ada untuk melindungi mu, seharusnya kau bersyukur bukan lebih mendekatkan diri pada kematian."

"Baiklah, jika kau ingin seperti itu. Pergi dari istana ini dan jangan membawa harta sedikitpun."

"Aku tidak peduli itu, aku sudah biasa hidup tanpa harta. Aku bukan kau yang suka berbuat seenaknya karena memiliki harta. Ingat, kematian mu semakin dekat."

Dengan terpaksa Heeseung menarik Riki untuk pergi, sedangkan Yeonjun masih di sana untuk menenangkan Jongseong.

"Apa yang sebenarnya terjadi?" Jaeyoon bertanya pada seorang pelayan yang merupakan mata-mata dalam pasukan keluarganya, dia bernama Shin Ryujin.

Ryujin berpikir sejenak sembari tertawa kecil. "Pangeran Agung membawa pelayan itu ke paviliun di belakang, paviliun yang jarang dikunjungi. Dan ternyata, dia sudah menyiapkan 3 orang pria untuk memperkosa pelayan itu."

"Dan kau tau? Pelayan itu seolah menjadi korban, padahal semalam dia menikmatinya dan melayani para pria itu. Dia benar-benar licik." Ryujin mendecak di akhir perkataan.

"Mwo!? Bagaimana bisa dia melakukan itu? Dia saja masih 17 tahun."

"Kau lihat kakaknya bagaimana. Jangankan kakaknya, lihat lah para bajingan yang menduduki posisi pejabat pemerintahan, kecuali tuan Shim, tuan Park, tuan Yang, dan orang-orang baik lainnya yang ada di sana. Lagipula hal wajar untuk laki-laki usia 17 tahun, seperti kau tidak saja."

"Aku hanya melakukan nya dengan Sunghoon."

"Sama saja, jangan seolah kau manusia paling suci, tuan muda Shim. Lebih baik kau bantu Pangeran Agung untuk hidup di luaran sana, beri tempat atau bekal untuknya di perjalanan." Ryujin pun pergi meninggalkan Jaeyoon begitu saja.

"Jamkkanman, Sejabin tau hal ini?"

"Tentu saja, aku tidak tau. Kalaupun iya, pasti dia bersikap seolah tidak tau apapun." Kali ini Ryujin benar-benar pergi.

Jaeyoon berpikir dahulu, menyusul Riki atau memastikan Jungwon?

Aish! Tugasnya terlalu banyak. Memang seharusnya dia di rumah saja menemani Sunghoon. "Sudahlah, aku pergi menemui Pangeran satu itu. Setelahnya, baru memastikan keadaan Jungwon, jika aku tidak melakukannya sudah dipastikan malam ini sampai 6 malam kedepannya, aku akan tidur di kamar untuk tamu."


Riki akhirnya mengikuti titah Jaeyoon untuk pergi ke kota asal istri sang kakak, karena ia akan mendapatkan perlindungan dari keluarga Shim, Yang, dan Park di sana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Riki akhirnya mengikuti titah Jaeyoon untuk pergi ke kota asal istri sang kakak, karena ia akan mendapatkan perlindungan dari keluarga Shim, Yang, dan Park di sana.

Yah… karena Jongseong bukannya menjauhi kematiannya, dia malah semakin dekat. Jadi tugas mereka sekarang selain menjaga Putra Mahkota, mereka harus menjaga cadangannya.

Setelah berhari-hari dalam perjalanan, akhirnya Riki sampai di sebuah kediaman cukup besar, antara keluarga bangsawan atau keluarga berada. "Permisi." Ujarnya sembari mengetuk pintu.

"Iya, siapa?"

Bukannya menjawab, Riki hanya diam memperhatikan sosok yang membukakan pintu untuknya. "Tidak sia-sia perjalanan ku." Batinnya berujar.

"Jika tidak ada kepentingan—"

"Eits! Aku… Park Riki, aku ke sini atas titah Jaeyoon hyung-nim."

Orang tersebut menatapnya penuh selidiki. "Ada sesuatu yang bisa meyakinkan?"

Riki segera mengeluarkan selembar kertas dan sebuah gantungan. "Bagaimana?"

"Baik, silahkan masuk." Ia menggeser tubuhnya, memberikan tempat untuk Riki masuk. Segera ia tutup gerbang rumahnya dan tidak lupa untuk di kunci. "Appa, ada tamu kiriman suami Sunghoon hyung."

"Ah ne." Keluarlah seorang pria paruh baya, dilihatnya sang tamu. "Mwo!? Pangeran Agung, apa terjadi masalah di Istana?"

"Begitulah, hanya masalah antara aku dengan hyung-nim. Paman, jika anda mengizinkan, aku akan bekerja untuk membayar gantinya."

"Anda—"

"Tidak papa, aku juga harus merasakan apa yang dirasakan rakyatku yang hidup tak berkecukupan." Riki tau diri  diperbolehkan untuk tidak membayar.

"Baiklah jika anda ingin seperti itu, akan saya siapkan kamar yang akan di tempati." Pria tersebut pergi menemui sang istri dan langsung mengobrol kan nya terlebih dahulu.

To be continued….

To be continued…

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Family SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang