16🔒

1.1K 134 2
                                    

Riki memperhatikan kakak dengan kakak iparnya dari jauh. "Apa dia di ancam oleh Jaeyoon hyung-nim? Pasti ada sesuatu yang membuatnya mau membawa sejabin berjalan-jalan."

"Niat kakakmu sudah bagus." Ujar seseorang di sampingnya, Han Dongmin.

"Tapi, Hyung-nim. Pasti ada maksud lain dari kebaikannya itu. Mustahil seseorang sepertinya mau melakukan sesuatu tanpa imbalan." Riki masih bersikeras dengan pendapat nya.

Heeseung hanya mengedikkan bahunya tak peduli. Ia di sana hanya menemani Riki, tidak ada niatan untuk ikut campur urusan kekaisaran yang memusingkan, meskipun ayahnya seorang menteri.

Jongseong mengajak Jungwon ke taman yang berada di Kekaisaran, pastinya diikuti banyak pelayan dan pengawal. Keduanya orang yang penting, harus penuh penjagaan.

"Bagaimana keadaan mu?"

"Aku baik-baik saja."

"Sungguh? Biasanya seseorang yang sedang mengandung akan merasakan mual, pusing, dan lemas." Tanya Jongseong sembari memegang pundak yang lebih muda.

Jungwon bingung dengan tingkah Putra Mahkota dihadapannya. Apa yang suami sahabatnya lakukan lagi? Apa tidak cukup membodohi Jongseong tentang tanggapan bayi dalam kandungan jika di ajak bicara?

"Hey, kau baik-baik saja, kan?"

Ia tersadar dari lamunannya dan mengangguk pelan. "Aku baik-baik saja, sepertinya setiap orang berbeda saat mengandung."

Tiba-tiba sekumpulan kupu-kupu terbang, Jungwon perhatikan serangga yang indah itu terbang melewati mereka. Bebas, ia hanya ingin bebas seperti kupu-kupu.

Jongseong memetik sebuah bunga dan diselipkan nya di telinga Jungwon, si empu menoleh dengan ekspresi polos nya. "Cantik."

Jungwon lagi-lagi dibuat bingung dan sedikit tersanjung dengan pujian suaminya tersebut. Padahal dirinya adalah orang yang tidak menyukai jika seseorang memuji nya cantik, tapi entah kali ini dirinya tidak bisa marah.

Mungkin karena orang dihadapannya seorang Putra Mahkota, bukan rakyat biasa.

Heeseung mengikuti kemanapun Riki pergi dan kali ini mereka berada di tempat pelayan menjemur pakaian milik Ibu Suri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Heeseung mengikuti kemanapun Riki pergi dan kali ini mereka berada di tempat pelayan menjemur pakaian milik Ibu Suri. Riki memerintahkan beberapa pelayan untuk pergi, kecuali salah seorang pelayan.

"Ada yang bisa saya bantu, Pangeran?" Tanya pelayan tersebut.

Riki mengangguk-angguk, ia menduduki diri di sebuah kursi tua. "Bukan bantuan, lebih tepatnya sebuah perintah." Ujarnya dengan nada sinis. "Jauhi Wangseja."

"Aoa maksud, Pang—"

"Jangan mengelak, semua orang pun tau dengan sikap gisaeng mu itu." Selanya cepat. "Kenapa diam? Aku tau semua manusia itu sama saja, seorang pelayan pun memiliki hak untuk menikah dengan siapapun. Tapi… aku tidak akan pernah membiarkan seorang pengkhianat baru memasuki keluarga ku."

"Siapa yang akan percaya padamu yang seorang pelayan Ibu Suri? Seseorang yang ingin tahta Kekaisaran jatuh pada keponakannya. Percayalah, apa yang kau sembunyikan suatu saat akan terbongkar dan itu akan menjadi senjata untuk membunuh dirimu sendiri."

"Kau menolak? Kalau begitu, malam ini datanglah ke paviliun di belakang. Jika kau tidak datang, ku pastikan hidup mu tidak akan lama lagi."

Dirinya bangkit dan pergi begitu saja diikuti Heeseung.

"Apa yang akan kau lakukan?"

"Sesuatu yang akan membuatku di asing kan." Jawabnya dengan santai. "Siapa yang akan tahan hidup di lingkungan penuh tekanan? Orang yang dilindungi malah semakin memasukkan dirinya ke dalam kandang harimau."

Riki berbalik menatap yang lebih tua. "Jangan khawatir, aku tidak akan membawa-bawa nama hyung-nim dan keluarga hyung-nim. Entahlah diriku akan di asing kan atau langsung dihukum mati."

"Aku tidak peduli itu." Ia melanjutkan langkahnya yang kali ini entah akan pergi kemana, Heeseung hanya mengikuti apapun tempat yang akan didatangi oleh Riki.

Sudah kegiatan sehari-hari nya, Riki yang selalu menghindar orang-orang Kekaisaran agar tidak terjebak dalam permainan mereka. Sama halnya dengan Jungwon, ia hanya ingin hidup bebas.

Jika bisa meminta, lebih baik terlahir dari keluarga biasa daripada harus hidup di lingkungan orang-orang penuh kebohongan, melihat saudara yang saling bertengkar dan bermusuhan untuk sebuah tahta. Mereka yang hanya memikirkan kesenangan sendiri dan tidak memikirkan keadaan rakyat dibawah pemerintahan mereka. 

Riki juga muak dengan kakaknya yang sangat bodoh, sudah berkali-kali di peringati tetap saja.

To be continued….

To be continued…

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Family SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang