10🐈

1.4K 154 2
                                    

Setelah pembelajaran, keduanya memilih berjalan-jalan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah pembelajaran, keduanya memilih berjalan-jalan. Sunghoon hanya diam menunggu Jungwon membuka suara lebih dulu dan menceritakan apa yang terjadi selama ini.

"Hyung… bagaimana kabarmu?" Tanya Jungwon berbasa-basi.

"Seperti yang kau lihat. Tidak perlu bertanya keadaanku, Jaeyoon pasti selalu memberitahu nya. Katakan saja jika ingin kau katakan." Setelah itu Sunghoon meminta para pelayan yang mengikuti menjaga jarak sedikit jauh dari mereka.

"Apa yang kalian lakukan?"

"Kami sering melakukannya, tapi sejujurnya tidak ada yang spesial. Tidak seperti yang orang-orang katakan bagaimana malam pertama, bagaimana berhubungan intim." Jungwon masih menatap ke arah depan.

Sunghoon paham dengan situasi ini meskipun dia tidak pernah di posisi seperti Jungwon. "Jaeyoon mengatakan setelah hari pernikahan mu keesokan paginya Permaisuri membuat perjamuan."

"Ne, tapi berakhir karena Ibu Suri Agung memarahi Ibu Suri tentang pelayan-pelayan nya. Awalnya mengomentari ku dan menyindir dengan halus tentang sikap yang harus kulakukan didepan para pejabat."

"Apa itu artinya kau sudah tahu?" Tanya Sunghoon memastikan.

"Iya, saat itu dia tersenyum meremehkan."

Sunghoon seketika langsung tertawa. "Dia tidak tahu saja jika Jungwon yang sejak kecil terkurung memiliki banyak ide akan banyak hal, termasuk menyingkirkan nya."

Tawa Sunghoon seketika berhenti dan seorang gadis mendatangi mereka, memberi salam pada Jungwon sebagai istri Putra Mahkota. "Sunghoon-nim, kemana anda hingga tidak terlihat akhir-akhir ini?"

"Ah, aku harus istirahat dan tidak bisa kembali bertugas karena masih dalam proses pemulihan. Ada apa?"

"Tidak apa-apa, anda tidak pernah terlihat lagi saja. Kalau begitu aku permisi." Gadis tersebut akhirnya pergi dengan dilirik tajam oleh para pelayan di belakang.

"Hyung, kalian terlihat dekat."

Si Park tersenyum, lalu menempelkan jari telunjuk nya pada pelipis kanan. "Aku kan pintar. Menyingkirkannya tidak harus terlihat membenci atau berniat mengusir, aku hanya memanfaatkan nya saja. Selama masih menjadi pengawal jika Permaisuri tidak ingin kedua nya melakukan sesuatu jadi aku tahan dia dan Jaeyoon menahan Putra Mahkota."

"Kenapa kau mengatakan sakit?"

"Ibu Suri mengharapkan dukungan keluarga ku. Jika aku mengatakan sedang mengandung, dia bisa saja membuatku keguguran dan menjadi kesempatan untuk merebut ku dari keluarga Shim lalu dijadikan selir Putra Mahkota. Dia pikir aku akan bisa melawan mu."

"Hyung… kenapa tidak kau saja?"

Sunghoon tersenyum tipis. "Jika Putra Mahkota itu Jaeyoon, aku akan menerimanya."

"Hyung, kau yang mengatakan perasaan cinta itu akan tumbuh karena terbiasa. Seperti kau dengan Jaeyoon hyung-nim, kalian juga awalnya tidak saling mengenal dan tidak memiliki perasaan satu sama lain."

"Itu hanya kebohongan." Sela Sunghoon tanpa melihat yang lebih muda. "Jaeyoon kecil sempat tinggal di kediaman keluarga ku sebelum akhirnya dia tinggal di istana, terkadang juga dia akan pergi dari istana untuk menemui ku. Itu sengaja disembunyikan agar tidak terjadi masalah."

Jungwon menatap sahabatnya tersebut tak percaya, bagaimana bisa keduanya melakukan hal tersebut?

"Jangan heran kenapa keluarga Shim lebih dulu meminang ku daripada keluarga Kerajaan, karena itu dilakukan sebelum kami lahir, perjanjian dua keluarga. Ayah mertuaku juga yang membuatku bisa menjadi prajurit di istana."

"Lalu… apa ada rahasia di keluarga ku juga?"

"Aku memang dekat denganmu, bukan berarti aku juga tahu hal itu."

Jungwon menghela nafas, ia perhatikan danau di sebelahnya. Sempat tidak terjadi pembicaraan. "Kau beruntung hyung."

"Semua manusia dilahirkan dengan keberuntungannya masing-masing, dan keberuntungan yang kau pikir itu bagiku berbeda."

"Jungwon-ah… aku merasa nyaman diperebutkan, dimanfaatkan, bahkan meskipun aku bukan seseorang seperti mu anakku tetap dalam bahaya. Aku juga tidak merasa enak hati karena hal ini membuatmu merasa sedih, merasa iri dengan kehidupan ku."

"Penampilan mu yang terlihat lemah membuat musuh tidak akan berpikir keras bagaimana menggeser mu dari posisi istri Putra Mahkota atau Permaisuri nantinya. Aku, aku dikenal dengan karakter yang kuat, mereka akan membuat rencana gila yang membuat kematian yang tidak pernah kuinginkan."

"Sudah berkali-kali aku hampir mati dengan tragis, bahkan seorang tabib mengatakan ada kemungkinan aku tidak akan bisa menggunakan rahim ku karena ada kerusakan. Aku hancur saat mendengar nya, aku bahkan berniat membatalkan pinangan itu."

"Aku hanya ingin mati karena usia dan takdir, bukan karena dibunuh dengan sadis. Aku juga ingin bahagia."

Jungwon merasa ini pertama kalinya ia melihat Sunghoon yang menangis, meskipun air mata itu masih menumpuk di pelupuk matanya. Bahkan ia baru dengar perasaan yang disimpan oleh seseorang yang sudah ia anggap sebagai kakaknya sendiri.

Tanpa berpikir panjang, Jungwon langsung memeluk yang lebih tua. "Hyung, mianhe…."

"Gwenchana-yo, setidaknya sekarang kau tahu bagaimana kau harus melawan mereka. Tetaplah terlihat lemah, tapi mematikan dari dalam. Tetap tenang saat hendak melakukan sesuatu, jangan gegabah."

"Ne." Jungwon mengangguk dan posisinya masih memeluk Sunghoon.

To be continued….

Family SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang