42🩸

579 51 0
                                    

Matahari telah digantikan oleh bulan membuat langit gelap dengan bintang-bintang, tetapi pada salah satu sudut istana ada cahaya merah dengan asap tebal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Matahari telah digantikan oleh bulan membuat langit gelap dengan bintang-bintang, tetapi pada salah satu sudut istana ada cahaya merah dengan asap tebal.

Pengawal membawa guci dan ember berisi air dari danau mencoba memadamkan api di kamar milik Permaisuri ditahan.

Jaeyoon terus berteriak menyuruh para pengawal agar bergerak cepat, keluarlah seorang pengawal yang membawa seseorang dari dalam dan segera dibawa ke biro kesehatan.

Api mulai padam, tetapi mereka belum bisa mencari tahu penyebab kebakaran tersebut karena khawatir masih ada api dan bangunan yang masih panas.

Jaeyoon pergi ke biro kesehatan dimana sang kakak sudah berada di sana, tengah menunggu tabib mengobati di luar bangunan.

Mereka akhirnya masuk setelah diizinkan. Jaeyoon tersenyum melihat sosok yang tengah menangis kesakitan karena luka bakar yang dia dapatkan.

"Lihatlah apa yang dilakukan orang yang paling kau percayai itu, dia malah membuatmu menjadi cacat, Kim Jiyeon."

Jiyeon menatap kakak beradik itu dengan marah. "APA SALAHKU SAMPAI KALIAN BERBUAT SEPERTI INI?!" Tak peduli dengan rasa sakit, dia menatap penuh kebencian kakak beradik itu.

"Hebat sekali masih bertanya, nikmati saja rasa sakitmu sekarang. Karena hukuman sebenarnya sebentar lagi." Ujar Yeonjun sebelum pergi.

Di lain tempat, kamar milik Minghao tiba-tiba didatangi oleh orang-orang yang menyamar. Mereka menodongkan senjata pada orang yang berada di dalam.

"Siapa kalian!?"

"Siapa kami bukan urusanmu."

"Pengawal!!"

Sayang sekali, pengawal yang berjaga sedang bertarung dengan orang-orang diluar sana. Mereka tidak mendengar panggilan dari dalam karena suara ribut dari pedang yang saling bertarung.

Setiap sudut istana terjadi penyerangan, para pengawal terus bertarung dengan orang-orang misterius. Para pejabat yang tinggal di istana hanya bisa meringkuk dengan harapan tetap selamat.

Yeonjun dan Jaeyoon pun harus bertarung karena tiba-tiba dihadang, hanya berdua saja karena Kyungjun memiliki tugas lain.

Mereka yang diserang bukan hanya dari fraksi barat, tetapi juga fraksi selatan. Sepertinya hanya Ibu Suri Agung yang tengah bersantai, menikmati posisi barunya.

Mereka terus bertarung hingga akhirnya matahari terbit dan keluarga Shim pun tertangkap, Ibu Suri Agung keluar dengan wajah bahagia diikuti beberapa orang yang juga menyamar.

"Lihatlah wajah angkuh kalian yang akhirnya tunduk juga." Ibu Suri Agung tertawa dengan kencang. "Kalian pikir bisa menyingkirkan aku? Mustahil sekali."

"Sekarang, akulah yang memiliki kuasa atas kekaisaran. Putraku, putraku yang akan menjadi Kaisar menggantikan si bodoh itu."

Hyunsu menatap Taehyung. "Apa perlu aku menikahkan Permaisuri itu dengan Putraku? Ah, apa dengan orang yang pernah menjadi menantumu? Dia sudah berpisah dengan anak bungsu sialan mu itu, kan?"

"Dengan begitu, kau akan tunduk padaku. Ayo kita tertawa bersama-sama atas kemenangan kita."

Hanya Hyunsu yang tertawa, orang yang menahan Jaeyoon melepaskan kain yang menutupi wajahnya, begitupun yang lainnya.

Sebuah pedang menempel tepat di leher sosok yang tengah merayakan kemenangannya, dengan hati-hati dia melihat ke belakang.

Seseorang yang mengikutinya pagi tadi sudah melepas penutup wajahnya dan memasang senyum mengejek. "Tidak akan semudah itu. Kaisar yang kau sebut bodoh, kini bisa membunuhmu hanya satu tarikan tangan saja."

"Sialan! Pengawal!"

"Berteriak lah sampai kau mati dengan sendirinya." Ujar Taehyung sembari membersihkan pakaiannya. "Sekarang, siapa yang bodoh?"

Pengawal yang diperintahkan untuk mencari di luar Ibu Kota bukanlah pasukan keluarga Shim, tetapi pasukan milik istana dan yang tersisa di dalam sudah di tahan.

"Sekarang aku bisa memberi hukuman padamu dan orang-orang mu, karena kau sendiri sudah mengakui semuanya."

Hyunsu tertawa. "Sayang sekali istrimu itu sudah menjadi abu."

"Kau percaya aku membawanya sesuai perintah mu?" Tanya Jaeyoon. "Putri mu, Kim Jiyeon lah yang berada di kamar itu. Setidaknya kami masih memiliki hati membiarkannya hidup dan melihat ibunya dihukum."

Berita tentang kejahatan Ibu Suri Agung dan fraksinya pun diberitakan, mereka akan mengumumkan hukumannya didepan para rakyat.

Untuk sementara waktu para pengkhianat di tahan dahulu di penjara bawah tanah yang sulit dimasuki, Jongseong membuka salah satu penjara yang sedang dijaga oleh Kyungjun.

"Jeonha!"

Jongseong segera membalas pelukan permaisurinya. Setelah terpisah beberapa hari, akhirnya mereka di pertemukan kembali meskipun keadaan Jungwon lebih kurus padahal dia diberi makan dengan layak dan porsinya pas.

Jaeyoon diluar penjara hanya memperhatikan luka di pergelangan tangannya, mereka terlalu serius melakukan penyerangan hingga dia mendapatkan luka.

"Abeonim!!" Seorang anak laki-laki tiba-tiba memeluk kakinya. Segera dia menggendong putranya yang sangat dirindukan, dia selalu iri melihat Jongseong saat menghabiskan waktu dengan Seongjung.

"Bagaimana bisa kau terluka?"

"Hanya luka kecil." Jaeyoon menarik Sunghoon untuk ikut berpelukan. "Tidak ada yang menyerang kalian, kan?"

"Semuanya aman."

"Paman, paman, kemana ayahku?" Seongjung menarik pakaian Jaeyoon.

Tak lama, Jongseong keluar bersama Jungwon. Anak itu segera menghampiri mereka berdua, seorang pelayan membawa Junsoo untuk diberikan pada Jungwon.

To be continued....

To be continued

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Family SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang