Beberapa bulan berlalu. Jaeyoon masih belum kembali dari medan perang, sedangkan Jongseong semakin termakan hasutan dari orang suruhannya, dan sudah waktunya Jungwon pulang ke rumahnya untuk menghadiri pernikahan kakak perempuannya.
Jungwon telah tiba di kediaman rumahnya setelah perjalanan yang cukup melelahkan, dia langsung berlari memeluk kakak perempuannya.
"Noona, aku merindukan mu."
"Sayangnya aku tidak."
"Noona!!"
"Baiklah baiklah, aku juga merindukanmu. Dari pada aku mati karena membuat seorang Permaisuri kesal." Ujar Jimin sembari mencubit gemas hidung sang adik.
"Suruh adikmu masuk." Titah Jeonghan.
Jungwon melepaskan pelukannya dari sang kakak dan berganti memeluk sang ibu. "Eomma masih tetap cantik."
"Eomma tau itu, tapi kau pergi dari rumah ini baru 2 tahun."
Si bungsu hanya tersenyum, ia langsung mengikuti sang ibu yang merangkul nya untuk memasuki rumah keluarga mereka.
Jungwon benar-benar merindukan rumah tempatnya dibesarkan, dimana setiap sudutnya hanya ada kenangan yang baik.
"Istirahatlah, kau pasti lelah. Eomma akan menyuruh pelayan membawakan makanan untukmu." Jeonghan mengusap kepala anak bungsunya tersebut.
"Chan hyung kemana? Aku hanya melihat Sungho hyung."
"Dia bergabung dengan pasukan Shim Jaeyoon, tapi tuan Park mengatakan jika kakakmu itu akan pulang dan mungkin masih dalam perjalanan."
Jungwon mengangguk paham, rasanya dia ingin lebih lama di sini. Tapi, setelah hari pernikahan, keesokan harinya dia harus segera pulang.
"Eomma, aku ingin teh hangat untuk minumnya."
"Ada apa, sayang?" Tanya Jeonghan dengan nada khawatir.
"Tidak ada, aku hanya merasa mual saja dan membutuhkan sesuatu yang membuat perutku hangat." Jawab Jungwon mencoba menenangkan ibunya itu.
Jeonghan menghela nafas. "Baiklah, eomma tinggal." Ia pergi dari kamar anak bungsunya yang lama tidak ditinggali, namun sudah dibersihkan.
Pernikahan Jimin sudah terlaksana, Jimin sudah berada di rumah keluarga barunya. Dan keesokan harinya Jungwon harus kembali.
"Jaga dirimu baik-baik, ingat dengan kondisimu sekarang." Ujar Jeonghan pada anak bungsunya tersebut.
"Iya eomma, aku tau itu dan tidak akan pernah terjadi lagi."
Jeonghan mengangguk, ia kembali memeluk sang anak. Mencoba menahan air matanya, dia masih ingin Jungwon lebih lama, tapi Jungwon juga memilki tugasnya sebagai Permaisuri.
"Eomma jaga diri baik-baik, jangan lewatkan makan, dan jangan terlalu sering menghabiskan uang abeonim." Jungwon melirik sang ayah.
"Ayahmu seorang gubernur, uangnya itu ada banyak."
Jungwon menggeleng-gelengkan kepalanya, dihampirinya sang ayah. "Jaga diri abeonim dan jaga eomma, ne?"
"Abeonim selalu melakukannya, abeonim juga selalu menjagamu dari sini. Berhati-hatilah di perjalanan dan di istana nanti."
"Tentu."
Sebelum pergi, Seungcheol menepuk-nepuk kepala sang anak. Jungwon masuk ke dalam tandu yang sudah siap.
Ia mengeluarkan kepala nya, melambaikan tangan pada keluarganya yang harus ia tinggalkan lagi.
Ditengah perjalanan, Jungwon baru teringat sesuatu. Dia kembali mengeluarkan kepalanya dan melihat sebuah kediaman yang memiliki ukuran lebih besar dari milik keluarganya dan keluarga bangsawan lain di kota asalnya.
"Kediaman siapa?"
"Keluarga Shim."
Dia baru tau jika keluarga Shim pernah tinggal di kota yang sama dengannya, apa karena selama masa kecil dan remajanya lebih banyak ia habiskan berdiam di rumah?
Tapi rumah kediaman keluarga Shim sangat-sangat dekat dengan kediaman keluarga Park. Mungkin berjarak karena halaman masing-masing kediaman kedua keluarga tersebut.
Dahi Jongseong mengerut mendengar penjelasan orang suruhannya. Orang tersebut memberikan bukti dengan kata-kata yang meyakinkan, padahal yang dikatakannya semua hanyalah kebohongan.
"Jaeyoon tidak mungkin seperti itu." Jongseong masih tidak percaya jika sepupunya lah pelakunya.
"Jeonha, kita tidak tau isi hati setiap orang. Terlebih tuan termuda Shim pernah hampir membunuh Anda ada malam itu. Lupakan alasannya dia melakukan itu, tapi untuk dia yang berasal dari keluarga Shim seharusnya tidak melakukan hal itu."
"Anda masih ingat bukan jika seharusnya tuan termuda Shim sudah memiliki anak saat usia 17 tahun? Tapi, karena kejadian itu tuan termuda Park mengalami keguguran."
"Itu bisa menjadi alasan tuan termuda Shim melakukan nya. Tuan termuda Shim pernah mengatakan jika kebenciannya karena malam itu hanya dia pendam, bukan berarti dia telah melupakannya."
Jongseong terdiam. Apa benar jika sepupunya itu yang telah menyebabkan Jungwon keguguran? Hanya karena masalah dulu?
Bukankah Jaeyoon juga pernah kehilangan seorang anak? Seharusnya dia tidak melakukan hal itu untuk membalaskan dendam padanya.
To be continued….
Jimin yang dimaksud itu Karina æspa ya^^
KAMU SEDANG MEMBACA
Family Secret
Fanfiction📍JayWon; Jay x Jungwon Yang Jungwon, anak dari seorang gubernur dan berasal dari keluarga bangsawan, menerima dengan terpaksa pernikahan nya dengan Putra Mahkota, Park Jongseong. Sampai akhirnya dia tahu rahasia keluarga nya dengan keluarga Kerajaa...