12⊸•

306 25 0
                                        

"Gak mau pergi bareng lo! mau pergi sama Ayah aja" Alicia mencoba melepaskan genggaman sang adik walau seperti nya usaha tersebut hanya sia-sia.

"Ayah pergi siang, lo gak mau sampe telat kan? Ayok cepet!" Vee menarik ujung tas Alicia, membawanya (menariknya) menuju motor kesayangan nya.

"Gak mau, lo cuma jadiin gue alat biar bisa ketemu Raffa kan?"

"Nah itu tau" Vee menarik sang kakak agar duduk di jok motornya dengan sedikit paksaan. Alicia masih mengoceh, mengatakan jika Vee tak boleh mendekati laki-laki manis itu.

Motor melaju, Alicia masih tak mau diam. Vee sengaja melajukan kecepatannya sehingga Alicia berhenti bergerak dan refleks menarik jaket yang dipakai Vee.

Brengsek, Alicia benar-benar tak mau mempertemukan Vee dengan Raffa, walau laki-laki itu mengatakan serius menyukai Raffa tapi Alicia tetap tak percaya. Raffa berhak mendapatkan laki-laki yang lebih baik daripada adiknya, contohnya seperti Reyhan.

Tunggu, tenang dulu. Alicia menarik nafas nya dalam-dalam lalu menghembuskan nya dengan perlahan. Iya benar, belum tentu juga mereka bisa berpapasan lagi dengan Raffa di gerbang, toh biasanya mereka berdua selalu datang sedikit siang.

Dan jika berpapasan dengan Raffa pun, ia akan langsung membawa nya pergi, lalu memberitahu teman laki-laki nya itu agar tidak dekat-dekat dengan Vee. Rencana yang bagus bukan?

"Itu Kak Raffa kan?" Vee menunjuk saat mereka sampai di depan sekolah nya. Alicia berdecak, bagaimana bisa mereka berpapasan lagi dengan Raffa.

Perempuan itu turun dari motor dengan terburu-buru, menghampiri Raffa sebelum menarik tangannya.

"Pagi Cia, eh?" Raffa sedikit bingung karena Alicia tiba-tiba menariknya. Vee yang melihat sang kakak mencoba membawa Raffa pergi, turun dari motor nya lalu memegang tangan Raffa yang lainnya.

"Vee sialan, lo mau ke sekolah kan, ngapain pegang-pegang teman gue" Alicia sedikit meninggikan suaranya, menatap tajam pada sang adik.

"Gue mau ngobrol dulu sama Kak Raffa, kenapa sih memangnya?" Vee tak mau kalah, menatap tak suka pada Alicia yang terus ikut campur.

Raffa bingung dengan situasi saat ini, ia menatap Alicia lalu menatap pada Vee lagi. "Ehh tunggu, ini tangan gue" sontak keduanya melepaskan tangan Raffa, mereka tak sadar sudah menariknya terlalu kuat.

"Kak Raffa hari ini pulang sama teman juga?" Vee bertanya dengan raut wajah senang, nada bicara nya berbeda saat berbicara dengan Alicia.

"Belum tahu juga, kenapa?" Ucap Raffa santai.

"Gimana kalau gue anterin aja?"

"Terus Cia gimana, mau ditinggal?" Raffa berbalik, menatap Alicia yang masih memasang raut wajah kesal.

"Cia bisa nunggu sebentar, iya kan?" Vee menatap pada kakak perempuan nya, memberikan sinyal harus menyetujui perkataan nya tadi.

"Enak aja main ditinggal, Raffa ayo kita ke kelas aja" Alicia menggenggam tangan Raffa lagi.

"Tunggu Kak, kalau gitu boleh minta nomor Kak Raffa?" Vee berkata lagi, menahan Raffa agar tidak pergi.

Raffa terlihat ragu, ia menatap pada Alicia yang memberikan nya tanda agar tak memberikan nomor nya, namun laki-laki berkulit putih itu tak terlalu paham dan berujung memberikan nomor ponselnya.

"Ini" Raffa mengembalikan ponsel milik Vee, membuat laki-laki itu tersenyum senang.

"Makasih Kak, kalau gitu gue pergi dulu" Vee tersenyum pada Raffa, lalu menatap Alicia dan mengejek nya sebelum benar-benar pergi dari sana. Alicia menghela nafas panjang, perkataan Vee memang tak bisa dipercaya, mana ada orang yang baru bertemu sekali dan mengobrol sebentar sudah mengatakan jika dirinya menyukai orang itu.

AFFAIRA (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang