Epilog

347 15 0
                                        

Beberapa tahun setelahnya.

Arza menatap layar ponsel nya, tepatnya kearah jam yang menunjukkan pukul 11.05 siang. Laki-laki yang tahun ini berusia 23 tahun itu menpoutkan bibir nya karena kesal orang yang sedang ditunggu nya tak kunjung datang.

"Hahh... Vee mana sih?" Iya benar, orang yang sedang ditunggu Arza adalah Veandra, kekasihnya yang menyebalkan karena sudah membuat nya menunggu disini sendirian selama 15 menit. Menghela nafas panjang, Arza meminum ice matcha latte nya yang sisa setengah.

Kringg!

Bel kafe yang menandakan adanya pelanggan masuk berbunyi, Arza yang mendengar itu langsung mengalihkan pandangan ke arah pintu. Benar saja, pelanggan baru tersebut adalah Vee yang kini tengah mencari keberadaan kekasih menggemaskan nya itu.

"Vee disini!" Arza melambaikan tangan disertai senyuman manis nya, Vee yang melihat itu buru- buru menghampiri Arza lalu dengan tiba-tiba memeluk yang lebih muda.

"Maaf Za tadi jalanan macet parah" ucap Vee setelah melepaskan pelukan singkat nya, laki-laki itu tampak begitu bersalah karena telah membuat Arza menunggu.

Arza mengangguk, bisa memaklumi hal itu karena hari ini hari minggu dimana orang-orang kebanyakan main keluar. "Ngomong-ngomong, Vee masih diganggu sama ketua tim yang Vee ceritain itu?" Arza mulai membuka obrolan, dirinya sudah penasaran akan hal ini sejak Vee bercerita minggu lalu.

Vee yang mendengar itu mengangguk dengan malas, "iya gitu deh, walau gangguan dia berkurang gak kayak waktu itu tapi tetap aja nyebelin."

"Ehh tapi bukannya Vee kenal sama bos Vee kan? Kenapa gak bilang aja, jadi kerjaan Vee gak bakal diganggu lagi sama dia" ucap Arza sembari menyeruput minuman nya lagi.

"Arza kan tahu sendiri kalau gue gak suka hal yang begitu, gue mau kerja dengan usaha gue sendiri makanya gue gak ngelakuin apa-apa ke dia" Vee berucap sembari tersenyum senang.

"Tapi tetap aja, kalau dia keterlaluan lagi kayak waktu itu, Vee harus kasih tahu bos Vee. Mana ada ketua tim yang numpahin kopi panas ke tangan anggota tim nya sendiri, Arza khawatir tahu pas denger itu, untung aja tangan Vee gak kenapa-kenapa" laki-laki menggemaskan itu melengkung kan ujung bibir nya kebawah, menatap dengan tatapan khawatir pada bekas luka bakar kecil ditangan kiri Vee.

Vee paham jika kekasih nya itu khawatir, ia sebenarnya bisa saja mengadu pada bos di perusahaan nya tentang kejadian waktu itu yang menyebabkan tangan nya terluka, namun Vee tak mau membuat masalah diantara dia dan ketua tim di kantor nya menjadi tambah besar.

Merasa suasana diantara mereka jadi suram, Vee mengangkat tangannya untuk mencubit kedua pipi Arza yang lembut, si empunya sempat terkejut lalu menatap Vee dengan heran.

"Gue ngerti kok sama perasaan Arza gimana, tapi gak usah khawatir gue gak akan kenapa-kenapa. Hehehe tapi Arza gemes banget kalau lagi gini" Vee terkekeh kecil, masih menyubiti kedua pipi tersebut.

"Vee..." Arza memprotes, berusaha melepaskan tangan Vee yang membuat pipinya memerah.

"Ah iya, project yang Arza kerjain gimana, udah selesai?" Kini giliran Vee yang bertanya. Biasanya memang mereka meluangkan waktu dalam satu minggu sekali untuk bertemu dan membahas hal-hal kecil seperti ini, tapi karena minggu kemarin kedua nya sama-sama sibuk bekerja, mereka baru bisa bertemu setelah 2 minggu.

"Udah selesai dong! Yahh walaupun Abang masih ikut bantuin tapi kali ini Arza yang paling banyak berkontribusi. Arza udah bilang ke Abang kalau bisa nyelesain project itu sendiri tapi dia keukeuh pengen bantuin. Padahal Arza udah besar udah 23 tahun, tapi kadang Abang masih ngeliat Arza kayak anak kecil, over protective banget" Arza berucap dengan nada bangga pada awalnya, namun saat membahas Reyhan, laki-laki itu menghela nafas panjang sembari menpoutkan bibirnya lucu.

AFFAIRA (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang