32⊸•

193 14 0
                                        

"Arza? Apa kabar?"

Deg!

Arza mundur beberapa langkah ketika matanya menatap laki-laki dihadapannya ini, bodo amat dengan minuman yang ingin ia beli Arza lebih memilih berbalik untuk kabur.

"Tunggu!" Laki-laki yang benar-benar tak mau Arza temui malah mencekal tangannya, menarik Arza agar kembali berhadapan dengannya.

Sial sial, Arza ingin cepat-cepat pergi tapi tenaga laki-laki dihadapannya ini begitu kuat, Arza yang berusaha melepaskan tangannya malah semakin dicengkeram.

Tangan Arza mulai berkeringat dingin, jantung nya juga berdegup kencang karena perasaan yang tak nyaman, "gue gak ada urusan sama lu lagi" ucap Arza tanpa menatap lawan bicaranya.

"Eh Arza berubah yah, waktu itu juga kita ketemu lo langsung kabur gitu aja, lo benar-benar gak mau ngobrol sama gua lagi? Padahal dulu lo sayang banget sama gue kan-"

"Athariq lepasin!" Arza memotong perkataan laki-laki tersebut sembari menaikan nada bicaranya, tangannya terasa semakin sakit karena terus dicengkeram seperti ini.

"Dasar anj-"

Plak!

Tangan laki-laki bernama Athariq itu ditepis begitu saja oleh Vee yang tiba-tiba muncul dari arah belakang Arza, yang lebih tua menatap laki-laki lain dihadapannya ini dengan tajam lalu menarik Arza dengan lembut keluar dari sana, tentu nya setelah membayar camilan yang Arza bawa.

"Sini coba gue lihat" tangan Vee dengan gentle menarik dan mengelus pergelangan tangan Arza yang terlihat memerah sangat kontras dengan kulitnya yang putih, perasaan khawatir terlihat jelas dari sorot mata laki-laki tinggi itu. Sementara itu Arza sedikit meringis kala rasa sakit masih membekas dari cengkraman tersebut.

"Tunggu, Arza!"

Vee dan Arza berbalik menatap ke asal suara, Athariq yang baru keluar dari minimarket terlihat akan menghampiri mereka. Vee yang melihat itu menyuruh Arza naik keatas motor, dengan cepat laki-laki itu menyalakan mesin motornya lalu melaju begitu saja.

"Sialan, si Athariq mau ngapain lagi sih" gumam Arza sembari menengok ke arah belakang setelah mereka melaju. Jujur saja, Arza benar-benar tak mau bertemu lagi dengan Athariq, mantan kekasihnya itu memberikan luka yang cukup mendalam pada Arza karena Athariq menjadi cinta pertama nya, tapi ternyata semua itu hanyalah permainan yang dibuat oleh laki-laki itu.

Brengsek memang, dada Arza sekarang jadi terasa sesak karena terus mengingat kejadian dimasa lalu. "Oh Vee belok sini" ucap Arza yang baru menyadari jika tadi Vee hanya berputar-putar disekitar komplek, Vee terlalu memikirkan perasaan Arza saat ini jadi ia tak berani bertanya arah rumah yang lebih muda.

Setelah Vee berbelok sesuai arahan Arza, mereka berdua pun sampai di depan rumah laki-laki menggemaskan itu.

"Makasih ya Vee, padahal tadi gak usah repot-repot antar gue sampai sini" ucap Arza yang berjalan ke depan Vee.

Vee menggelengkan kepalanya "gak apa-apa santai aja, gimana tangan lo? Masih sakit?" Tanya Vee menunjuk pada pergelangan tangan yang masih memerah namun tak semerah tadi.

"Udah gak sih tapi masih merah. Emm... makasih juga buat yang tadi, gue gak nyangka bakal ketemu Athariq disana jadi langsung panik dan gak bisa lepasin cengkraman dia, untung ada lu Vee. Ahh jadi panjang lagi, nanti deh gue cerita lagi besok, gue masuk duluan ya udah sore juga" Arza melambaikan tangan pada laki-laki yang lebih tinggi, Vee tersenyum kecil sebelum membalas lambaian tangan Arza.

Arza masuk kedalam rumah, melihat Vee yang sudah pergi dari balik jendela kemudian  berjalan tanpa semangat menuju kamar nya. Arza sudah senang tadi ingin belajar sembari menyemil makanan favoritnya namun sekarang mood nya benar-benar kacau dan tak memungkinkan ia untuk belajar, kalaupun dipaksa tetap saja materi yang dibaca pasti tak akan sampai ke otak nya.

AFFAIRA (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang