Sepertinya sudah 5 menit mereka terjebak, dan sedari tadi kedua nya terdiam, tak ada yang mau membuka suara. Arza sibuk melihat ke ruang utama melewati jendela kecil yang ada di pintu, berharap ada seseorang yang masuk lalu membantu mereka.
Sepi, hari semakin sore dan suara murid-murid yang ramai sudah tak terdengar lagi, hanya terdengar suara motor dan mobil yang lewat di jalan raya depan sekolah.
"Mending duduk sini Za, gak pegal apa ngeliat keluar sambil jinjit terus?" Vee membuka suara, menepuk-nepuk lantai disampingnya, menyuruh Arza duduk.
"Kok lu santai banget sih Vee? Kita lagi terkurung ini, seenggaknya lakuin sesuatu gitu biar kita bisa keluar" ucap yang lebih muda, berjalan mengelilingi ruangan sembari berharap ada barang yang bisa ia gunakan untuk membuka pintu.
"Percuma Za, yang namanya ruang arsip pasti cuma ada lembaran berkas-berkas doang. Kita cuma bisa nunggu" yang lebih tua kini beranjak dari posisinya, menghampiri Arza yang masih melihat-lihat rak yang dipenuhi oleh map.
"Ck sialan! Kalau gitu kenapa gak pecahin kaca itu, tangan lu pasti bisa keluar buat buka kenop pintu" masih belum menyerah, Arza hendak pergi mencari lagi alat untuk ia gunakan namun tangannya ditahan oleh Vee.
"Mau pecahin kaca pake apa? Pake tangan? Yang ada tangan gue yang luka. Udah sini mending duduk aja dulu, lo gak punya claustrophobia atau nyctophobia kan?" Vee membuka jaketnya, menyimpan jaket tersebut di lantai sebagai alas untuk Arza duduk.
"Untungnya gue gak punya phobia ruang sempit atau phobia kegelapan. Tapi tetap aja, gimana kalau Kak Frilly lupa dan langsung pulang tanpa nyari kita?" Arza menatap Vee dengan cemas, ia tak mau sampai harus menginap semalaman di sekolah.
"Gak akan, kakak kelas pasti bakalan ada yang kesini" ucap Vee menenangkan yang paling muda. Hening, Arza terdiam sembari menatap ke arah pintu dengan penuh harap, sementara Vee menatap lurus kedepan, sibuk berkutat dengan pikiran nya.
"Za, lo deket sama Kakak gue?" Vee bertanya tiba-tiba, Arza yang ditanya menolehkan kepala dengan raut wajah bingung.
"Dekat, Kak Raffa sama Kak Cia sering main kerumah jadi nya kita berempat sering main bareng, kenapa?" Si manis memutar badannya menghadap Vee, agar lebih mudah mengobrol dengan laki-laki tinggi itu.
Vee menggelengkan kepala, ia hanya penasaran bagaimana Alicia lebih dekat dengan Arza daripada dengannya. "Ngomong-ngomong orang tua lo tahu kalau Abang lo pacaran sama Kak Raffa?" Vee bertanya tentang hal lain, sejujurnya ia ingin menanyakan hal ini dari waktu itu namun Vee terus melupakan nya.
"Tahu kok. Tapi memang awal Papah sama Mamah tahu karena gue keceplosan bilang, Papah agak gak setuju waktu itu karena berharap abang fokus belajar aja dulu, tapi sekarang Papah udah biasa aja. Kalau lo gimana Vee, kenapa gak dekat sama Kak Cia? Padahal Kak Cia baik banget, kalau kerumah sering ngasih gue yupi beruang sebungkus" Arza memang heran, Alicia yang sebaik itu ke orang lain tapi malah tak dekat dengan adiknya sendiri.
"Dari kecil kayaknya kita lebih sering berantem nya, pas masuk SMP juga kita gak satu sekolah, terus dirumah juga Cia lebih sering diem dikamar. Hmm... mungkin kita makin jauh karena kejadian waktu itu" Vee berusaha mengingat kejadian yang membuat mereka semakin renggang.
Arza menatap Vee dengan tatapan penasaran, matanya berbinar seolah meminta Vee untuk menceritakan kejadian yang dimaksud. Yang lebih tua menghela nafas panjang, Vee tak bisa menolak jika Arza terus menatap nya seperti itu.
"Waktu itu, awal awal masuk SMP gue ketemu cowok di sekitar sekolah lagi ngasih makan kucing, awalnya gue gak terlalu merhatiin dia tapi dari sana gue jadi sering ketemu dia. Suatu hari pas pulang sekolah, gue gak sengaja liat tangan dia berdarah karena digigit kucing, gue bantuin dia dan dari sana kita mulai deket. Gue tahu dari dulu kalau gue swing both ways dan gue tertarik sama orang ini, gue suka sama dia, dan gue baru tahu kalau cowok ini teman dekat Cia" Vee menelan saliva nya, dadanya sedikit nyeri ketika mengingat laki-laki tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
AFFAIRA (✓)
RomanceAlicia itu hanya ingin menjaga agar hubungan kedua temannya baik-baik saja, tapi kenapa ada saja hal yang menganggu hubungan mereka. "Reyhan, lo pacaran sama Raffa cuma gara-gara permainan Truth or Dare? Yang benar aja dong!" "Tapi gua beneran suka...
