Alicia itu hanya ingin menjaga agar hubungan kedua temannya baik-baik saja, tapi kenapa ada saja hal yang menganggu hubungan mereka.
"Reyhan, lo pacaran sama Raffa cuma gara-gara permainan Truth or Dare? Yang benar aja dong!"
"Tapi gua beneran suka...
"Ehh?" Arza yang tersadar mundur beberapa langkah, wajahnya sudah merona dan jantung nya terus berdetak lebih kencang.
Si pelaku yang mencium hidung Arza tiba-tiba hanya terkekeh, berjalan mendekati Arza sebelum mengacak rambutnya sembari berbisik, "Biar hidung lo gak sakit lagi". Setelah itu Vee keluar meninggalkan Arza sendiri di dalam UKS.
Sial, apa-apaan itu tadi? Vee hanya bermain-main dengannya atau bagaimana? Mana dia langsung pergi begitu saja padahal masih ada yang ingin Arza tanya.
"Tunggu, Vee!" Arza keluar dari UKS, berusaha mengejar Vee yang sudah berada jauh di depannya.
"Veandra!" Arza menahan tangan Vee, laki-laki itu menoleh pada yang lebih muda sekilas lalu mengalihkan pandangannya. Wajahnya terlihat sedikit memerah, dan Vee berusaha menyembunyikan hal itu.
"Kenapa?" Vee bertanya tanpa menatap Arza, si manis sedikit bingung dengan reaksi laki-laki itu namun, Arza segera menarik Vee menuju arah lain.
"Ada yang mau gue tanyain" ucap Arza sembari berjalan memimpin, dibelakang nya Vee hanya mengikuti kemana Arza akan membawanya.
Arza membawa Vee menuju kantin, mencari bangku yang agak jauh dari keramaian. Si manis mendudukkan dirinya di hadapan Vee, menatap laki-laki itu dengan serius.
"Apa yang mau lo tanyain?" Nada bicara Vee sedikit bergetar, menandakan jika yang lebih tua sedang gugup. Mungkin takut ditanyai maksud saat ia mengecup Arza, walau Arza juga mempertanyakan hal tadi tapi ada hal yang lebih membuat Arza penasaran.
"Kakak kelas yang tadi itu kakak kelas yang ngajak lo berantem kemarin kan?" Tanya nya sembari memiringkan kepalanya, Arza menyadarinya setelah kakak kelas itu mengatakan tentang 'merebut cewek'.
Vee terlihat tersentak karena Arza mengetahui hal yang terjadi kemarin. "Iya, kemarin dia juga yang cari ribut sama gue. Kalau bisa lo jangan terlibat sama mereka Za"
Arza mengedip dua kali, ia tak mengira Vee akan menjawab seperti itu, Arza kira Vee akan menjawab dengan nada yang dingin.
"Katanya lu ngerebut cewek dia, itu beneran? Lu udah dapet cewek baru makanya nyerah sama Kak Raffa kan? Tapi kenapa harus ngerebut pacar orang?" Arza bertanya secara beruntun sembari menatap laki-laki itu dengan binar penasaran.
Vee menepuk pundak yang lebih muda dengan lembut, memberitahu Arza agar lebih tenang. Vee tak bisa menjawabnya nya jika Arza terus bertanya.
"Jadi, tadi apa?" Vee masih mencerna pertanyaan yang dilontarkan Arza tadi, "oh gue memang bilang ke Kak Raffa kalau gue gak bakalan ganggu dia, tapi gue gak punya cewek baru ataupun rebut cewek orang" vee melanjutkan kalimatnya, menangkup dagu nya sembari menatap lelaki imut yang ada dihadapannya ini.
"Eh kalau lu gak punya cewek, terus gosip yang bilang lu rebut cewek kakak kelas tadi itu cuma bohong?"
"Ceritanya panjang, tapi semua itu cuma salah paham. Sebrengsek-brengsek nya gue, gue gak pernah tuh rebut pacar orang" Vee mengakui jika dirinya bajingan yang sering membuat orang patah hati, tapi dia tak pernah bermain-main dengan pacar orang.
Dan semua rumor yang mengatakan jika dia sudah memacari semua perempuan yang ada di sekolah nya dulu juga kabar yang dilebih-lebihkan, Vee memang lebih banyak berteman dengan wanita, ia terkadang menemani teman nya pergi berbelanja, menemani nya saat pergi ke suatu tempat, dan hal itu pula yang membuat pasangan nya dulu salah paham berpikir jika Vee memacari cewek lain.
"Terus kenapa lu tiba-tiba nyerah sama Kak Raffa?" Tidak-tidak, Arza tidak berharap Vee terus memperjuangkan Raffa, ia malah senang jika Raffa tak akan diganggu lagi oleh laki-laki ini. Hanya saja Arza bingung, minggu kemarin Vee masih mengejar-ngejar kakak ipar nya itu tapi sekarang tiba-tiba ia mengatakan jika dirinya menyerah.
"Udah gue bilang kalau gue gak pernah dan gak mau rebut pacar orang, toh gue gak punya kesempatan ini karena Kak Raffa keliatan sayang banget sama Kakak lo" Vee membuang nafas nya, bangkit dari posisinya membuat Arza ikut berdiri.
"Ehh gitu ya... Terus maksud lu tadi tiba-tiba cium gue apaan?" Arza yang berjalan di belakang Vee langsung menyusul, berusaha menatap laki-laki tinggi yang ada di sampingnya.
"Eh, itu... Gue ke kelas duluan deh" Vee berjalan melewati Arza, cepat-cepat memasuki kelas nya tanpa menjawab pertanyaan yang dilontarkan si manis tadi.
"Yang benar aja?" Arza yang ditinggal menpoutkan bibirnya, kebiasaan Arza ketika sedang kesal. Si manis akhirnya memilih kembali ke kelas dengan wajah kesal, oh hey ia merasa dipermainkan tentu saja.
"Arza lo gak apa-apa?" Geo yang melihat Arza datang menghampiri teman nya itu, memutar-mutar badan Arza, mengecek apa ada yang terluka atau tidak.
"Gak apa-apa, cuma hidung gue sedikit sakit" ucap yang lebih muda menunjuk pada hidungnya.
"Tadi gue liat dari sini, kakak kelas itu nyenggol hidung lo pake siku dia kan? Gue mau turun kebawah tapi Vee langsung lari dari sini pas liat lo dicengkeram gitu" ucap Geo sembari menarik pergelangan tangan Arza yang sebelumnya dicengkeram oleh kakak kelas tadi.
"Lah tadi gue kebawah karena mau ketemu sama si Vee, kenapa dia ada di sini?"
"Gak tahu deh, tadi dia keluar dari kelasnya" tunjuk Geo ke kelas yang berada di sebelah.
Arza mengernyit kesal, berarti tadi teman sekelas Vee berbohong saat mengatakan laki-laki tinggi itu berada di kantin, pasti ini ulah Vee juga yang menyuruhnya untuk berbohong, benar-benar menyebalkan.
Arza mengumpat dalam hati. Vee, laki-laki menyebalkan itu bahkan menciumnya tanpa alasan, apa memang ini cara baru untuk mengerjai seseorang? Tapi mengapa Vee gugup saat ditanyai alasan nya mengecup Arza?
Sedang asik mengacak rambutnya karena frustasi, Arza mendengar nama nya dipanggil oleh seseorang. Menoleh ke pintu kelas, disana berdiri Frilly dan Alicia yang melambaikan tangannya.
"Oh Kakak, ada apa?" Arza berjalan menghampiri kedua kakak kelas tersebut dengan raut wajah senang, berbeda sekali saat membicarakan Vee tadi.
"Hasil seleksi nya udah keluar, Arza besok bisa ikut kumpul OSIS sepulang sekolah," ucap Frilly sembari menunjukkan lembaran nama peserta yang lolos seleksi, ada 14 nama yang tercantum padahal setahu Arza ada sekitar 20 orang lebih yang mengumpulkan formulir. "Oh iya sekalian minta nomer handphone lo dong Za, buat dimasukin ke grup"
"Bukannya udah ditulis di formulir kan Kak?" Arza masih ingat ia menulis nomor kontak nya di formulir.
"Nah itu dia, nomer lo gak tercantum di aplikasi. Ini, kayaknya lo salah nulis atau gimana" Frilly menyodorkan ponsel nya pada yang lebih muda.
Arza melihat nomor nya yang sudah tersimpan di kontak Frilly, membaca nomor nya lagi kemudian ia menepuk jidat nya. "Oh iya benar, ini harusnya 1 bukan 7 hehehe, tulisan di formulir kayaknya kurang jelas"
"Pantesan, kalau gitu nanti gue undang ke grup. Jangan lupa besok bawa bekal juga, takutnya kumpul sampe sore" ucap Frilly lagi sebelum melambaikan tangan pada Arza.
Arza membalas lambaian tangan Frilly, menatap kakak kelas nya itu yang kini terlihat menggoda Alicia yang berjalan disampingnya, Arza terkekeh kecil lalu memilih kembali ke meja nya yang berada di barisan kedua.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.