"Ayo cepetan Cia" Veandra memanggil nama sang kakak yang masih mengikat tali sepatunya. Si perempuan berdecak kecil sebelum naik ke atas motor.
"Oke ayo" Alicia tak lupa memegangi belakang jaket sang adik, motor melaju cukup kencang sampai si yang lebih tua menggeplak pundak Veandra.
"Udah dibilangin jangan ngebut" Alicia meninggikan suara nya agar Veandra bisa mendengar kalimatnya.
"Ck, nyebelin. Segini gimana?" Si pengendara memelankan sedikit laju motor nya, Veandra yang melihat anggukan Alicia dari kaca spion nya berusaha mempertahankan kecepatan nya agar perempuan yang di bonceng nya ini tidak mengomel kembali.
Walau sebenarnya ini masih terasa cepat bagi Alicia tapi ia tak protes lagi, bisa-bisa Alicia di turunkan dipinggir jalan lagi seperti waktu itu, dasar adik durhaka memang.
Sekitar 15 menit kemudian, Alicia sampai di gerbang sekolah nya. Si perempuan bisa melihat Raffa yang berdiam di depan warung bu Nur.
"Raffa"
"Pagi Cia..." Dengan wajah yang berbinar, Raffa menghampiri Alicia.
"Gak bareng Reyhan, Raf?" Tanya Alicia yang tak melihat Reyhan.
"Bareng, dia masih di parkiran bu Nur" tunjuk Raffa pada warung yang berada di samping sekolah. Alicia mengangguk, menoleh pada sang adik yang belum pergi.
"Vee lo gak mau sekolah?" Suara Alicia menyadarkan Veandra yang sedari tadi menatap Raffa.
Raffa yang baru sadar jika mereka tidak berdua, ikut menoleh pada adik laki-laki Alicia lalu tersenyum kecil.
"Dia adik gue, Raf. Yang waktu itu pernah gue ceritain."
"Hai, gue Raffa. Teman sekelas Cia" Raffa memperkenalkan diri, menjulurkan tangannya. Dengan ragu-ragu Veandra menjabat tangan Raffa dengan lembut.
"H-halo, gue Veandra panggil aja Vee" laki-laki yang beda setahun dengan Alicia tersenyum lebar, Alicia mengerutkan dahinya saat mendengar nada gugup pada kalimat Veandra. Tumben sekali.
"Kalau gitu Kak, gue pergi ya" Veandra -selanjutnya akan dipanggil Vee agar tak terlalu panjang- melambaikan tangan nya sekilas sebelum melajukan motor menuju sekolahnya.
Alicia semakin memasang wajah bingung, Vee, adik nyebelin nya bahkan memanggil 'Kakak' tadi, padahal selama ini sang adik selalu memanggilnya dengan nama.
"Raffa ayo- eh ada Cia juga ternyata" Raffa dan Alicia serentak menoleh pada suara Reyhan, laki-laki itu memasukan kunci motor nya kedalam saku sebelum berjalan di samping Raffa menuju kelasnya.
"Coco gimana? Gue kaget tadi malam Raffa bilang Coco ilang" tanya Alicia karena semalam group chat berisi 3 orang itu penuh dengan kepanikan Raffa yang mengatakan jika kucing nya hilang.
"Udah ketemu, ternyata tiduran di kolong kasur" Raffa tertawa kecil, ia jadi malu sendiri sudah panik mencari Coco padahal kucing kecil itu asik tidur di bawah tempat tidur.
Alicia ikut terkekeh, merasa cukup lega karena Coco tidak beneran hilang. Sampai di kelas mereka, Alicia langsung menundukkan diri di bangku nya yang berada di paling belakang, sementara Reyhan dan Raffa duduk di bangku depan Alicia, kemarin kedua laki-laki itu menukar tempat duduk nya.
"Alicia, udah ngerjain matematika?" Frilly, perempuan teman sebangku Alicia bertanya tapi jika dilihat dari wajahnya, perempuan itu lebih seperti mengingatkan.
"Udah dong, kemarin ngebut bikin sampe jam 9" Alicia berucap bangga, walau setelah mengerjakan itu dirinya sedikit pusing karena terlalu banyak berpikir.
"Tumben, Cia kesambet apa?" Raffa membalikkan badannya menatap Alicia tak percaya.
"Kemarin lagi inget dan kalau dikerjain hari ini pasti gak keburu" Alicia berucap sedikit kesal membuat Raffa terkekeh.
KAMU SEDANG MEMBACA
AFFAIRA (✓)
Storie d'amoreAlicia itu hanya ingin menjaga agar hubungan kedua temannya baik-baik saja, tapi kenapa ada saja hal yang menganggu hubungan mereka. "Reyhan, lo pacaran sama Raffa cuma gara-gara permainan Truth or Dare? Yang benar aja dong!" "Tapi gua beneran suka...
