[59] Martabak Telor

950 165 18
                                    

Selamat membaca beb UwU ✨
-----


"Uugh..."
Ringisan kecil terdengar, netra Sapphire itu terbuka, (y/n) mengedarkan pandangannya ke segala arah, pemandangan berupa hutan dan gerbang Torii menjadi pertama yang dilihatnya.

(Y/n) mencoba bangun, tapi sekujur tubuhnya terasa ngilu, akhirnya ia hanya bisa bersandar di pohon.

Tunggu sebentar! Apa yang sebenarnya terjadi!? Bukankah seharusnya (y/n) masih bersama Tanjirou dan kawan-kawan....

Ah, benar.
(Y/n) sekarang sudah mati.
Lalu sekarang apa? Apa yang harus dilakukannya?

Biasanya, jika (y/n) kehilangan kesadaran maka ia akan terbangun di alam bawah sadarnya. Tapi kini ia terbangun di tengah hutan di depan Gerbang Torii.

"Woah... Apakah ini artinya aku benar-benar sudah mati?" Monolog (y/n) tidak tau harus bereaksi seperti apa, ia mencoba untuk berdiri.

Seperti yang dikatakan oleh Nilakandi, (y/n) hanya memiliki batas waktu sampai matahari terbit, itupun jika Muzan sudah benar-benar musnah, ditambah lagi dengan kutukan kematian yang selalu membayanginya, kini kutukan itu telah terwujud.

"Pfft... Hihihi... Ahahahahaha!! Buseet Kok gue malah ngakak begini yak!?" Seru (y/n) tertawa terbahak-bahak mengingat pertarungannya.

"Yaah ini bukanlah akhir yang buruk untuk seorang mantan Aoi Bara-sama, tapi yang menjadi masalah adalah...."

"Kenapa akhirnya jadi kek gini cuk!?Cih! Tidak seru! Dasar kutukan sialan! Setidaknya biarkan aku bertemu dengan Tanjirou dan Nezuko! Gak Aci ini namanya!" (Y/n) berteriak-teriak di tengah hutan tanpa ada siapapun yang mendengar.

"Tch! Lalu aku harus apa sekarang!? Ternak lele!? Mending kalo ada modalnya! Lah ini malah plonga-plongo kek anak ilang!"

(Y/n) mengambil nafas sebanyak-banyaknya, berusaha untuk menenangkan pikiran setelah apa yang terjadi? Mungkin itu jawabannya.

Ketika hidupnya berada di ujung tanduk, (y/n) masih cukup kuat untuk menggunakan dua teknik pernafasan Mawar Biru yang terkuat. Dan itu cukup untuk menghabisi Muzan, ditambah lagi Mangata Sabitah Lautan, teknik pernafasan itu dapat memutarbalikkan waktu pada objek apapun.

(Y/n) berani jamin semua orang yang tadinya sudah tewas saat bertarung di Ikukan mugen-jo maupun dibantai Muzan kini hidup kembali, dengan kata lain tidak ada satupun korban jiwa.

"Jangan marah-marah mulu, nanti cepet tua, Cantik"

Mendengar suara yang tidak asing, (y/n) refleks melihat ke atas Gerbang Torii, disana seorang pria tampan (hueek!)  bersurai Silvery blue tengah duduk santai mengamati (y/n).

"Kunti!!!"
Teriak (y/n) senyaring suara Toa masjid kampung sebelah.

"Sembarangan!"
Sewot Xavier turun untuk menjitak dahi gadis kecilnya hingga dia mengaduh kesakitan.

"Sakit jingan!"

"Bahasamu nak!"
Tegur Xavier layaknya emak-emak yang memarahi anaknya.

"Bacot!"
Balas (y/n) tidak mau kalah, ia memalingkan wajahnya sembari mengusap-usap kepalanya yang sudah pasti benjol karena jitakan penuh kasih sayang dari Isekai Reaper tersebut.

Sementara Xavier hanya bisa menghela nafas berat melihat kelakuan mantan Aoi Bara-sama itu.
"Bagaimana kabarmu?"

"Kamu nanya!? Dari sekian banyaknya pertanyaan yang ada kenapa harus itu yang kau tanyakan hah!?" Sengit (y/n) menatap tajam Xavier.

。*♡𝚃𝚎𝚊𝚌𝚑 𝙼𝚎 𝙷𝚘𝚠✧*。 [ᴋɴʏ x ʀᴇᴀᴅᴇʀ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang