02. Permintaan Ayah

27.1K 1K 2
                                    

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***


"Bun?" Zara memanggil Bunda nya.

Bunda menoleh, "Kenapa Zara?" Perempuan itu menyengir kuda.

Dia berjalan lebih dekat pada Bunda, kepala nya menilik apa yang tengah wanita itu aduk-aduk di dalam wajan.


"Itu apa, kok, kaya beda dari kemarin, Bund?"

"Jelas beda dong, Kak. Emang nya kamu mau makan masakan kemarin terus, tiap hari?" Zara menggeleng, meskipun dia selalu suka masakan Bunda nya, tapi jika setiap hari di sajikan menu yang sama tentunya akan bosan.

"Tumben masak banyak Bun?" Celetuk Fariz, Kak Zahra menyusul di belakang.

Kedua kakak beradik itu mendekat ke meja makan dan duduk di tempat masing-masing, "Kan ada tamu, kalian lupa?" Serentak keduanya mengangguk.

Bunda mengusap dadanya, "Astaghfirullahaladzim," lalu ber-istighfar, anak-anak nya memang keterlaluan.

"Masa tamu spesial di lupain sih?" Sambung Bunda kembali ke aktivitas nya.

Zara mengangkat alis, dahinya memunculkan garis-garis halus. "Tamu spesial apaan, cuma dua orang, gitu." Ungkap Zara, itu pun sudah hampir ke makan umur.

Eh! Astaghfirullah, bukan begitu maksudnya.

"Kok pada pandang-pandangan gitu?" Bunda menatap heran. "Zara, kamu panggilin Umi sama Abah sana." Perintahnya.

"Bun?" Zara memelas, dia sebal karena menjadi anak tengah! Apa-apa selalu dia yang kena.

Bunda menatap garang, "Bunda minta tolong, Kakak nggak mau?" Akhirnya Zara mengangguk setuju meskipun terpaksa.

Dengan berat hati, Zara melangkahkan kakinya keluar dari ruangan itu. Lagian mana mungkin dia bisa menolak? Bunda nya itu lumayan galak dan pemarah.

'Kok Ayah mau sih, sama bunda nya?' Zara pun bingung.

Kaki yang di balut rok hitam itu melangkah dengan berat ke arah kamar tamu, sebelum mengetuk nya, Zara memandang pintu kayu jati coklat itu lamat-lamat.

'Ketuk gak yah?' Zara membatin, ia sedikit ragu karena takut mengganggu kenyamanan Abah dan Ummi.

Namun pada akhirnya Zara tetap memberanikan diri, meskipun terbesit rasa malu dalam dirinya,

ZARAIDEN [ Tutug ✓ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang