بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
***
Di siang hari yang cerah seperti gigi para pemain iklan Pepsodent itu, Zara berserta Nila duduk anteng di belakang asrama putri.
Kedua perempuan itu asik berceloteh tentang berbagai hal, mengabaikan beberapa orang yang saat ini tengah berkebun.
Aslinya sih, Nila juga harusnya ikut berkebun, tapi karena kedatangan Zara, jadinya perempuan itu melipir beralasan bahwa ia akan menemani Ning nya agar tidak kesepian.
Halah prett, asli nya mah Nila ogah kotor-kotoran.
Dalam hati Nila sungguh malas berkebun karena panas dan nantinya ia akan mengantri mandi jikalau sudah usai.
"Terus, terus gimana? Bu nyai percaya gitu aja?" Zara mengangguk sebagai jawaban.
Kali ini dia sedang menceritakan kelakuan Aqil yang membuat nya ketumbuk kemarin malam, Nila yang mendengar nya sungguh penasaran.
"Ya gitu deh, kan posisi nya juga aku di gendong tuh sama Gus Aiden."
"Pfttt! Kan aku bilang juga apa, Gus Aqil tuh nyebelin bin ngeselin. Mana suka marah-marah lagi, haduhh pusing deh punya Gus ganteng tapi arogan."
"Emang dia ganteng tapi sayang, muka nya terlampau triplek, pecicilan juga kalo lagi jail." Zara menimpali.
Nila diam-diam mengangguk menyetujui ucapan Zara yang sepuluh ribu persen benar kenyataan nya.
Karena tak ada pembicaraan lagi yang perlu di bahas, keduanya terdiam sesaat. Nila yang saat ini membayangkan betapa menyebalkan tingkah Gus nya itu.
Serta Zara yang tiba-tiba mempunyai pemikiran ingin ikut memetik sayur-sayur berwarna hijau di depan sana.
Zara berdiri, menepuk sedikit gamis bagian belakang nya yang kotor karena ia duduk di bawah tanah yang di lapisi daun kering.
"Kemana Ning?" Tanya Nila sadar akan lamunan nya.
Zara menunjuk ke depan, "Kaya nya seru deh kalo main tanah gitu," ungkap Zara jujur.
Nila terbahak, memang dasar selera humor nya murahan. "Pasti masa kecil nya kurang bahagia, yakan?" Ejek nya jenaka.
Jika Ustadz atau ustadzah melihat tingkah Nila yang kurang ajar ini, sudah dapat di pastikan perempuan itu akan di beri hukuman keliling lapangan.
"Tuh mulut licin nya kaya muka mba mba seleb," cibir Zara sedikit tersulut erosi. Eh, emosi.
Sedangkan Nila tertawa ngakak, "bukan Ning! Lebih tepat nya kaya muka ustadzah Yoyoh, tangan nya guteng, muka nya dempul"
Mendengar nama ustadzah Yoyoh seketika mata Zara langsung melotot, 'Asikk kaya nya gue punya sekutu' batin nya girang.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZARAIDEN [ Tutug ✓ ]
Ficción GeneralRomantic - spiritual : [BEBERAPA CHAPTER DI PRIVATE! FOLLOW SEBELUM MEMBACA.] Menikah muda bukan lah wish list yang ada dalam daftar impian Zara. Membayangkan betapa repot nya mengurus rumah dan suami, bukankah lebih baik menikmati masa muda dengan...