30. Merubah pikiran

11.3K 513 1
                                    


بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


***

"Bentar eh, bentar. Mau benerin kerudung dulu"

Tulang pipi Zara naik dengan matanya yang sedikit menyipit. "Iyaaaa!" Ujar nya geli.

Baru kali ini Zara melihat tingkah Milo yang tiba-tiba berubah. Dari yang tidak terlalu mementingkan penampilan, kini menjadi si paling harus sempurna.

Jiakhh! Inikah efek jatuh cinta? Padahal beberapa bulan lalu dia masih berangan-angan untuk merebut hati adik Zara.

Tapi lihat lah sekarang, seolah lupa akan perjuangannya untuk Fariz. Tapi ada banyak keuntungan nya juga sih, soalnya Zara ogah jika harus mempunyai adik ipar seperti Milo.

Bisa-bisa rumah nya akan menjadi ajang adu suara toa. Fyuhhhhh. "Udah belum, sih?" Tanya Zara. Dia sudah mulai kepanasan.

Milo tak melihat kearah Zara, gadis perempuan itu masih sibuk memperhatikan setiap pori-pori wajahnya. Lalu sudut matanya yang berulang kali dia sekat, takut ada belek yang tertinggal.

"Sabar-sabar, ini makeup menor nggak sih? jadi ngga pede." ungkap nya.

Decakan serta bola mata Zara bergulir ke kanan, "Nggak, yuk buru!" Kesal karena Milo jadi semakin menyebalkan saat jatuh cinta beneran.

"Ah, tapi kok muka Aku jadi beda sebelah sih. Kira-kira pak Ustadz bakal ilfil nggak yah sama Aku?" Milo berbalik, semulanya dia membelakangi Zara untuk mengecek penampilan di kaca spion motor nya.

"Tadi harus nya Aku ganti kerudung aja yah, kalo pake warna ini kulitnya jadi coklat, huuu!" Oceh nya, masih mengomentari tentang penampilan nya sendiri.

Disisi lain, Zara sudah sangat malas meladeni Milo yang jadi hiperbola begini. Harusnya semalam dia jangan kepikiran untuk main dengan nya.

"Yaudah sih, namanya juga menyatu dengan nama, cocok tuh." Sahut Zara, asal ceplos saja.

Milo mengerucutkan bibirnya, "Ah sebel gue!"

"Ayok, kalo masih mau ribut terus aku tinggal pulang ke ndalem! Dah!" Acuh Zara,

Karena cuaca pagi itu juga cukup terik, di tambah berhadapan dengan Milo, ughh sudah kebakar rasanya.

Padahal baru jam sepuluh pagi, tapi matahari sudah sangat bersinar layaknya waktu duhur. Zara butuh minuman yang bisa membasahi tenggorokan nya.

Sampai di depan pintu koperasi, Zara celingukan sebentar takut di dalam sedang ada Aiden. "Aman, aman." gumam nya karena tidak melihat batang hidung orang yang di carinya.

"Assalamualaikum," salam nya, di ikuti oleh Milo di belakang.

"Wa'alaikumsalam warahmatullah," jawab Ustadz Yusuf yang kebetulan sedang berada di sana.

ZARAIDEN [ Tutug ✓ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang