بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
***
Pukul delapan malam Zara keluar dari kamar, dia cari-cari keberadaan suaminya namun nihil. Sekeliling rumah sudah Zara telusuri namun batang hidung nya belum juga terlihat.
Tepat melewati dapur, Zara berpapasan dengan Aqil yang kebetulan juga baru keluar dari sana. Tanpa menyapa bahkan menoleh kearahnya, pemuda itu melenggang begitu saja.
"Aqil, Aqil..?" Panggil Zara sebelum adik iparnya semakin jauh.
Aqil menghentikan langkah nya, padahal ia sudah berusaha keras untuk mengindari Zara. "Kenapa, Mba ipar? Perlu bantuan?" Tanyanya ogah-ogahan.
Gara-gara kejadian Aiden yang hampir muntah di baju nya waktu itu, Aqil jadi malas berhadapan dengan Zara. Padahal kan tidak ada hubungannya sama sekali.
"Kamu liat Mas Aiden ngga?" Ucap Zara to the point karena jujur dia pun sedikit aneh jika harus mengobrol dengan Aqil.
Kepala Aqil menoleh ke kanan dan kiri, "Enggak tuh, Kan Mba yang istrinya, masa ngga tau suami sendiri pergi kemana." sergah nya.
Zara meringis, sedikit tersinggung oleh ucapan Aqil. "Yaudah, makasih."
Karena bingung mau mencari Aiden dimana, Zara berniat pergi ke aula, siapa tau suaminya itu sedang mengecek persiapan untuk acara hari santri besok.
Saat melewati jalan setapak, suara jangkrik dan hembusan angin malam entah mengapa membuat bulu kuduk Zara meremang.
Hoel, masalah nya jalan yang di lewati Zara saat ini sangat sepi. Biasanya kalau santri sedang sibuk-sibuknya mempersiapkan acara, jalan manapun akan terasa sesak karena lalu lalang nya.
"Ck! Masa gini aja takut sih, baru jam delapan!" Decak Zara.
Meskipun ucapan nya begitu, namun dalam hatinya dia sungguh tak tahan dengan suasana mencengkeram ini. "Aih! Pada kemana sih tuh santri, lagian aku kenapa sih jadi penakut gini. AAA!"
tak tahan dengan imajinasinya yang mulai berfikir aneh-aneh. Akhirnya Zara memilih berlari sekuat tenaga hingga beberapa meter lagi dia sampai di teras aula.
Namun sesuatu terasa menyangkut di kakinya membuat Zara kontan terjatuh dengan posisi tengkurap. "A! astaghfirullahaladzim." pekik nya pelan.
Perut bagian bawah Zara terasa begitu sakit, karena merasa ada yang tidak beres. Dia pun berusaha untuk berdiri dan melihat apa yang sedang terjadi.
Ternyata dia tersandung oleh tali.
"Huftt.... Huft..... "
Sekelebat bayangan saat dokter Ibnu menyarankan nya untuk cek kandungan melintas. Zara panik bukan main karena perut bagian bawahnya terasa sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZARAIDEN [ Tutug ✓ ]
Fiction généraleRomantic - spiritual : [BEBERAPA CHAPTER DI PRIVATE! FOLLOW SEBELUM MEMBACA.] Menikah muda bukan lah wish list yang ada dalam daftar impian Zara. Membayangkan betapa repot nya mengurus rumah dan suami, bukankah lebih baik menikmati masa muda dengan...