08. bukan pedofil

18.4K 847 3
                                    

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***




"Bagaimana Mas, perjalanan nya?" Tanya Gus Sofyan seraya terkekeh-kekeh. Gus Sofyan adalah adik dari Abah Malik.

Ayah Faiz mesem di buatnya, kalau di tanya bagaimana perjalanannya, ya tentunya lelah, bahkan Ayah berniat pergi ke tukang urut selepas dari sini.

"Alhamdulillah, Gus ...." Ayah menjawab dan memberi jeda, lalu melanjutkan. "Sangat melelahkan,"

Setelah nya tawa Gus Sofyan, Abah Malik, Gus Sofwan dan Ayah meledak. Dari jauh para perempuan menggeleng melihat kelakuan empat orang dewasa itu.

"Mau saya panggilkan tukang urut, Mas?" Tawar Gus Sofwan, dia adalah kakak dari Abah Malik yang biasa di panggil dengan sebutan, Pakde Iwan.

"Waduh, Gus, kayaknya memang harus, nggeh." Canda Ayah.

Abah Malik menimpalinya, "Harus itu, Mas Faiz ini sudah mulai kepala lima to, pasti sudah mulai jompo."

"Hahaha ..... Nggeh, Bah, tau saja."

Mengapa mereka bisa sangat akrab, itu karena dahulu Ayah sempat mengabdi di pondok pesantren yang di pimping oleh Abah Malik ini. Ayah juga sempat menjadi orang kepercayaan Abah sebelum memutuskan kembali ke Jakarta.

Se-kepulangan Ayah dari pesantren, dua tahun kemudian Ayah menikah dengan Bunda, selang setahun kemudian Kak Zahra hadir, dan enam tahun kemudian barulah ada Zara.

Selama Kak Zahra, Zara dan Fariz kecil, Ayah dan Bunda masih kerap kali mengunjungi pesantren, namun setelah Zara berusia sepuluh tahun, mereka semakin jarang berkunjung.

Selain karena kerepotan mengurus tiga anak sekaligus, jarak antara Jakarta dan Surabaya juga tidaklah dekat. Namun, meskipun jarang berkunjung, Ayah masih kerap kali berhubungan dengan Orang-orang dari pesantren ini.

"Nanti setelah resepsi, nduk Zara di bawa lagi apa ndak to, Mas?" Celetuk Gus Sofyan, Atau yang biasa di panggil Paklik Iyan.

"Ndak to, Gus. In shaa Allah ngikut suami e, Gus Aiden." Papar Ayah, Paklik Iyan mengangguk-angguk.

"Alhamdulillah, to. Akhirnya keluarga punya anak perempuan." Kata Pakde Iwan serata tertawa.

"Kan ada Ning Fatma to, Gus."

"Fatma habis ini juga pulang, Mas. Dia kan udah mondok di Gresik, sekalian nemenin Jiddah nya," jelas Paklik Iyan selaku orang tua dari Fatma.

ZARAIDEN [ Tutug ✓ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang