15. santri abadi

18.9K 775 0
                                    

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ



بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


***


Ini adalah hari Jum'at, para santri libur sekolah. Banyak di antara mereka yang juga di jenguk karena memang setiap Jum'at adalah jadwal nya mereka bebas.

Zara berjalan sendiri di halaman asrama putri, niat nya sih memang sekedar jalan-jalan karena bosan di kamar melulu.

Suaminya pergi entah kemana sejak pagi, sempat izin nya sih ngurus kerjaan.

Sampai tiba di koperasi pondok, Zara melipir dan masuk ke dalam. Pengen lihat-lihat gitu loh, siapa tau ada hal mengejutkan.

posisi nya yang berada di tengah-tengah perbatasan asrama putra dan asrama putri membuat koperasi kadang ramai di jadikan tempat caper, atau bisa jadi tempat pertukaran surat.

"Assalamualaikum," salam nya dan di jawab serentak oleh beberapa lelaki, sepertinya ustadz sih.

"Wa'alaikumsalam, Ning, bahde tumbas nopo?" Tanya Molana, Zara sedikit faham orang nya karena dia pernah beberapa kali melihat Aiden mengobrol dengan lelaki ini.

"Memang ada apa aja, sih, Tadz?" Zara malah bertanya balik, bukan nya menjawab.

"Banyak Ning, ada perlengkapan sekolah, jajan ada, kitab ada, banyak deh, in shaa Allah lengkap kok, sudah melebihi toserba." sahut Kang Aldi, Zara pernah melihat nya menjaga di pos gerbang pesantren.

"Tumben sendirian, Ning, Gus Aiden kemana?" Tanya ustadz Yusuf, yang katanya lelaki paling ganteng se-pesantren.

"Lagi pergi, Tadz. Ada urusan katanya," setelah mengucapkan kata itu, Zara pun akhirnya memilih beberapa bungkus coklat dan membayarnya, lalu segera pergi.

Tidak langsung pulang ke ndalem, Zara malah tersesat ke belakang gedung aula. Matanya sedikit tertarik karena hamparan sawah yang luas nya maa shaa Allah.

"Seger juga, coba aja tau nih tempat dari lama, udah jadi tongkrongan sih, sama Milo." gumam Zara.

Perempuan itu mendudukkan dirinya pada batang pohon mangga yang melengkung seperti bangku, namun masih tetap hidup subur.

Ia lalu membuka bungkus coklat Silverqueen dan memakan nya dalam keheningan. Zara sebenarnya gabut, hanya saja dia tidak punya teman, ya jadinya di paksa menyendiri aja gitu.

Fatma sendiri sudah harus pergi, soalnya dia memang mondok dan pulang karena Mas nya itu akan menikah.

Beberapa menit hingga sejam berlalu, Zara di kejut kan dengan suara kedubrak di sertai ringisan dari belakangnya, di tambah dengan beberapa daun mangga yang ikut menghujani dirinya.

ZARAIDEN [ Tutug ✓ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang