بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
***
"Jadi, Aku dijodohin sama orang sini, udah itu aja!" Lanjutnya, malas meladeni Zara. Biarlah dia menerka-nerka yang iya-iya.
Kedua mata Zara melotot, lagi dan lagi. Kedatangan Kake dan Nene Milo ke ndalem bukankah sudah bisa menjelaskan bahwa Milo????
"Jangan jangan Kamu sama-"
"APA?" Milo ngegas, tiba-tiba dia takut Zara berfikir bahwa dia tak sayang lagi padanya.
Khem!
Zara berdehem, dia kaget akan sentakan Milo. Sudah kaya kucing garong kalau ngamuk, "Jangan-jangan Kamu di jodohin sama Aqil?" Ucap Zara salah besar.
"Yakalii Ah! Gus Aqil itu terlalu maa shaa Allah buat Aku yang Astaghfirullah." bisa bisa Aqil malu punya istri seperti nya.
"Kamu mah! Jangan merendahkan diri. Biasanya juga sok-sokan tuh waktu ngejar-ngejar Fariz," timpal Zara, laknat memang.
"Ya beda konsep itu, Dedek Fariz kan adek nya Kamu. Jadi Aku enjoy deketin nya karena ada Kamu yang bisa jadi Mak comblang. Lah ini? Gus Aqil tuh, bener-bener kaya langit, ngga bisa di gapai,"
Zara memutar bola matanya malas, dia membuat gerakan seakan ingin muntah dolar. "Najis." padahal jika Milo mendekati Aqil pun Zara tetap bisa menjadi Mak comblang.
"Nih Aku ada kata-kata, 'langit kamu pandanglah sebagai langit, jangan pernah ingin memeluknya, Kalau kamu rasa ngga sanggup memiliki nya, jangan' by ustadz Agam." Milo mengulang kata-kata yang sempat dia lihat di aplikasi tok tik.
"Pfttttt. Jadi anak astrophile sekarang, hng?" Zara tertawa ngakak, tangan nya tak bisa diam memukul-mukul paha Milo. Si empunya yang kesal plus kesakitan lantas melirik bombastis.
"Sakit pea!"
"Dari pada terluka karena mengejar langit, lebih baik memandang keindahan nya," sahut seseorang.
Zara yang masih ngakak sontak berhenti, kedua nya mendongak menatap Ustadz Aldi yang entah datang dari mana. Apakah Aldi turun dari atap ndalem?
"Ustadz yang jaga koperasi, kan? Siapa yah, namanya. Zara lupa," Zara menggaruk pipinya gatal. Maklum di luar banyak nyamuk.
"Nggeh, Ning. Saya Aldi." ucap kang Aldi tersenyum sebelum mengalihkan pandangannya.
"Oh iya, kang Aldi ada perlu apa ke sini? Saya panggilkan Gus Aiden sebentar," inisiatif nya sih, Zara akan memanggilkan suami nya.
Siapa tau kang Aldi ada kepentingan darurat. Tapi kang Aldi buru-buru menolak, "Eh, ngga perlu Ning. Saya memang ada keperluan bukan dengan Gus Aiden, tapi dengan tamu yang ada di ndalem."
KAMU SEDANG MEMBACA
ZARAIDEN [ Tutug ✓ ]
General FictionRomantic - spiritual : [BEBERAPA CHAPTER DI PRIVATE! FOLLOW SEBELUM MEMBACA.] Menikah muda bukan lah wish list yang ada dalam daftar impian Zara. Membayangkan betapa repot nya mengurus rumah dan suami, bukankah lebih baik menikmati masa muda dengan...