03. Lamaran

23K 1K 1
                                    

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***


Dua minggu semenjak Ayah membicarakan lamaran lelaki bernama Aiden itu, Zara tidak terlihat seperti biasanya. Dia lebih sering mengurung diri di dalam kamar.

Bahkan saat Bunda mengomel dan memarahi Zara yang tidak mau keluar kamar, Zara tetap larut dalam pikiran nya tentang pernikahan.

Apa harus secepat itu?

Dia masih ingin kuliah dan bekerja. Menikmati masa muda dengan pergi ke tempat-tempat menarik dengan teman-teman nya.

Tapi, kenapa takdir seakan tak memperbolehkan nya mewujudkan mimpi tersebut?

Mengapa ia harus menikah secepat ini? Kenapa tidak Kak Zahra saja yang lelaki itu lamar?

Zara akui, dia masih belum cukup dewasa untuk menjalani sebuah pernikahan. Dia masih labil, dan masih butuh banyak pengalaman.

Bagaimana jika nanti nya dia tak bisa menjadi sosok istri yang baik? Bagaimana jika ia melakukan kesalahan yang nantinya membuat keluarga nya malu?

Bahkan harga diri nya sebagai wanita?

Zara larut. dia takut tidak bisa menjadi seperti yang di harapkan Ummi Tika, menjadi pendamping hidup anak nya? Dan tinggal di lingkup pesantren?

Membayangkannya saja Zara sudah kewalahan apa lagi harus mengalaminya. Tingkahnya yang kadang hiperaktif harus mulai di ubah agar lebih lemah lembut dan anggun.

Dan, sudah dua kali Zara melakukan shalat istikharah, namun dia belum juga mendapat jawaban dari itu.

Apakah ada yang salah dengan shalatnya?

Zara kebingungan sendiri, dia menghempaskan badannya di atas ranjang dan berguling-guling kesana kemari hingga seprai pun terlepas dari pengaitnya.

Click!

Mendengar suara pintu yang di buka, Zara berhenti berguling-guling dan menatap sumber suara.

Pintu kamar nya terbuka sedikit, kepala yang di bungkus oleh peci putih milik Fariz menyembul.

Dia menatap Fariz dengan alis terangkat seakan mengatakan ada apa?

"Udah sore nih." Kode Fariz namun Zara gagal memahaminya. Biasanya Zara selalu mengajak keluar mencari angin sore, tapi lihatlah sekarang malah mengurung diri di kamar.

ZARAIDEN [ Tutug ✓ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang