بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
****
Jam tiga dini hari, saat semua orang sedang sibuk dalam urusan yang membawanya lelap dalam tidur, di belahan bumi lainya ada seorang perempuan yang tengah sibuk berkutat, mempersiapkan untuk acaranya beberapa jam kedepan.
Zara menutup mulutnya dengan punggung tangan sebelah kiri, saat kembali ingin menguap.
Gadis itu baru bisa tidur sekitar jam sepuluh malam dan sudah di bangun kan pukul tiga pagi tadi, rasanya sangat menyiksa saat tubuhnya beberapa kali mengikuti keinginannya untuk rebahan.
Meskipun sudah mandi dan mengisi sedikit perutnya dengan roti-rotian, Zara masih merasa kurang tenaga karena ia tak cukup tidur.
Ummi, Bunda dan para perempuan lainya tengah sibuk di dapur, Zara sendiri sedang di makeup se-sederhana mungkin sesuai keinginannya.
Lagian, untuk hari ini hanya sekedar acara akad yang mana Zara menginginkan yang sederhana saja, tidak perlu terlalu mewah, juga, masih ada hari esok untuk mewah-mewahan selanjutnya.
"Ning-nya tidur saja Ndak papa nggeh, biar lebih rileks nanti." ucap MUA yang tengah mendandani nya.
Zara menatap pantulan dirinya yang tengah di beri lapisan-lapisan bernama makeup, menanggapinya dengan deheman dan akhirnya dia memilih menurut untuk tidur dalam posisi duduk.
Beberapa kali Zara membuka matanya karena kepalanya yang terkantuk-kantuk, membuat bola mata indahnya terbuka. Se-saat kemudian Zara di bangun kan, bola mata perempuan itu membulat saat menatap cermin.
"Maa shaa Allah," Fatma menyeletuk, perempuan itu masuk ke dalam kamar dan menatap calon sepupu nya yang tampak lebih anggun dengan make-up sederhananya.
"Semakin cantik Ning-nya," Zara tersadar dari lamunannya dan menatap MUA yang juga menatap nya dengan senyuman.
"Makasih," balasnya serak, Zara menerima sodoran botol minum dengan sedotan sebagai perantara.
"Kalau Mas Iden lihat yah, Ning. Kayaknya esbatu nya bakal seketika cair," kekeh Fatma jenaka.
Zara menanggapinya dengan kekehan pula, selama seminggu di sini Zara memang sudah sedikit akrab dengan Fatma karena mereka seperti sefrekuensi dan masih seumuran.
"Aamiin, sih, Ning." Tutur Zara lirih.
Kenapa juga dia jadi lemah lembut seperti ini? Eh, tapi dia kan memang kalem, baik hati dan tidak sombong. Meskipun sedikit judes kalau kata orang.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZARAIDEN [ Tutug ✓ ]
General FictionRomantic - spiritual : [BEBERAPA CHAPTER DI PRIVATE! FOLLOW SEBELUM MEMBACA.] Menikah muda bukan lah wish list yang ada dalam daftar impian Zara. Membayangkan betapa repot nya mengurus rumah dan suami, bukankah lebih baik menikmati masa muda dengan...