بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
***
"Widihhh! Apa nih kok gendong-gendongan segala, ada banjir kah??" Celetuk Aqil saat ia hendak keluar ndalem malah berpapasan
dengan pasangan yang sedang terhalau banjir.Zara yang awal nya asik menikmati wajah tampan sang suami terkejut bukan main, mampus kepergok adik ipar.
"Pstt! Turunin Zara Gus!" Perintah nya yang tak di hiraukan sang suami.
"Memang kenapa kalo gendong-gendongan?? Orang udah sah, wleee!" Ejek nya pada sang adik, Zara bahkan terkejut karena Aiden bisa tampil kocak juga.
"Gus turunin Gus!" Zara menepuk-nepuk punggung Aiden dari belakang kala melihat kedatangan sang Ummi dan Bulik.
"Nduk Zara kenapa Mas? Pingsan lagi apa?" Tanya Ummi begitu sampai di depan hendak keluar.
Zara yang berada di gendongan Aiden semakin merapatkan diri dan pura-pura memejamkan mata nya, sudah basah lebih baik mencebur bukan?
"Eh?" Aiden memperbaiki posisi tubuh istrinya yang melorot karena Zara yang bergerak mendusel-dusel ke leher nya.
"Itu Umi, tadi di depan ada banjir makanya gendong-gendongan, Mas Iden kan bucin istrine," bukan, bukan Aiden yang menjawab melainkan mulut sewot Aqil.
Lama-lama Aqil jadi sosok yang menjengkelkan yah, benar kata Nila waktu itu.
Ummi mengangguk, "Ohh, Ndak mau istrine sakit nggeh, kalau begitu di bawa masuk saja Mas, isin mbok ada yang melihat dari luar." Ujar Umi seraya tersenyum geli.
Aiden menelan ludah nya hingga jakun nya naik turun, Zara yang penasaran malah memencet nya hingga Aiden memekik kaget.
"Astaghfirullah!"
Ummi, Bulil dan Aqil serentak melihat ke arah nya dengan tatapan bingung, "kenapa Mas?" Tanya Umi.
Aiden menggeleng sembari menyengir kuda, "Ndak kenapa-napa Ummi, ini saya mau bawa Ning nya ke dalem dulu nggeh?" Pamit nya yang di angguki ketiga manusia itu.
"Nggeh, hati-hati Mas, menantu Ummi jangan sampai lecet," pesan Umi.
Aiden hanya mampu mengangguk, sedangkan Aqil dan Bulik sudah cengengesan, Aqil yang senang karena berhasil menggoda Mas nya lalu Bulik yang baper.
"So sweet ya Mbak, Mas Iden." Tutur Bulik masih terbayang-bayang.
Ummi mengangguk seraya tertawa, "Bisa bucin juga to, anak Ummi."
"Nduk, kamu ambilkan Ummi sepatu boots nggeh, Takut banjir nya tinggi," Perintah Ummi pada Anak laki-laki nya yang tengah memperhatikan mereka, sontak membuat Aqil gelagapan.
"Ummi, Aqil kaya nya ngga enak badan deh, Permisi dulu ya mau ke kamar?"
Umi mengernyit heran, tak biasanya Aqil sakit tiba-tiba. "Kamu salah makan apa ya, Mas? Umi kaya nya ndak ada masak cumi?"
KAMU SEDANG MEMBACA
ZARAIDEN [ Tutug ✓ ]
General FictionRomantic - spiritual : [BEBERAPA CHAPTER DI PRIVATE! FOLLOW SEBELUM MEMBACA.] Menikah muda bukan lah wish list yang ada dalam daftar impian Zara. Membayangkan betapa repot nya mengurus rumah dan suami, bukankah lebih baik menikmati masa muda dengan...