5. Dunia Luar

10.3K 1.1K 27
                                    

     Ayunin menatap kamar Rapunza yang mewah ala princess itu. Dia menghela nafas pelan saat melihat tissue bekas pakai berserakan.

"Non, nonton filmnya udah ya." Ayunin mendekati Rapunza lalu mengusap rambutnya yang acak-acakan di bantal.

Rapunza mengeluarkan ingusnya lalu menatap Ayunin. "Aku lagi sedih, mba. Jadi lebih baik nonton yang sedih-sedih biar ga numpuk di hati. Aura aku nanti jelek kalau mendem kesedihan." jelasnya.

"Oh gitu.."

Rapunza melempar tissue asal dan mengambil yang baru. "Padahal pengen renang sama mermaid waktu itu." keluhnya pelan bagai anak kecil lalu terisak.

Ayunin menghela nafas. "Non, non itu udah besar. Non harus mulai memahami kalau apa yang non inginkan bisa jadi ga non dapatkan." ujarnya selembut mungkin.

Rapunza semakin menekuk bibirnya ke bawah dengan lucu.

"Non liat pacarnya Boy? Dia ramah, murah senyum. Non nanti kalau ketemu lagi harus balas ramah juga biar Boynya suka."

Rapunza terdiam, mengingat lagi saat di mana dia tidak merespon sapaan Catrin. Bahkan wajahnya di tekuk tak suka dengan jelas.

"Jadi, harus kayak perempuan itu biar Boy suka?"

"Bukan, non harus tetap jadi diri sendiri. Suka engganya Boy nanti sama non itu sudah takdir. Jadi, non ga usah sedih lagi. Kalau sudah takdir pasti Boy bisa sama non."

Rapunza pun mulai tenang dan kembali bangkit. Dia tidak akan marah lagi pada Boy. Cukup 3 hari ini dia galau-galauan di kamar.

***

"Bagas, aku lagi bicara sama kamu!" Zoela mencekal lengan Bagas.

Zoela mencoba menahan emosinya pada Bagas yang sering lari-larian itu.

"Berminggu-minggu kita ga tegur sapa dan kamu sibuk pilih kerjaan di luar kota! Kamu—"

"Bukannya ini yang kamu mau? Bebas dari semua peraturan dan keputusanku?" potong Bagas dengan tampang galak yang ketara.

"Sayang.." Zoela menggeram frustasi. "Mau sampai kapan kita bertengkar tentang hal yang sama? Kamu ga mau mengalah untuk kebahagiaan kita?" suaranya melirih lelah.

"Kamu pikir aku ingin siksa kamu dan Rapunza? Aku sedang melindungi KALIAN!" bentaknya di akhir. "Apa uang yang aku cari selama ini kurang untuk membuat hidup kalian nyaman? Bahagia?" lanjutnya dengan nafas memburu.

Zoela mengeraskan wajahnya marah. "Ini bukan soal uang. Ini soal kamu yang mengekang Rapunza. Tidak membiarkannya sekolah umum padahal banyak sekolah elit yang aman dan terjamin, bahkan kamu tidak membiarkan Rapunza di kenal orang luar. Kamu harus buka mata! Dunia ini bahaya dan kamu membiarkan Rapunza polos di sini? Pelajaran yang dia dapatkan hanya materi! Sedangkan pengalaman itu sama pentingnya, Bagas! Rapunza homeschooling sering bolos, dia itu kebosanan! Dia kesepian! Anak kita kesepian hiks dia butuh orang lain bukan hanya kita yang suatu saat nanti di jemput Tuhan hiks.." tangis Zoela pun pecah.

Bagas terdiam, entah apa yang dia pikirkan yang jelas kini langkahnya terayun menuju kamar mandi untuk menenangkan diri.

***

"Servis lo jelek, Boy?" Mahmud muncul beriringan dengan Zoni yang baru selesai memberi makan ikan di akuarium sebelah.

Boy menautkan alis tidak paham.

Mermaid Boy (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang