Boy memeluk Rapunza dari belakang, menghirup wanginya lalu dia kecup garis bahu mulus itu. Rapunza baru selesai membersihkan diri.
"Aku datang bulan," Rapunza menoleh untuk menatap Boy.
"Apa?" Boy melepaskan pelukannya membuat Rapunza berbalik. "Datang bulan? Jangan bohong," di colek hidung Rapunza.
"Ngapain bohong, beneran kok," Rapunza kembali menatap cermin untuk memakai pelembab.
Boy menyentuh belakang Rapunza yang terasa memakai sesuatu, sepertinya benar.
"Ih! Ngapain?!" Rapunza menepuk lengan Boy sekilas.
Boy mengecup pipi Rapunza. "Gagal honeymoon dong, tunda dulu yah," ucapnya lesu.
Rapunza tersenyum. "Iya, bawel! Jangan ngeluh yah.." di unyel pipi Boy gemas.
Boy mengecup lengan Rapunza lalu memeluk tubuhnya. "Pantes anget, bikin betah," bisiknya.
"Udah dulu, abis ini makan terus nonton ya," Rapunza mengurai pelukan.
Boy mengangguk. "Besok kerja aja kalau gitu, biar nanti honeymoon lama," sarannya.
"Oke, kita sibukin ya," balas Rapunza dengan senyum manis.
"Tapi perutnya ga sakit? Hari pertama," Boy mengusaap perut bawah Rapunza.
"Engga, abis makan minum obat aja," balasnya lalu kembali menatap cermin.
Boy mengusap kepala Rapunza. "Aku ke sana dulu, nyusul ya," lalu Boy meninggalkan kamar setelah dapat balasan anggukan dari Rapunza.
***
Boy memilih beberapa hunian untuk masa depannya. Dia jelas ingin membawa Rapunza ke lingkungan bertetangga, bukan gedung apartemen yang hidupnya masing-masing.
Apalagi kelak dia ingin memiliki keturunan, jelas Boy tidak akan mengekang, dia akan membebaskan anak-anaknya main.
Tak lama Rapunza datang. "Lagi apa?" dia pun duduk di paha Boy yang terbuka, duduk di sebelah pahanya.
Boy menahannya dengan sebelah tangan. "Mau liat-liat?" tawarnya.
Rapunza merengkuh leher Boy. "Liat apa?" tanyanya dengan pandangan fokus pada tab yang kini di mainkan sebelah tangan.
"Rumah?" Rapunza terlihat antusias, mengambil alih tab Boy dengan senyum merekah.
"Hm, kita perlu diskusi," Boy membelitkan kedua lengannya di pinggang Rapunza yang ramping.
"Woah, ini bagus tapi kebesaran ga sih?" tanyanya sambil memperlihatkan gambar pada Boy yang tengah mengecup lengan Rapunza.
"Kita isi aja yang banyak, aku siap tempur," kekehnya.
Rapunza manyun. "Aku yang ngeden," balasnya sebal di akhiri kekehan.
Boy tersenyum, mengendus gemas lengan Rapunza di sertai pijatan yang tak kalah gemas. Setelah menjadi suami istri rasanya lebih manis, Boy suka.
Tapi sayangnya dia harus libur, tidak bisa mengajak Rapunza berjuang hingga tekdung. Boy ingin lihat Rapunza perutnya bulat.
Rapunza yang awalnya melirik tab kini melirik Boy yang terlihat melamun tapi bibir merekah bahagia.
"Kamu lagi bayangin apa?" alis Rapunza menekuk penuh selidik.
Boy menatap ekspresi menggemaskan itu. "Apa aja yang bisa bikin senyum," jawabnya.