37. Efek Hamil

7.6K 483 22
                                    

       Rapunza menoleh pada Zoela yang terlihat lesu, wajahnya pucat. Kehamilan orang tuanya di usia yang tidak muda itu ternyata lumayan berat.


Zoela sering muntah-muntah, pingsan bahkan dirawat di rumah sakit.

Rapunza mengusap perutnya, entah beruntung atau tidak. Dia sama sekali tidak di buat susah. Anaknya itu tidak memberikan reaksi apapun.

Apa belum?

"Selamat ya, sayang," Zoela memeluk Rapunza membuat Rapunza tersadar dari lamunannya.

"Makasih, mah. Mamah sehat-sehat ya, ga nyangka banget bisa hamil barengan kayak gini," kekeh Rapunza sambil balas memeluk Zoela.

Boy menatap Bagas yang tangannya masih belum sembuh itu. Senyum Bagas begitu tulus saat tahu Rapunza hamil.

"Jaga yang bener anak papah, Boy," di rangkul Boy dengan sebelah tangannya yang sembuh.

"Pasti, pah." balas Boy yakin dan tulus.

Terlihat sekali mereka bahagia di sore yang begitu hangat dan cerah itu. Saling memperhatikan dan membahas apapun dengan senyum yang merekah.

Kehamilan Zoela dan Rapunza semakin membuat keluargaa mereka bahagia walau jujur saja. Keluarga Bagas tidak merespon baik atas kabar kehamilan Zoela.

Alasannya tetap sama. Zoela masih tidak di terima sepenuhnya di tengah keluarga besar Bagas yang kaya raya.

***

Rapunza sudah berdandan mewah seperti biasanya, topi besar yang khas kini menghiasi kepalanya.

"Ga terik, kenapa pake topi?" Boy membelai kepala Rapunza.

"Ini itu udah satu set, ga bagus rasanya kalau ga di pake," terang Rapunza seraya merapihkan topi dan rok seatas lututnya.

Boy meringis melihat penampilan mencolok istrinya itu. Bibir Boy pun tersenyum samar, dia harusnya sudah tidak aneh lagi. Gaya Rapunza memang seperti itu.

"Cantik," puji Boy lalu merengkuh pinggangnya untuk segera masuk ke cafe miliknya yang khusus dibuka untuk Rapunza.

Rapunza menatap Boy dengan agak kesusahan karena topinya itu. "Makasih," balasnya tersipu lucu.

"Aku ganti kostum, kamu makan duluan ya, biar ga lama nunda makan siang," Boy mengusap sekilas perut rata Rapunza.

"Hm, iya," Rapunza terlihat antusias.

Kehamilannya membuka aura Rapunza semakin terpancar cerah, cantik. Boy sampai silau di buatnya. Entah sudah keberapa kali dia jatuh cinta.

Boy menarik kursi untuk Rapunza duduki.

"Makasih," Rapunza pun duduk, melepas topinya.

Boy mengecup kepala Rapunza sebagai balasan lalu menyuruh satu pelayan untuk menyiapkan menu agar Rapunza makan lebih dulu.

"Aku ganti dulu, tunggu aku jadi mermaid khusus untuk kamu, ya," bisik Boy.

Rapunza meraih tengkuk Boy lalu mengecup bibir Boy dengan di akhiri senyum senang yang tulus.

Boy menatap binar kebahagiaan itu. Rasanya Boy tertarik ke masa dulu, saat pertama melihat Rapunza yang memikatnya dengan begitu polos.

Boy merengkuh wajah Rapunza, mengulum lembut bibir manisnya dengan tulus dan penuh cinta.

Tak lama, karena Boy tidak ingin membuat Rapunza menunggu sendirian. Dia pun pamit untuk mengganti kostum dan mulai berenang di kolam yang berhadapan dengan Rapunza itu.

Rapunza pun bersiap makan sambil menunggu Boy dengan segala persiapannya.

Hingga tak lama, Rapunza menyudahi makannya saat mendengar suara ceburan air, dia bisa melihat Boy tengah meliuk-liuk indah di dalam air bernuansa laut itu.

Begitu terlihat ahli dan profesional.

Rapunza menatapnya haru. Dia tidak menyangka akan melihatnya dengan status dan keadaan yang berbeda.

Rapunza tidak menyangka bahwa cinta pertamanya akan berhasil walau sempat berpikir akan gagal.

Rapunza terisak bahagia, dia melihat Boy tak bisa ke lain hal. Dadanya membuncah bahagia, mermaid boy nya kini menjadi miliknya.

"Little mermaid, sehat-sehat ya, biar bisa liat ayah kamu jadi mermaid," gumam Rapunza seraya mengusap perutnya.

Rapunza menyeka air mata bahagianya, dia pun meraih ponsel untuk memotret Boy dan tak lupa dia pun selfie.

Setelah cukup, Rapunza kembali menikmati makanannya sambil menatap Boy yang meliuk indah, begitu tampan.

Mermaid Boy (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang