Rapunza terdiam melihat Boy tengah berbincang dengan seseorang. Wanita itu semakin dewasa, anggun dan cantik. Terlihat sama berkelas seperti dirinya.Rapunza terganggu, tapi bukan karena sama berkelasnya. Wanita itu mantan Boy yang tak lain Catrin Nisin.
Hati Rapunza semakin panas saat melihat tawa lepas yang Boy lakukan. Entah apa yang mereka bahas.
Berbulan-bulan mereka sudah menikah, tak ada masalah yang berarti namun sepertinya ini cobaan.
Waktu itu Boy cemburu pada Danile dan sekarang dia yang cemburu pada Catrin. Mantan Boy yang sempat menyakitinya juga dulu.
Rapunza rasanya takut Boy kembali direbut seperti dulu dirinya merebut perhatian Boy dari Catrin.
Kenapa mereka harus bertemu? Tanpa dirinya pula.
"Jahat! Katanya mau beliin makanan, malah lanjut ngobrol! Apa mereka ketemuan?" pikira Rapunza mulai negatif.
Rapunza mengangkat ponselnya untuk memotret mereka sebagai bukti lalu Rapunza memilih kembali ke mobil dengan sedih dan menangis tanpa suara.
"Aku marah sama kamu! Pantes ga angkat telepon! Kamu ga mau ke ganggu, HA?!" gumamnya mengabaikan sopir yang melirik sesekali menunggu intruksi harus kemana.
***
Boy melambaikan Catrin yang sudah masuk ke dalam mobil, tak lupa dia mengantarnya dengan senyuman.
Mantan tak selamanya harus berakhir menjadi orang asing. Berhubungan baik bisa kok, asal ada kemauan.
Boy membawa satu paper bag pesanan Rapunza ke dalam mobil, dia pun harus segera pulang dan menjelaskan kenapa dia lama.
Sesampainya di rumah, Rapunza sudah stand by di ruang tamu dengan acara lawak yang tumben sekali Rapunza tidak tertawa tanpa jaim.
Boy mengecup kepala Rapunza yang tidak merespon itu. "Lama ya? Tadi ngantri — loh?" Boy mengamati kedua mata Rapunza yang merah, sembab dan basah.
"Ngantri? Oh oke," suaranya bergetar serak menahan sesak di dada karena merasa Boy mulai berbohong.
"Kenapa?" Boy menyimpan asal makanan yang sempat dia perjuangkan itu. "Nangis karena lama?" tanyanya cemas.
Rapunza tersenyum kecut dengan air mata terus turun deras. "Ini cuma karma," gumamnya meyakinkan diri.
Alis Boy sontak bertaut serius, dia tidak paham dengan maksud ucapan Rapunza yang penuh teka-teki.
"Bicara yang jelas! Jangan memperkeruh—"
"Harus aku jelasin? Kamu aja yang harus jujur! Pikir sendiri!" suara Rapunza agak naik lalu dia beranjak marah.
Boy mencekal lengan Rapunza dan menariknya pelan agar duduk kembali dan menyeelesaikan masalah yang tidak jelas ini.
"Maksud kamu apa? Jujur masalah apa?"
Rapunza berdecih tak percaya dan Boy melihat itu tidak suka. Rapunza yang selalu manis, nurut, marahnya lucu kini terlihat tidak sopan dan keras kepala.
"Maaf kalau aku ganggu, aku repotin kamu juga! Harusnya aku ga suruh kamu pesen makanan yang katanya antri lama itu!" nafasnya memburu emosi.