Boy mengantarkan Rapunza ke bandara, di sana sudah ada Lusi yang ternyata ikut mengantar Rapunza. Baguslah, Boy jadi tenang."Jangan lama, cepet pulang. Aku tunggu di rumah." Rapunza melambaikan tangan.
Boy mengangguk, balas melambaikan tangan dan menatap kepergian Rapunza. Rasanya dia pun ingin pulang.
Boy memutar langkahnya, tak lama seseorang memanggil namanya dan Boy berbalik.
"Bener, Boykan!" Yohan terlihat dewasa. "Tadi Rapunzakan? Kalian ketemu?" tanyanya.
Boy mengangguk saja, memandang Yohan datar tak terbaca.
"Akhirnya, kok bisa di kota ini?"
Boy melirik jam tangannya. "Bisa kita ngobrol di lain waktu? Lo bisa hubungin gue, gue lagi ada kerjaan mendesak." di keluarkan Kartu pengenal.
Yohan menerima itu. "Makasih, Boy. Gue pikir lo ga tertarik dan masih benci gue."
Boy menepuk bahu Yohan. "Udah masa lalu, gue udah lupa. Sampai ketemu nanti, Han." lalu berlalu.
Yohan menatap kepergian Boy dengan senyum senang. Dia sangat bahagia melihat Rapunza kembali bersama Boy. Usahanya tidak sia-sia.
Yohan juga ingin jujur dan minta maaf pada Boy tentang yang terjadi di masa lalu.
***
"Rapunza, agak siangan aku pulang, jemput di bandara ya, sayang." Boy sudah siap dengan koper dan oleh-oleh.
Mobil jemputan pun datang dan Boy masuk.
"Pasti, aku jemput." Rapunza terlihat begitu cerah, apalagi memakai pakaian berwarna hijau botol begitu. Semakin bersinar.
"Di mana itu?" Boy mengamati Sekitar Rapunza yang jelas saja bukan di tempat kerja maupun di Vila.
"Hotel." Rapunza sontak membekap mulutnya.
Boy tersenyum. "Mau kasih kejutan apa? Ketahuan ya." ledeknya.
Rapunza manyun. "Gagal deh, bodoh emang!" di pukul kepalanya sendiri sekilas.
"Kok di pukul!" Boy tidak suka. "Jangan di biasain kayak gitu, itu namanya sakitin diri sendiri."
Rapunza malah cengengesan lucu menerima perhatian Boy.
"Semoga ga delay." ucap Boy dengan menatap Rapunza lekat, semakin di buat jatuh cinta.
Rapunza membenarkan topi bak bayi itu dengan senyum manis. "Kangen ya, ga sabar ya?" ledeknya.
Boy tersenyum samar. "Tunggu aja, aku nikahin kamu!" balasnya.
Rapunza semakin tersenyum cerah. "Mau, cepetan!" seru Rapunza lalu terkekeh geli.
Boy melepaskan senyumnya, berharap kebahagiaan ini bukan yang terakhir. Boy harap Bagas akan menerimanya kali ini.
***
"Woah.. Woahh.. Sabar, Rapunza." Boy sampai hampir terhuyung mendapat serangan pelukan dari Rapunza.
Rapunza abaikan, dia terlalu senang bisa bertemu dengan Boy lagi.
Boy membalas pelukan Rapunza. "Udah, malu." bisiknya saat melirik beberapa pasang mata menatap ke arah mereka.
"Kita langsung ke tempat yang aku siapin." Rapunza menarik tangan Boy dengan tidak sabaran.
"Ga suruh aku istirahat dulu nih?"
Rapunza menatap Boy. "Cape banget? Tapi aku ga bisa nunggu lagi, genting pokoknya!" tegas Rapunza lucu.