Rapunza ikut bertepuk tangan untuk kelompok satu yang selesai mempresentasikan tugasnya dengan begitu baik.
Boy yang merebahkan kepalanya di lengan yang ada di meja jelas membuka mata lalu menatap riangnya Rapunza. .
Boy kembali mengamati penampilan Rapunza yang selalu mahal itu. Dasi merk ternama berbentuk pita itu sangat pantas di pakai Rapunza.
Boy meratapi perasaannya. Apa pantas dia jatuh hati pada sosok Rapunza? Apa dia bisa kelak membahagiakan Rapunza yang hidupnya sangat mewah?
Rapunza yang merasa di perhatikan sontak menoleh, tatapannya pun tabrakan tanpa bisa di hindari.
Boy tersenyum tipis.
Rapunza memalingkan wajah dan kembali memperhatikan guru yang tengah menjelaskan apa yang kurang dari penjelasan kelompok satu.
Rapunza berusaha tidak menoleh lagi. Dia ingat kata mba Ayunin kalau Boy sudah jadi milik orang lain.
Setidaknya dia harus menunggu Boy berpisah dengan Catrin.
Rapunza merasa akan jahat kalau mendoakan mereka putus bukan?
***
"Ayo, ke kantin." Yohan meraih jemari sepupunya dengan pecicilan khasnya.
"Sebentar, uangnya bawa dulu." Rapunza merogoh tasnya lalu berhitung.
Boy menatap itu. "Udah bisa hitung uang?" celetuknya.
Rapunza menoleh tanpa menjawab dan berdiri beriringan dengan Yohan.
"Ayo, Boy! Lo harus cerita kenapa bisa kalian kenal." ajak Yohan ramah.
Boy dengan senang hati ikut. Berjalan di belakang Yohan yang terus menggoda Rapunza yang kini terlihat jengkel. Lucu.
Boy merasa kalau Rapunza menghindarinya, tapi tak apa. Dia coba mengerti.
"Boy!"
Ketiganya menoleh.
Yohan menghela nafas. "Kita duluan aja, Nza.. Ayo!" ajaknya.
Rapunza menatap keduanya sekilas lalu mengikuti ajakan Yohan dengan sendu. Ternyata masih sedih melihat Boy dengan yang lain.
Tapi tak apa! Rapunza pun mulai bangkit. Kata mba Ayunin kalau jodoh tidak akan kemana.
***
Rapunza merapihkan buku ke dalam tas. Perasaannya begitu bahagia karena hari pertama sekolah di sekolah umum ternyata lebih seru di banding belajar di rumah hanya berdua dengan guru.
"Gue duluan ya, Nza." Yohan terlihat buru-buru.
"Bukannya mau bareng aku?" tanya Rapunza agak teriak.
"Besok aja, gue ada urusan." lalu Yohan pun hilang di telan pintu.
Rapunza menghela nafas lalu melirik Boy yang tengah bermain ponsel di sampingnya. Belum bergerak untuk pulang.
Boy menghela nafas panjang.
Catrin♡
Aku pulang duluan.Me.
Hati-hati.Catrin
Ponsel aku ga akan aktif beberapa jam ke depan, aku servis sebentar.me.
Oke, sygBoy mematikan ponselnya lalu melirik Rapunza yang hendak beranjak. Boy cekal lengannya membuat Rapunza menoleh agak kaget.
"Aku ada salah apa?" tanya Boy yang jujur saja merasa risih dengan tingkah Rapunza yang menjadi orang asing.
Rapunza menggeleng sambil menarik lengannya yang di cekal. "Ga ada. Aku cuma udah ga suka mermaid." bohongnya.
"Kamu tahu aku bukan mermaid, terus kenapa saat ga suka mermaid kamu harus ga suka sama aku juga?"
"Kamu udah ada Catrin, aku ga mau jadi perusak. Aku udah paham semuanya, mba aku jelasin kalau aku ga boleh rebut kamu."
"Kamu suka aku?"
Rapunza mengangguk dengan polosnya.
Boy sontak terbatuk air ludahnya sendiri lalu berdehem salah tingkah. Kepolosan Rapunza sangat bahaya.
Boy menarik tasnya, berdiri lalu menepuk kepala Rapunza. "Kita bisa temenan, pokoknya jangan menjauh lagi, aku pulang duluan." pamitnya.
Rapunza mengerjap lalu mulai melangkah meninggalkan kelas. Selama di koridor dia sibuk mengamati sekitar.
Ada beberapa siswa yang tengah eskul basket kini menatap ke arahnya.
Rapunza balas menatap dengan polos. Mereka menyapa, melambai genit. Rapunza tersenyum lalu tertawa pelan melihat ke ramaian yang tengah menggodanya itu.
"Ha! Serunya sekolah!" pekik Rapunza tertahan lalu tersenyum riang.
"Aku anter."
Rapunza tersentak kaget saat lengannya di tarik dan di tuntun.
"Kirain udah pulang." ujar Rapunza sambil menatap Boy yang tidak balik menatapnya.
"Ada yang jemput?" tanya Boy mengalihkan topik.
"Ada, mba juga ikut soalnya hari ini mau belanja alat sekolah yang kurang."
Boy menatap Rapunza. "Boleh ikut?" tanyanya.
"Kamu ga jadi mermaid?" balas Rapunza balik bertanya.
"Libur. Ada perbaikan sampe minggu depan." jawabnya.
"Oh gitu, untung ga ke sana. Tadinya abis belanja mau liat ke sana."
"Jadi bohong soal ga suka mermaid?"
Rapunza diam dan hanya menggaruk rambutnya lucu, merasa ketahuan.
"Jadi, boleh aku ikut?"
Rapunza menatap Boy penuh pertimbangan. "Catrin?" tanyanya yang langsung Boy pahami.
"Kita temenan. Ga papa." jawab Boy dengan teganya. Seharusnya jika memang perasaan yang di miliki untuk Catrin sudah berbeda maka lepaskan.
"Oke." jawab Rapunza riang dengan polosnya. Padahal dengan membiarkan Boy masuk ke dalam hidupnya sama saja dengan menyiksa diri karena dampaknya nanti tidak bisa melupakannya.