20. Melepas Penat

13.1K 831 25
                                    

    Rapunza menatap Boy yang tengah berganti pakaian di kamar vila yang tengah Rapunza tempati itu.

Punggung Boy begitu liat, mengkilap dengan otot yang menegang kuat.

Astaga! Rapunza jadi gigit jari, dia jadi mengingat saat-saat panas di mana jemarinya meremas punggung liat itu.

Rapunza memukul kepalanya yang berubah mesum. Dia cekikikan saat sadar bahwa kini  dia sudah tidak polos lagi. Banyak sekali pengalaman semenjak Bertemu Boy lagi.

"Dasar mesum."

Rapunza mendongak. "Ha?" beonya.

Boy menghempiri Rapunza lalu membungkuk untuk menatap wajah Rapunza. "Kamu, mesum." di gigit pipi Rapunza lalu Boy menjauh untuk meraih segelas air putih.

"Aku?! Kenapa kamu ngatain aku mesum? Sebelah mananya aku mesum!" Rapunza agak merengek tidak terima.

"Liatin aku pake pakaian sambil cekikikan." jawab Boy sekenanya.

Rapunza terdiam manyun, untuk itu memang dia lakukan. Jadi dia memilih diam dan mengakui soal mesum.

"Kenapa diem?" Boy kembali menghampiri Rapunza dan duduk di sampingnya.

"Kayaknya aku emang mesum."

Boy terkekeh. "Ngaku juga." dia peluk Rapunza dengan gemas.

Entah kenapa Boy mulai merasa lega setelah mengungkapkan semua perasaannya. Dia merasa tidak ada yang mengganjal.

"Kamu banyak berubah." Rapunza menatap kedua mata Boy bergantian.

"Hm? Berubah gimana." Boy balas menatap, mengusap sisi wajah Rapunza dengan begitu lembut.

Rasanya Rapunza begitu di sayang.

"Awalnya, kamu kayak ga seneng liat aku. Ekspresinya datar, kamu dingin lebih ke eummm mati rasa."

Boy tersenyum tipis. "Aku emang mati rasa. Khususnya setelah ibu pergi, aku bingung mau hidup juga buat apa. Aku juga terlanjur sakitin kamu. Jadi, ga terlalu banyak berharap." jelasnya.

"Ralat! Kamu ga mati rasa." Rapunza mengusap sebelah pipi Boy. "Kamu bisa kangen, bisa sayang sama aku." kekehnya menghibur.

Boy tersenyum segaris. "Aku bahkan masih merasa ini mimpi, makanya aku ga berharap banyak karena aku sering mimpi kebersamaan kita." jujurnya.

Rapunza mendekat, mengecup bibir Boy sekilas. "Masa belum yakin, aku udah kasih semuanya buat kamu." ujarnya.

Boy mengecup kening Rapunza. "Kamu ga bisa jauh atau kabur." tegasnya.

"Itu buat kamu! Kamu yang ngejauh dan kabur." sebal Rapunza. "Aku ga kemana-mana, bahkan aku nunggu kamu dengan bodohnya." lanjut Rapunza.

"Kalau begitu makasih udah jadi orang bodoh." kekeh Boy.

Rapunza hanya berdecak, dia sebenarnya tidak terima di katai bodoh. Tapi emang bodoh sih, sudahlah!

Boy meraih tengkuk Rapunza, memagut bibirnya yang tidak bosan dia sesap itu. Perlahan Boy merebahkan Rapunza.

"Lagi?" gumam Rapunza lalu kembali menerima pagutan.

Boy melepas pagutan dan terkekeh. "Aku ga hyper, emang kamu kuat?" godanya.

***

Rapunza terlihat begitu cerah. Ini kali pertama dia bekerja dalam keadaan bahagia dan tidak terpaksa.

Lahan-lahan yang luas terbentang dengan debu dan terik matahari sama sekali tidak mengganggunya lagi.

Boy membenarkan letak topi Rapunza. "Mau berteduh?" tawarnya.

Mermaid Boy (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang