Boy menghela nafas, mencoba menenangkan dirinya seraya menyentuh dasi yang terpasang di lehernya. Random sekali kalau sedang gugup memang.
Boy menoleh saat tirai terbuka, di sana ada Rapunza yang selesai berganti pakaian menjadi dress kebaya modern yang begitu cantik, dan tidak lupa kesan mahal selalu Rapunza bawa.
Rapunza mendekati Boy yang hanya berdiri menatapnya tak berkedip itu. "Ih gitu banget liatinnya, malu." matanya berlarian lalu tersipu.
Boy mendekat, pelayan dan semua yang ada di dalam ruangan itu pun keluar memberi privasi untuk keduanya.
Boy mengusap ringan pipi yang sudah di lapisi make up tipis itu. "Kamu tahu, ibu pasti seneng kalau ada di sini. Dia dari dulu pengen banget ketemu kamu." ujarnya begitu lembut.
Rapunza menatap kedua mata Boy tak berkedip, bisa dia lihat. Kedua mata Boy agak basah.
Rapunza tersenyum seraya balas membelai pipi Boy lalu mengusap jemari Boy yang masih mengusap pipinya.
"Kok bisa tahu?" tanya Rapunza semanis mungkin, dia tidak mau sampai Boy semakin larut dalam kesedihan.
"Aku sering cerita. Ada maniak mermaid sampe terjun ikut terjun ke air." kekeh Boy lalu menghela nafas berat, menahan sesak di dadanya saat mengingat sang ibu.
Padahal dulu dia ingin sukses agar segera membahagiakan ibunya. Tapi takdir berkata lain. Dia sukses mungkin karena doa dari ibunya di surga sana.
"Ih!" Rapunza terkekeh diiringi pukulan pelan di dada Boy. "Waktu itu ada yang dorong!"
Boy mengulum senyum lalu menarik pelan tangan mungil itu dan memeluk Rapunza.
"Maaf, aku bikin kaget ya?" bisik Rapunza di pelukan Boy.
"Kaget, tapi bahagia. Papah kamu udah nerima aku." balasnya seraya mengeratkan pelukan.
Rapunza tersenyum, balas memeluk erat. "Lanjut nanti ngobrolnya, acara mau di mulai." pelukan pun dia urai.
Boy mengusap lagi wajah Rapunza lalu membungkuk untuk mengecup sekilas bibir Rapunza.
***
Boy naik ke atas podium setelah mc rempong itu mempersilahkan dirinya dan Rapunza untuk bertukar cincin.
Boy tersenyum ke setiap penjuru, begitu pun Rapunza. Binar wajah keduanya begitu terlihat lepas, bahagia.
Boy tidak tahu kalau tamu yang hadir akan sebanyak ini. Padahal hanya tunangan, dia pikir hanya akan ada keluarga besar Bagas.
Boy menghadap Rapunza, begitu pun Rapunza. Keduanya saling melempar senyum tulus.
Boy meraih satu cincin yang di penuhi Berlian itu. Jemari tangan Rapunza pun dia raih lembut dan segera dia pasangkan cincin.
Giliran Rapunza, tangan mungilnya meraih jemari besar Boy yang berurat. Jadi ingin Rapunza gigit.
Jemari Boy pun menggenggam kedua jemari Rapunza saat cincin itu berhasil terpasang.
Riuh tepuk tangan tidak mengganggu keduanya yang tengah terpesona satu sama lain.
"Kenapa ga nikah langsung aja?"
Rapunza tertawa pelan. "Kamu kayak kebelet gitu ihh!" sebalnya namun terselip nada geli.
Boy tertawa pelan lalu menghadap penonton, menyebarkan senyum terima kasih dan menerima pujian MC.
"Zoni nanti pasti marah, kamu yang bujuk ya." bisik Boy.